بسم اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Khutbah ke-1:
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ، وَهُوَ الْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ.أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ؛ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوهُ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيمِ:أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menurunkan Al-Quran kepada hamba-Nya, yakni Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Al-Qur’an diturunkan agar memberi kabar gembira bagi orang-orag beriman, juga menjadi peringatan dan ancaman bagi mereka yang mendustakan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Tidaklah seseorang mampu memuliakan Al-Qur’an, kecuali ia adalah orang yang mulia. Dan tidaklah seseorang menghinakan Al-Qur’an, melainkan ia adalah orang yang hina. Sungguh Allah Ta’ala akan memuliakan siapa saja yang memuliakan Al-Qur’an. Sebaliknya, kehinaan akan ditimpakan kepada mereka yang menistakan Al-Qur’an.
Umar bin Khattab mengingatkan kita semua dengan nasihatnya, ”Barang siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai temannya, niscaya ia masuk surga. Dan barang siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai musuhnya, niscaya ia masuk neraka.”
Jamaah Shalat Jum’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib menyampaikan judul: “Kemuliaan Al-Qur’an.” berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr [15]: ayat 9:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ (الحجر [١٥]: ٩)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Seorang pakar tafsir asal Aljazair yang menjadi pengajar di Masjid Nabawi, yaitu Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, dalam salah satu kitab tafsirnya “Aisarut Tafasir li Kalamil ‘Aliyil Kabir” menjelaskan ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab Al-Qur’an kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melalui perantara Malaikat Jibril. Kemudian, Jibril naik kembali menuju langit dan tidak kembali lagi ke bumi, sehingga Al-Qur’an menjadi satu-satunya bukti yang paling autentik dari wahyu Allah Ta’ala setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ayat di atas menegaskan, Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang akan menjaga Al-Qur’an dari segala bentuk pemalsuan, penambahan atau pengurangan dan kepunahan. Al-Qur’an akan terjamin keasliannya hingga Yaumil Qiyamah nanti, karena ia akan menjadi hujjah atas makhluk-makhluk-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Dengan Al-Qur’an, Allah Ta’ala hendak memberi petunjuk berupa jalan yang lurus, mencurahkan rahmat dan ampunan, menjadi obat bagi segala penyakit, memancarkan cahaya terang-benderang sehingga sirnalah kegelapan dan kebodohan, memberi kabar gembira berupa surga yang kekal, dan agar manusia terhindar dari berbagai macam keburukan, kerusakan, kebinasaan dan kehinaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Jamaah Shalat Jum’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Ada banyak ilmuwan yang melakukan penelitian di bidangnya, lalu mendapatkan hidayah dan masuk Islam, karena ternyata hasil penelitiannya itu sudah disebutkan dalam Al-Qur’an. Para ilmuwan itu di antaranya;
1). Prof. Maurice Mucaille, seorang ahli bedah asal Prancis yang meneliti jasad Fir’aun. Ia heran mengapa jasad Fir’aun tetap awet hingga sekarang. Sementara jazad lainnya rusak. Ia menemukan jawabannya dalam Al-Quran, Surah Yunus ayat 92.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
2). Jacques Yves Costeau, seorang ahli selam terkemuka yang menemukan mata air tawar nan segar di dasar laut, yang tidak bercampur dengan air laut yang asin, seolah-olah ada dinding yang membatasi keduanya. Dan ternyata Al-Qur’an sudah terlebih dahulu menyebutnya, yaitu surah Ar-Rahman ayat 19-20.
3). Tegatat Tejasen, ilmuan ahli anatomi asal Thailand. Ia menemukan teori bahwa di lapisan kulit terdapat syaraf sehingga seseorang bisa merasakan sakit dan panas. Ia merasa heran, karena hasil penelitian mutakhirnya itu, ternyata sudah disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah An-Nisa ayat 56.
4). Carner Nasa, seorang peneliti ruang angkasa Amerika Serikat. Ia menemukan bahwa dalam satu tahun ada satu malam di mana suhu udara stabil, tidak ada meteor yang masuk ke atmosfer bumi dan paginya matahari bersinar tanpa radiasi. Ternyata itulah yang disebut dalam Al-Quran sebagai malam Lailatul Qadar.
5). Masaru Emoto, seorang peneliti asal Jepang yang menemukan khasiat dan keistimewaan air Zamzam yang tidak dimiliki oleh air dari manapun. Ia menyimpulkan bahwa kekuatan dzikir dan doa mampu mempengaruhi kwalitas sebuah benda. Hal itu ternyata disebutkan dalam Al-Quran surah Ar-Ra’d ayat 28.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
6). Prof William, seorang ahli biologi molecular yang menemukan bukti bahwa tumbuhan itu ternyata bertasbih kepada Allah Ta’ala. Dalam sebuah pidatonya ia mengatakan, “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini, selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula, tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Al-Qur’an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain.”
Masih banyak para ilmuwan, akademisi, peneliti, arkeolog, sejarawan hingga seniman yang mereka masuk Islam karena menemukan keajaiban dan keagungan ayat-ayat Al-Qur’an.
Jamaah Shalat Jum’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Bagaimana jika Al-Qur’an dihinakan? Apa yang harus diperbuat oleh umat Islam jika mendengar atau menyaksikan ada seseorang yang menghinakan Al-Qur’an? Maka, perhatikan perintah Allah Ta’ala dalam surah Al-An’am ayat 68:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
وَإِذَا رَأَيْتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيْطَٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ ٱلذِّكْرَىٰ مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ (الانعام [٦]: ٦٨)
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”
Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi menjelaskan ayat ini, bahwa Allah Ta’ala memerintahkan Rasul dan para sahabatnya, juga orang-orang beriman untuk meninggalkan orang-orang yang menghinakan Al-Qur’an, tidak bersahabat dengan mereka, tidak duduk dalam satu majelis dengan mereka, tidak bekerja sama, memutus hubungan bisnis, dan apapun yang ada sangkut-pautnya dengan mereka.
Maka, khatib mendukung Dewan Masyayikh Al-Azhar yang memfatwakan boikot produk-produk dari negara yang mengizinkan atau memberi peluang bagi warganya menghina Al-Qur’an.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Hal itu harus dilakukan kaum Muslimin, jika belum memiliki kemampuan untuk menghentikan kedzaliman mereka. Namun jika kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan, maka Imam An-Nawawi dalam kitabnya “Al-Majmu’,” menyatakan, para ulama menyepakati bagi siapa saja yang menghina Al-Qur’an, mencampakkan mushaf, melemparkannya ke tempat kotor, menafikan sesuatu yang telah ditetapkan Al-Qur’an, maka ia telah kafir.
Pelakunya harus dikenai sanksi tegas. Apabila ia Muslim, dia dihukumi murtad. Bila pelakunya kafir dzimmi, dia mendapat takzir sangat berat. Apabila ia kafir harbi, maka tugas pemimipin untuk menindak dan membungkam mereka agar tidak ada lagi yang berani melakukan penistaan terhadap Al-Qur’an, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan menodai kesucian Islam.
Jamaah Shalat Jum’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Untuk menghadapi para penghina Al-Qur’an seperti yang terjadi akhir-akhir ini, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Pertama, kendalikan amarah, jangan main hakim sendiri, tetap lakukan tindakan sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku. Jangan sampai kita berbuat anarkis yang akan mencoreng citra agama sendiri.
Kedua, jangan balik menghina mereka, apalagi menghina agama yang dianutnya, karena jika dibalas dengan saling menghina, tidak akan selesai persoalannya, dan tidak ada bedanya antara kita dengan mereka.
Ketiga, terus konsisten melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Tunjukkan Islam sebagai agama yang damai, punuh cinta dan kasih sayang. Tampilkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Keempat, jangan membenci orangnya, karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup seseorang. Bisa jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi hidayah kepadanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Kelima, hendaknya kita semua semakin intensif berinteraksi dengan Al-Quran, dengan membaca, memahami artinya, dan mentadaburi makna yang terkandung di dalamnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpesan:
اِنَ اللٌهَ يَرفَعُ بِهذَ االكتَاِبِ اَقَوامًا وَيَضَعُ بِه اخَرِينَ (رواه مسلم)
“Allah Ta’ala mengangkat derajat suatu kaum melalui kitab Al-Qur’an dan Dia merendahkan kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR Muslim)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Dan umat Islam mampu menjadi umat terbaik, penegak keadilan dan penebar rahmat serta kasih sayang. Aamin Ya Rabbal Alamin.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah ke- 2:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى . وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)