Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya.
Ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Ketaatan menjadi tanda keimanan sejati, memberi manfaat dan keutamaan khusus bagi seorang Muslim.
Jika kita semua menginginkan kejayaan umat, persatuan dan kesatuan, dan diberi kekuatan menolong saudara-saudara kita di Palestina, maka jalan utama yang harus kita tempuh adalah dengan senantiasa mentaati perintah-perintah Allah Ta’ala dan menjalankan sunnah-sunnah Rasul-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Jika hari ini, Allah Ta’ala belum memberikan kejayaan kepada kaum Muslimin atas musuh-musuhnya, maka mari bertanya kepada diri sendiri, sudah sejauh mana ketaatan kita kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Untuk informasi selengkapnya, silakan pembaca menyimak khutbah lengkapnya, sebagai berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Marilah senantiasa kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia-lah Dzat yang terus-menerus melimpahkan dan mencurahkan anugerah dan kenikmatan yang tak terhingga jumlahnya, tak ternilai harganya dan dan tiada terkira nilainya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Maka, sebagai wujud syukur itu, mari kita terus pelihara dan tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bekal terbaik seorang hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat adalah ketakwaan. Bertakwa dalam keadaan sendiri, atau bersama-sama, dalam keadaan sepi maupun ramai, ketika mendapat anugerah maupun diuji dengan musibah.
Bentuk dari taqwa adalah dengan besungguh-sungguh menunaikan ibadah dan menjauhi segala maksiat.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan judul, “Kabar Gembira Berupa Fadhilah Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman-Nya dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa [4] ayat 69-70:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّيْنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا (٦٩) ذَٰلِكَ ٱلْفَضْلُ مِنَ ٱللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ عَلِيمًا (٧٠) (النسآء [٤]: ٦٩ــ٧٠)
“Dan siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. [69] Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.[70].”
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan asbabun nuzul ayat di atas, dengan mengutip beberapa riwayat, bahwa ada seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam yang sangat mencintai beliau.
Ia sangat bergembira jika dekat dengan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam dan bersedih jika jauh dengan beliau. Suatu hari, Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam melihat sahabat tersebut sedang bersedih. Lalu beliau bertanya, apa yang menyebabkannya bersedih.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Sahabat tersebut berkata, bahwa ia khawatir tidak bisa bersama Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam lagi. Jika pun nanti di surga, ia merasa tidak mungkin berjumpa beliau karena perbedaan derajat antara keduanya. Apatah lagi, jika ia masuk neraka.
demi mendengar hal itu, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam sangat terharu menyaksikan kecintaan sahabat tersebut kepadanya. Lalu turunlah ayat di atas untuk memberi jawaban kepadanya, juga kepada para sahabat yang memiliki perasaan yang sama dengan dirinya, bahwa mereka akan bisa bersama beliau di surga.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Ayat di atas menyebutkan bahwa setiap orang yang taat kepada Allah Ta’ala dan kepada Rasul-Nya, maka Dia berjanji akan membalas ketaatan tersebut dengan pahala yang sangat mulia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Mereka bukan saja sekadar masuk surga, tetapi juga akan bersama-sama dengan orang-orang yang paling tinggi derajatnya, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan orang-orang shaleh.
Ulama dan Cendekiawan Turki, Badiuzzaman Said Nursi Rahimahullah (w 1960 M) menyatakan, ayat di atas merupakan penjelasan dari Surah Al-Fatihah ayat ke-6 dan 7 yaitu pada kalimat:
اِهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ (٦) صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ،…(٧) (الفاتحة [١]: ٦ــ٧)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. [6] (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka,…” (QS Al-Fatihah [1]: 7)
Mereka (para nabi, siddiqin, syuhada dan shalihin) berada di atas Shirathal Mustaqim, jalan yang lurus, tanpa penyimpangan, menuju kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Kata Siddiqin merujuk kepada sahabat Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu anhu karena beliau lah orang yang pertama membenarkan wahyu dan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi Wasallam.
Sedangkan kata Syuhada’, merujuk kepada sahabat Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhum. Mereka adalah orang-orang yang syahid, terbunuh dalam perjuangan meneruskan kepemiminan kaum Muslimin sepeninggal Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam, setelah Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu anhu.
Sementara kata Shalihin merujuk kepada para Ahlu Shuffah Ridwanullahi alaihim (orang yang tinggal di beranda Masjid Nabawi). Semua ulama mengakui bahwa mereka adalah orang-orang shaleh, Ahli Badar dan mengikuti Bai’at Ridwan.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Ketaatan menjadi tanda keimanan sejati, memberi manfaat dan keutamaan khusus bagi seorang Muslim.
Di antara keutamaan taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya antara lain:
Pertama, mendapatkan kemenangan yang agung. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
…،وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (الاحزاب [٣٣]: ٧١)
“…, Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang agung.” (QS. Al-Ahzab [33]: 71)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Para ulama menjelaskan, yang dimaksud kemenangan yang agung adalah keselamatan dari siksa neraka, mendapatkan curahan rahmat dan kasih sayang berupa surga dan mendapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, berupa kedudukan yang mulia di surga-Nya.
Kedua, akan merasakan lezat dan manisnya iman. Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam bersabda,
ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً (رواه مسلم)
“Akan merasakan lezat dan manisnya iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta Nabi Muhammad sebagai rasulnya.” (HR Muslim).
Imam An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan hadits di atas, bahwa lezat dan manisnya iman dapat diraih dengan menunaikan syariat agama Islam sesuai dengan contoh Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Sedangkan makna kata ridha adalah, menunaikan perintah-perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya, senang kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta mampu mengambil hikmah dari hal-hal yang dicegah-Nya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Ketiga, jika seseorang mentaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, maka dia akan diampuni dan dikabulkan doa-doanya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Dawud Alaihi Salam: “Tiada seorang hamba yang taat kepada-Ku melainkan Aku memberinya sebelum dia minta, dan mengabulkan permohonannya sebelum dia berdoa, dan mengampuni dosanya sebelum dia mohon pengampunan (istighfar).” (HR. Ad-Dailami).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Hadits di atas menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang senantiasa mentaati perintah-perintahnya.
Jika kita semua menginginkan kejayaan umat, persatuan dan kesatuan, dan diberi kekuatan menolong saudara-saudara kita di Palestina, maka jalan utama yang harus kita tempuh adalah dengan senantiasa mentaati perintah-perintah Allah Ta’ala dan menjalankan sunnah-sunnah rasul-Nya.
Jika hari ini, Allah belum memberikan kejayaan kepada kaum Muslimin atas musuh-musuhnya, maka mari bertanya kepada diri sendiri, sudah sejauh mana ketaatan kita kepada Allah Ta’ala dan rasul-Nya.
Keempat, mendapat petunjuk dan selamat dari kesesatan.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat petunjuk yang benar, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (HR. Ahmad).
Semoga kita semua mampu menjadi hamba-hamba yang senantiasa taat kepada Allah dan rasul-Nya sehingga mendapat kemenangan yang agung dan meraih kejayaan umat. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)