Khutbah Jumat: Kewajiban Membela Palestina dari Belenggu Penjajahan

Oleh : , Duta Al-Quds Internasional, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلاَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنِ اتَبِعَهُ

مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَاْ لَمْ يَكُنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ , اَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ عَزَّوَجَلَّ اُوْسِيْنيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَااللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ , كَمَا قَالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ , أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin sidang Jumat yang Allah muliakan

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan kita rasa cinta dan rasa memiliki terhadap Masjidil Aqsa di Palestina yang diberkahi sekelilingnya. Rasa syukur pula bahwa di dalam hati kita masih ada iman, yang ditandai dengan adanya kepedulian terhadap nasib saudara-saudara kita yang memang memerlukan pertolongan kita.

Shalawat teriring salam, selalu kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah memberikan perhatian luar biasa terhadap Masjidil Aqsa di Palestina.

Rasulullah yang telah menganjurkan umatnya untuk berkunjung ke Masjidil Aqsa di Palestina, di samping berziarah ke Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Rasulullah yang menganjurkan umatnya untuk memberikan kontribusi terhadap kedudukan Masjidil Aqsa di Palestina, agar tetap terjaga kesuciannya dari penodaan Yahudisasi.

Selanjutnya, marilah kita pelihara dan tingkatkan takwa kepada Allah di segala situasi, kondisi, waktu dan tempat.

Sebagaimana Allah sebutkan di dalam firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada Allah)”. (QS Ali Imran [3]: 102).

Juga firman Allah pada ayat lainnya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا (٧٠) يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا (٧١)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, (70) niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (71). (QS Al-Ahzab [33] : 70-71).

Takwa dalam makna seperti menurut Imam Asy-Syafi’i adalah fondasi keimanan. Tanpa takwa, robohlah bangunan keimanan seseorang, dan rusaklah kehidupannya. Dengan takwa itulah, akhlak suatu masyarakat dapat tertata, sehingga masyarakat dapat terhindar dari kehancuran dan kerusakan.

Takwa dalam ungkapan seorang penyair, yang mengatakan, “Aku tidak melihat kebahagiaan itu diukur oleh tumpukan harta. Sebaiknya, kebahagiaan itu diukur dengan takwa kepada Allah.“

Oleh karena itu, marilah kita selalu menjaga takwa, selalu berbuat baik dan senantiasa bersama orang-orang yang baik. Sebagaimana firman Allah menyebutkan :

Sebagaimana Allah sebutkan di dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan bersama mereka yang berbuat kebaikan.” (QS Al-Nahl [16]: 128).

Kaum Muslimin rahimakumullah

Saat ini kondisi yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina, wabil khusus di Jalur Gaza, sungguh sangat mengkhawatirkan, memprihatinkan sekaligus seharusnya menggugah jiwa kemanusiaan setiap insan.

Namun faktanya apa yang terjadi? Dunia seperti diam tanpa bisa mencegah bombardir dari pasukan pendudukan Israel menghantam warga sipil di Jalur Gaza. Dunia internasional tak bisa menghentikan serangan, bahkan membiarkan korban-korban berjatuhan tiap saat, darah mengalir tiap menit, nyawa melayang korban tak berdosa tiap detik.

Betapa saudara-saudara kita yang terzalimi, teraniaya, tertindas dan terjajah, ini tidak bisa dibiarkan berlanjut tanpa pembelaan. Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atas kalian melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum. yang telah ada perjanjian antara kalian dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (QS Al-Anfal [8]: 72).

Imam Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim  menjelaskan, ayat ini menyebutkan tentang golongan kaum Muhajirin, yaitu mereka yang keluar meninggalkan kampung halaman Makkah, dan harta bendanya, mereka datang untuk menolong agama Allah dan Rasul-Nya serta menegakkan agama-­Nya dengan mengorbankan harta benda dan jiwa raga mereka untuk tujuan itu.

Golongan lainnya, yaitu kaum Anshar, mereka adalah kaum Muslimin penduduk Madinah saat itu. Mereka memberikan tempat tinggal di rumahnya masing-masing terhadap kaum Muhajirin dan menolong mereka dengan memberikan sebagian dari hartanya buat kaum Muhajirin, mereka pun menolong Allah dan Rasul-Nya dan saling bahu-membahu dengan kaum Muhajirin dalam berperang membela Allah dan Rasul-Nya. Mereka satu satu sama lainnya saling melindungi. 

Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar, setiap dua orang dari mereka dijadikan sebagai dua orang bersaudara, atas dasar ukhuwwah yang kokoh.

Hal ini pun disebutkan di dalam hadits Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menyatakan :

المهاجرون والأنصار أولياء بعضهم لِبَعْضٍ، وَالطُّلَقَاءُ مِنْ قُرَيْشٍ وَالْعُتَقَاءُ مِنْ ثَقِيفٍ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ”

Artinya : Orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lainnya saling melindungi. Dan orang-orang yang dibebaskan dari kalangan Quraisy serta orang-orang yang dimerdekakan di kalangan Tsaqif, sebagian dari mereka terhadap yang lainnya saling melindungi kelak di hari kiamat.” (HR Ahmad).

Hadirin yang sama-sama mengharapkan ridha dan ampunan Allah

Begitulah jalinan ukhuwwah Islamiyyah, persaudaraan atas dasar keimanan kepada Allah, yang mendatangkan ridha Allah Saubhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana Allah gambarkan di dalma ayat :

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Artinya : “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9] : 100).

Demikianlah memang seharusnya, setiap individu Muslim selalu memiliki rasa dengan sesama saudaranya, sedih karena sedihnya, senang karena senangnya. Orang Muslim tidak akan membiarkan saudaranya, tidak juga akan menyerahkan saudaranya kepada musuh. Tetapi wajib peduli, memperhatikan nasibnya, membelanya dan menolongnya.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengingatkan kita dalam sabdanya:

مَا مِنِ امْرِئٍ يَخْذُلُ مُسْلِمًا فِي مَوْطِنٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ، وَمَا مِنِ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْطِنٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ

Artinya : “Tidak ada seorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat dia dihinakan kehormatannya, dan dilanggar kemuliaannya (hak-haknya), melainkan Allah pasti menghinakannya di tempat yang dia ingin mendapatkan pertolongan. Dan tidak ada seorang yang menolong seorang Muslim di tempat dia dihinakan kehormatannya dan dilanggar kemuliaannya (hak-haknya) melainkan Allah pasti menolongnya, ketika dan tempat yang mana dia amat memerlukan pertolongan”. (HR Abu Dawud dan Ath-Thabrani).

Pada hadits lain juga disebutkan:

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لَا يَخُونُهُ وَلَا يَكْذِبُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ

Artinya: “Orang Muslim itu saudara muslim lainnya, tidak mengkhianatinya, tidak mendustainya dan tidak menghinakannya”. (HR At-Tirmidzi).

Terlebih jika itu adalah kaum tertindas, tertawan, dan terjajah, seperti yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina. Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam menegaskan:

فُكُّوا الْعَانِيَ يَعْنِي الْأَسِيرَ وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ وَعُودُوا الْمَرِيضَ

Artinya : ““Bebaskanlah orang yang tertahan, maksudnya tawanan, beri makanlah orang yang kelaparan dan jenguklah orang yang sakit”. (HR Bukhari).

Hadirin yang sama-sama mengharapkan ridha dan ampunan Allah

Kita sebagai bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, tentu memiliki peranan yang kuat di dalam membela nasib saudara-saudara kita di Palestina. Kita punya hutang sejarah terhadap Palestina, ketika mereka memberikan bantuan kepada kita dan mengakui keberadaan kita bangsa Indonesia, di awal-awal kemerdekaan kita tahun 1945.

Landan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia pun, yang termaktub di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menegaskan “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Di dalam Maklumat Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah persatuan kaum Muslimin yang bersifat Rahmatan lil ‘alamin, pada tahun 1953 menyatakan statement yang berbunyi, “Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum Muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa”.

Oleh karena itu, hadirin rahimakumullah

Marilah kita perkuat upaya kita membela saudara-saudara kita di Palestina melalui aksi-aksi pembelaan kita, melalui solidaritas kita, melalui qunut nazilah kita, melalui doa-doa kita.

Semoga Allah memenangkan perjuangan rakyat dan bangsa Palestina dalam melawan penjajahan dan pendudukan Israel, hingga meraih kemerdekaan hakiki dengan Al-Quds sebagai ibukota abadinya. Aamiin. (A/RS2/RI-1)

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَةِ وَذِكْرِالْحِكِيْمِ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرٌ الرَّحِيْمٌ

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.