Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ وَعَلٰى نِعَمِهِ فِي شَهْرِالشَّعْبَانِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ.
أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ, وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Baca Juga: Doa untuk Orang Haji dan Umroh Agar Mendapat Haji Mabrur
Hadirin yang dimuliakanAllah
Alhamdulillahi, segala puji hanya bagi Allah, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya, yang telah Allah curahkan kepada kita.
Shalawat teriring salam marilah senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia menegakkan sunnahnya hingga akhir jaman.
Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat untuk dirinya dan keluarganya, serta hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah agar kita hidup bahagia, selamat dan sejahtera, di dunia hingga di akhirat kelak.
Baca Juga: Silaturahim vs Silaturahmi: Apa Bedanya Menurut Syariat?
Takwa merupakan bekal terbaik kita untuk menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti Allah sebutkan di dalam firman-Nya :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197).
Saat ini kita berada pada bulan Sya’ban, menjelang bulan suci Ramadhan. Bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan menuju bulan Ramadhan penuh berkah. Kita pun dapat berdoa :
Baca Juga: Keutamaan Haji: Pahala dan Kedudukan Mulia di Sisi Allah
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” (H.R. Ahmad dari Anas bin Malik).
Sya’ban, berasal dari kata “syi’ab” yang bermakna jalan setapak menuju puncak atau jalan mendaki.
Jadi, bulan Sya’ban adalah bulan persiapan pendakian yang disediakan oleh Allah kepada hamba-Nya yang beriman untuk menapaki dan menyiapkan diri dengan berbagai amaliyah menghadapi puncak bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Panduan Haji, Apa Saja yang Tidak Boleh Dilakukan?
Maka pada bulan Sya’ban ini, kita bertahap mulai membiasakan puasa sunah Senin Kamis misalnya, memperbanyak tadarus Al-Quran, berdzikir dan bershalawat, berbuat kebaikan, mengikuti kajian, membantu sesama saudaranya, dan gemar berinfak di jalan Allah.
Termasuk meningkatkan solidaritas kita terhadap perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Selanjutnya, tentang keutamaan bulan Sya’ban ini banyak dijelaskan di dalam hadits dan oleh para ulama. Di antaranya adalah :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Pendidikan Anak
Pertama, Bulan Sya’ban adalah bulan amal-amal diangkat.
Di dalam sebuah hadits dari Usamah bin Zaid, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meraih Pahala Syahid di Bulan Dzulhijjah
Artinya: “Itulah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Tuhan semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR An-Nasa’i dan Ahmad).
Kedua, Bulan Sya’ban adalah Bulan Memperbanyak Puasa.
Ini seperti disebutkan oleh kesaksian isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, yang mengatakan:
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Baca Juga: Urgensi Jihad Ma’rifi dalam Pembebasan Masjidil Aqsa
Artinya: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim).
Adapun di antara rahasia atau hikmah mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya. Demikianlah puasa pada bulan Sya’ban bagaikan puasa rawatib sebelum puasa Ramadhan.
Ketiga, bulan Sya’ban adalah bulan penuh keberkahan.
Baca Juga: Pemuda dan Tanggung Jawab Pembebasan Al-Aqsa
Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan keberkahan, selain bulan Rajab dan Ramadhan.
Di dalam sebuah hadits disebutkan :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” (H.R. Ahmad).
Baca Juga: Zionis Pencipta Doktrin Antisemitisme
Keempat, Bulan Sya’ban adalah bulan turunnya perintah bershalawat kepada Nabi.
Para ulama ahli tafsir berpendapat, Surat Al-Ahzab ayat 56 yang berisi perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam turun pada bulan Sya’ban.
Ayat tentang shalawat itu berbunyi :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُـوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meningkatkan Perjuangan untuk Pembebasan Al-Aqsa di Bulan Dzulqa’dah
Artinya : “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (Q.S. Al-Ahzab [33] : 56).
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, makna shalawat dari Allah untuk Nabi adalah bentuk rahmat dan keridhaan-Nya. Sedangkan shalawat dari Malaikat untuk Nabi berarti doa dan permohonan ampun untuk Nabi. Adapun arti Shalawat bagi orang-orang beriman kepada Nabi adalah doa dan bentuk pengagungan kita terhadap baginda Nabi Muhammad. Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Untuk itu, pada bulan Sya’ban ini marilah kita memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Keutamaan shalawat disebutkan juga di dalam hadits:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Artinya : “Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula” (H.R. Ahmad).
Hadirin yang dimuliakan Allah
Selanjutnya, Kelima, bulan Sya’ban adalah bulan para pembaca Al-Quran.
Sebagian ulama menyebut, bulan Sya’ban sebagai bulannya para pembaca Al-Quran (Syahrul Qura). Sedangkan bulan Ramadhan disebut bulan Al-Quran (Syahrul Quran).
Karena itu, di antara kebiasaan para pedagang shalih terdahulu antara lain setiap bulan Sya’ban dan Ramadhan menutup tokonya.
Mereka hendak lebih khusyu’ dan lebih banyak waktu lagi untuk membaca, mengkaji dan merenungkan kandungan Al-Quran. Ini sekaligus membiasakan diri sehingga menjadi lebih mudah memasuki bulan Al-Quran, Ramadhan.
Terakhir, keenam, pada Bulan Sya’ban ada peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu pemindahan kiblat dari sebelumnya menghadap ke Masjidil Aqsa di Palestina, ke Ka’bah di Masjidil Haram, di Mekkah Al-Mukarramah.
Allah mengabadikannya di dalam ayat:
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ…..
Artinya : “Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram….. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 144).
Demikianlah, semoga kita dapat mengambil momentum bulan Sya’ban ini sebagai bulan peningkatan ibadah dan amal kebaikan. Aamiin. (A/RS2/P1)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Mi’raj News Agency (MINA)
Penulis, Ali Farkhan Tsani, Wartawan/Redaktur Senior MINA, Duta Al-Quds Internasional, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Bogor, Penulis Buku Kepalestinaan. Penulis, Dapat dihubungi melalui Nomor WA : 0858-1712-3848, atau email [email protected].