Khutbah Jumat : Janganlah Berfirqah-Firqah

Ali Farkhan Tsani (Dok-Pri)

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA, Dai Pesantren Al-Fatah Bogor

­­­
اَلْحَمْدُللهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكِيْنَ.
 اَشْهَدُاَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلَّذِى لاَنَبِىَ بَعْدَهُ.
 اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَّعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ : اَمَّابَعْدُ.
 فياايهاالحاضرون رحمكم الله, اُوْصِيْكُمْ وَنَفِى بِتَقْوَى اللهَ فَقَدْفَازَالْمُتَّقُوْنَ.
 اعوذ بالله من الشيطان الرجيم قال الله تعالى فى القران الكريم
 ياايهاالذين امنوااتقواالله حق تقاته ولاتموتن الاوانتم مسلمون.

Hadirin sidang Jumah rahimakumullah.

Allah dengan kasih sayang-Nya menegur kita agar jangan sampai terjebak dalam firqah-firqah, perpecahbelahan umat Islam, yang dapat merugikan umat Islam itu sendiri.

Hal ini seperti Allah ingatkan di dalam ayat:

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ

Artinya : “Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.” (QS Al-Bayyinat ayat 4).

Ayat ini senada dengan firman Allah pada ayat lainnya,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya : “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang berfirqah-firqah dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS Ali Imran ayat 105).

Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahwa “Umat terdahulu yang diturunkan kitab menjadi berpecah belah setelah diturunkan hujjah dan penjelasan. Akhirnya mereka terpecah menjadi beberapa golongan.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya:

إن اليهود اختلفوا على إحدى وسبعين فرقة، وإن النصارى اختلفوا على اثنتين وسبعين فرقة وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة، كلها في النار إلا واحدة”. قالوا: من هم يا رسول الله؟ قال: “ما أنا عليه وأصحابي”

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Adapun orang-orang Nashrani terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umat ini (umat Islam) terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di dalam neraka kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Jawab Rasul, “Mereka adalah orang-orang yang mengikuti ajaranku dan para sahabatku.”

 

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah.

Karena itu, maka marilah kita perkokoh kembali ikatan umat Islam ini sebagai ikatan yang satu, yang tidak mudah diadu domba dan tidak gampang dicerai-berai.

Ini karena memang sejak dahulu kala, kita umat Islam adalah satu umat, yang bersatu dan disatukan dengan kalimat tauhid ”Laa ilaaha illallaah…..”.

Namun seiring berjalannya waktu, stuasi dan kondisi, pergolakan sosial-politik, godaan dunia dan kekuasaan, maka kaum Muslimin menjadi terpecah belah, atau dipecahbelah.

Allah mengingatkan kita di dalam ayat:

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّـۧنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ‌ۚ وَمَا ٱخۡتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَـٰتُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡ‌ۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ ٱلۡحَقِّ بِإِذۡنِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ (٢١٣)

Artinya: “Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS Al-Baqarah ayat 213).

Peringatan ayat ini sama dengan firman Allah pada ayat lainnya:

 إِنَّ هَـٰذِهِۦۤ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَأَنَا۟ رَبُّڪُمۡ فَٱعۡبُدُونِ (٩٢) وَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡ‌ۖ ڪُلٌّ إِلَيۡنَا رَٲجِعُونَ (٩٣)

Artinya: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah masing-masing golongan itu akan kembali.” (QS Al-Anbiya : 92-93).

Inilah hakikat agama yang suci murni pada sisi Allah, sejak Nabi Adam ‘Alaihis Salam hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu agama Tauhidullah, yang mengjak umatnya bersatu dengan landasan kalimat tauhid tersebut.

Umat ini walaupun jelas memiliki berbagai perbedaan, mulai dari perbedaan watak dan bawaan, berbeda dalam ras, bahasa, lingkungan, sejarah serta pekerjaan. Namun semua membentuk persaudaraan yang erat, dipersatukan dalam bentuk ibadah yang tertinggi kepada Allah, yakni bertakwa kepada-Nya.

Allah menegaskan di dalam ayat:

 وَإِنَّ هَـٰذِهِۦۤ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَأَنَا۟ رَبُّڪُمۡ فَٱتَّقُونِ (٥٢)

Artinya: “Dan sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS Al-Mu’minun : 52).

Hadirin rahimakumullah

Maka, marilah kita jauhi segala pertikaian, berbantah-bantahan, dan berseteru antar kita kaum Muslimin. Karena hal itu hanyalah akan melemahkan kita dan hanya menjadi kontraproduktif dengan kehidupan berjama’ah.

Alangkah baiknya kita berbicara dan berbenah bagaimana mengelola tarbiyah yang berkualitas misalnya. Atau bagaimana caranya menumbuhkan ruhul jihad dan akhlakul karimah anak-anak kita. Atau apa upaya kita mengelola sumber daya alam wakaf agar produktif dan bernilai lebih bagi umat.

Tentang larangan berbantah-bantahan ini Allah ingatkan di dalam ayat:

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَا تَنَـٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ‌ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

Artinya: “Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak nescaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran); sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Anfal [8]: 46).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan petunjuk di dalam sabdanya:

 مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Barangsiapa menghindari perbantahan padahal ia posisinya adalah salah, maka Allah akan membangunkan rumah baginya di taman surga. Dan barangsiapa menghindari perbantahan, padahal posisi dirinya benar, maka Allah membangunkan rumah untuknya di dalam surga yang tinggi”. (H.R. Abu Dawud Ibnu Majah dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi manyatakan hadits ini hasan).

Karena itu, marilah kita pelihara terus persatuan dan kesatuan umat Islam ini untuk mendatangkan ridha Allah. Seperti disebutkan di dalam hadits:

إنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا, يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْ بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَأَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإضَاعَةَ الْمَالِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah meridhai kalian tiga hal dan membenci kalian tiga hal. Dia meridhai kalian untuk (pertama) menyembah-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, (kedua) berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah seraya berjama’ah dan tidak berpecah-belah, (ketiga) memberikan nasihat kepada para pemimpin kalian. Dia (Allah) pun membenci tiga hal bagi kalian, yaitu (pertama) menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, (kedua) banyak bertanya (tapi tidak untuk diamalkan), dan (ketiga) menghambur-hamburkan harta”. (H.R. Muslim, Malik dan Ahmad. Lafadz Malik dan Ahmad).

Semoga Allah semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan Jama’ah Muslimin, serta terjauhkan dari perpecahan dan perbantahan di antara kaum Muslimin. Aamiin. (A/RS-2/RI-1)

Mi’raj NewsAgency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.