Khutbah Jumat: Keistimewaan Bulan Rajab (Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur)

Ditulis di Shuffah Hizbullah, Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor . Jumat, 3 Rajab 1443/ 4 Februari 2022

Khutbah ke-1:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، مَاشَآءَاللهُ كَانَ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِا اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ:  فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَالله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، أَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَنِ اْلرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يَآأَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam dan sehat. Itu semua adalah karunia yang teramat besar, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya.

Sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa semaksimal mungkin kita melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebagai bentuk komitmen taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Pada kesempatan khutbah yang singkat ini, marilah kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Taala Q.S. Al-Taubah [9]: 36.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. (التوبة[٩]: ٣٦

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Para mufassir menjelaskan bahwa empat bulan yang dimaksud pada ayat tersebut adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram.

Menurut Al-Syaikh Sayyid Bahruddin bin Abdurrazzaq Azmat Khan Al-Hafizh, Rajab terdiri dari tiga huruf akronim yaitu: Ra’ dari kalimat  rahmatullah  (rahmat  Allah),  Jim  dari kalimat jinayatul-‘abd (kesalahan hamba Allah), dan Ba’ dari kalimah  birrullah  (kebajikan  Allah).

Bulan  Rajab  disebut  juga dengan nama al-Summun artinya tuli. Tuli di sini bermakna tidak dapat mendengar bunyi senjata karena peperangan diharamkan sepanjang bulan Rajab.

Penjelasan itu berdasarkan hadits yang menyebutkan:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban”. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Bulan-bulan tersebut dinamakan bulan-bulan haram (suci) untuk memperkuat haramnya dan kesuciannya berperang pada bulan-bulan itu. Maka, pada bulan-bulan tersebut, janganlah seseorang menganiaya diri sediri dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang atau melakukan maksiat pada bulan-bulan itu, karena dosanya lebih besar. Termasuk menganiaya diri adalah melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan.

Ulama terdahulu, Al-Qadhi Abu Ya’la menguraikan, bahwa dinamakan bulan-bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Serta pada bulan-bulan tersebut lebih ditekankan dilarang untuk melakukan perbuatan haram karena mulianya bulan-bulan tersebut. Demikian pula pada bulan-bulan itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa haramnya berperang pada bulan ini adalah mansukh (telah dihapus hukumnya) dan boleh memulai berperang. Yaitu memerangi orang-orang kafir yang memerangi kaum Muslimin pada bulan Rajab dan bulan-bulan haram lainnya, karena adanya dalil-dalil yang umum dalam masalah ini.

Kesimpulannya adalah bahwa memulai berperang pada bulan Rajab hukumnya haram. Namun jika musuh-musush Islam memerangi kaum Muslimin, atau perang tersebut merupakan kelanjutan dari bulan-bulan sebelumnya, maka tidaklah mengapa berperang pada bulan tersebut.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun mendoakan keberkahan pada bulan Rajab. Seperti  disebutkan dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jika masuk bulan Rajab, beliau berdoa yang maknanya: ‘Ya Allah Berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban serta berkahilah kami pada bulan Ramadhan’. (H.R. Ahmad dan Ath-Thabarani. Namun hadits ini dianggap dha’if menurut Syaikh Al-Albany).”

Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Selain bulan Rajab sebagai bulan haram (mulia), bulan Rajab dalam syariat Islam juga memiliki beberapa keistimewaan, sebagai berikut:

  1. Isra mi’raj

Isra Mi’raj adalah merupakan peristiwa penting bagi Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Kala itu, dalam waktu kurang dari semalam suntuk, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpindah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan menuju Sidratul Muntaha.

Isra Miraj merupakan perjalanan agung Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menuju langit ketujuh untuk menerima perintah shalat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebagaimana pristiwa ini digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Quran Q.S. Al-Isra [17]: 1.

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الإسراء[١٧]: ١

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 27 Rajab pada masa kenabian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Oleh sebab itu, setiap tanggal 27 Rajab, umat Islam selalu memperingati Isra’ Mi’raj pada umumnya, terutama di Indonesia. Bulan Rajab identik dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, walaupun beberapa ulama berselisih pendapat kapan tepatnya terjadinya Isra’ Mi’raj tersebut, karena memang tidak disebutkan secara tekstual di dalam hadits.

  1. Kemenangan Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam dalam Perang Tabuk.

Pada tahun 9 Hijriah bulan Rajab terjadi peristiwa kemenangan militer Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam pertempuran Perang Tabuk, dan menandai selesainya otoritas Islam atas seluruh semenanjung Arab. Meskipun menempuh perjalanan yang berat dari Madinah menuju Syam, 30.000 pasukan Muslim tetap memulainya.

  1. Perubahan Arah kiblat

Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha) ke Ka’bah Makkah Al-Mukaramah, peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Rajab, setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah. Adapun hikmah dari perpindahan arah kiblat adalah untuk menguji keimanan umat Islam dalam beribadah kepada Allah Subhanhu Wa Ta’ala.

  1. Pembebasan Masjidil Al-Aqsa dari Cengkraman Tentara Salib Eropa

Pembebasan Masjidil Al-Aqsa dari cengkraman tentara Salib Eropa yang telah memerintah selama hampir satu abad. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab tahun 1187 M yang di pimpin oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Penaklukan ini bukan hanya karena pentingnya asasi Masjidil Al-Aqsa dalam Islam, tetapi juga karena peran tentara salib dalam upaya untuk menaklukkan negeri- negeri Muslim.

Melihat peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi, bulan Rajab merupakan bulan perjuangan bagi umat Islam. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah ke-2:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا  أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

(A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.