Oleh: Insaf Muarif Gunawan, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor.
الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ. .قال تعالى يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ وقال ايضا وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرينَ
Sidang Jumat yang berbahagia
Pertama-tama marilah kita bersyukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi kita nikmat. Terutama nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat panjang umur, nikmat iman dan nikmat kesempatan sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang mulia ini.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam beserta keluarganya, beserta sahabatnya, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman sekarang yang terang benderang.
Selanjutnya, khatib berwasiat khususnya kepada pribadi dan keluarga serta mengajak para jamaah Jumah untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan sebenar- benar takwa. Bertakwa dalam keadaan sendiri, atau bersama-sama, dalam keadaan sepi maupun ramai, ketika mendapat anugerah maupun diuji dengan musibah. Bentuk dari taqwa adalah dengan besungguh-sungguh meniti ilmu dan meningkatkan iman.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Iman bukan sekadar khayalan, bukan pula angan-angan, juga bukan hanya hiasan dan aksesoris yang menempel di badan. Namun, Iman adalah keyakinan yang penuh. Iman adalah membenarkan dan meyakinkan dengan hati, diucapkan oleh lisan, dan diamalkan dengan perbuatan, melaksanakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Allah menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah [2]: 155.
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٥٥)
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 155)
Sebagai hasil dari belajar dan mencermati jalan panjang kehidupan, para orang tua kita membuat pepatah yang menggambarkan kehidupan dunia‘bak roda pedati’ yang selalu berputar. Putaran roda pedati menjadikannya tak pernah berada dalam satu posisi. Adakalanya berada di atas, dan lain waktu pasti harus di bawah.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Demikianlah gambaran kondisi kehidupan seorang manusia di dunia ini. Ada suka, ada pula duka. Ada canda tawa tanda bahagia, ada pula tangis tanda pilu nestapa. Ada saat dimana kita meraih nikmat dan karunia, namun di kesempatan lain harus menahan duka mendalam atas pahitnya ujian.
Itulah kehidupan dunia. Kehidupan yang di dalamnya tak hanya melulu satu warna. Lika-liku menjadi ciri dan karakter dunia. Bagi seorang Muslim, tentulah harus banyak bersyukur. Terutama atas karunia terbesar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa nikmat iman dan Islam. Allah memberi pedoman bagi manusia agar mereka tak salah arah, tak keliru dalam melangkah, dan tak tertipu dengan fatamorgana dunia.
Pedoman tersebut adalah ayat di atas. Syaikh Abdur Rahman Nashir ad-Sa’di menjelaskan bahwa Allah pasti akan menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai bentuk ujian. Hal ini semata-mata agar tampak jelas antara orang yang benar dalam imannya dengan yang orang yang berdusta, juga antara orang yang bersabar dan yang berputus asa.
Pada ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
الٓمٓ (١) أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)
“Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.”(QS. Al-Ankabut [29]: 1-3)
Musibah merupakan salah satu sunnatullah yang pasti terjadi pada hamba-hamba-Nya. Tak bisa tidak, setiap manusia pasti akan mengalaminya. Masing-masing akan merasakan ujian sesuai yang Allah telah tetapkan.
Jika kesenangan atau kelapangan jika terus menerus dirasakan seorang Mukmin, tanpa diselingi ujian, niscaya akan merusak keimanannya. Rasa harap akan ternodai dengan bangga diri (ujub) dengan hasil usahanya, maka noda-noda itu akan merusak bahkan dapat menghancurkan keimanannya.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Sering kita saksikan orang yang lupa kepada Allah di kala bergelimang kenikmatan. Kesenangan duniawi seringkali menjadikan seseorang lalai dan akhirnya terjerumus dalam berbagai kemaksiatan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Selanjutnya, Allah hendak memberikan rahmat kepada kita yang sabar menghadapi ujian. Rahmat terbagi menjadi dua, pertama rahmat secara umum di anugerahkan oleh Allah kepada semua orang. Tak peduli Mukmin, atau kafir, taat maupun maksiat, tanpa pandang suku bangsa, semuanya Allah beri, semua merasakan dan mendapatkan. Contoh nikmat umum adalah kesehatan, kekayaan atau jabatan .
Kedua, rahmat secara khusus akan diberikan hanya kepada orang-orang yang beriman dan bersabar terhadap ujian. Rahmat khusus itu adalah kemulian, pahala, derajat dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Syarat mendapatkan rahmat khusus itu adalah dengan iman dan sabar. Iman adalah keyakinan yang penuh bahwa segala peristiwa yang ada di dunia ini, baik sedih, senang, susah, gembira, bahagia dan sengsara itu terjadi atas izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Iman adalah keyakinan yang penuh bahwa segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini akan mendapatkan balasan. Setelah mati ada kehidupan yang hakiki dan abadi yaitu alam akhirat, tempat manusia bertanggung jawab atas amal perbuatan dan tempat Allah memberi pahala dan siksa, Surga atau neraka.
Adapun apa yang kita miliki pada hakikatnya akan kembali kepada Allah. Ini seperti disebutkan dalam Al-Quran :
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ
Artinya: “Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita semua pasti akan kembali.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 156)
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Sabar yang tertinggi adalah keridhaan takdir Allah, Mengapa demikian? karena hakikat semua yang kita miliki adalah milik Allah, maka kapan saja Allah akan mengambilnya, maka harus sabar dan ikhlas. Contoh ketika kita hendak diuji sakit maka kita harus sabar karena sakit, sehat, kekayaan, tahta, jabatan dan lain sebagainya itu adalah titipan-Nya.
Bagi orang beriman, meninggal dunia tidak membuatnya susah dan sengsara, karena semuanya sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa, pasti akan baik kesudahannya. Maka sikap husnudzan haruslah selalu kita tanamkan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Semua musibah sebenarnya memberi manfaat bagi penerimanya, asalkan disikapi dengan keimanan dan kesabaran. Besar dan kecil ujian itu, berat maupun ringan musibah itu, sesungguhnya ia dapat mengangkat derajat dan menghapus dosa, semakin besar musibah maka semakin besar ampunan Allah.
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Nabi Muhammad Shallahu Alahi Wassalam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
yang artinya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah menimpa musibah kepadanya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Orang yang paling berat ujianya adalah para Nabi, ulama dan orang-orang yang soleh. Allah akan menguji hamba-Nya sesuai dengan kadar kemampuanya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Maka, jika hari ini rakyat Indonesia diuji dengan musibah Covid-19 yang belum juga mereda, ditambah lagi dengan hiruk pikuk pengesahan Undang-undang yang kontroversi oleh wakil rakyat, ketahuilah bahwa itu semua adalah ujian. Maka bagi orang beriman, harus disikapi dengan sabar.
Jangan sampai ujian tersebut membuat kita berbuat maksiat. Jangan sampai musibah itu membuat kita melakukan kezaliman kepada orang lain dengan berbuat anarkis, merusak fasilitas umum, serta perbuatan merugikan lainnya.
Di sisi lain, aparat keamanan jangan sampai menganiaya demonstran dengan membabi buta, melukai kaum buruh dengan semena-mena. Jangan terpancing emosi, jangan terprovokasi. Tahan diri kalian karena yang ada di hadapan kalian adalah saudara sendiri yang sedang berjuang demi masa depan anak cucu mereka.
Ingatlah, bahwa semuanya adalah anak bangsa. Kita semua bersaudara. Mari kedepankan toleransi, saling menghargai, menghormati dan melindungi.
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Demikianlah khutbah ini, semoga kita selalu dalam bimbingan Allah. Aamiin ya Rabbal Aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ مَا تَسْمَعُونَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهِ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ
(A/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)