Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat pada kali ini berjudul: Kunci Keberutungan Dunia dan Akhirat.
Surah Al-‘Ashr menegaskan bahwa waktu adalah modal utama manusia. Dalam tafsir Ibnu Katsîr, Allah Ta’ala bersumpah atas nama waktu untuk menunjukkan betapa pentingnya hal itu.
Manusia akan berada dalam kerugian jika hari-harinya tidak diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Karena itu, disiplin dalam mengelola waktu menjadi bagian dari keimanan seseorang, agar seseorang tidak terjatuh dalam kerugian.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Langkah-langkah Menjaga Ukhuwah
Manusia hanya bisa selamat jika memenuhi lima syarat: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, saling menasihati dalam kesabaran, dan hidup berjama’ah.
Khutbah selengkapnya silakan simak berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memaknai Kebajikan Sejati
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat iman dan Islam, nikmat terbesar yang menuntun hati menuju jalan keberuntungan.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang istiqamah mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ dengan sebenar-benarnya takwa, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mejauhi segala larangan-larangan-Nya. Takwa akan menghidupkan hati, menggerakkan fisik untuk beramal shaleh, menegakkan keadilan dan membela kebenaran dalam kesabaran.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keadilan Kunci Mewujudkan Perdamaian Dunia
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-‘Ashr [103] ayat 1-3. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (العصر [١٠٣]: ٣-١)
“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Membangun Peradaban dengan Ilmu dan Akhlak
Al-‘Ashr adalah surah dalam Al-Qur’an yang paling ringkas namun paling menghunjam hati, menggugah kesadaran manusia tentang nilai hidup, menghargai waktu, dan tentang perjalanan manusia dari awal hingga akhir hayat, dalam upaya meraih keberuntungan hidup di dunia dan akhirat.
Surah Al-‘Ashr adalah surah yang oleh Imam Asy-Syafi‘i Rahimahullah disebutkan:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّورَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
“Seandainya manusia merenungkan surah ini, niscaya kandungannya sudah mencukupi mereka.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Perdamaian Sejati
Imam At-Thabrani Rahimahullah meriwayatkan bahwa ketika dua sahabat bertemu, mereka tidak berpisah kecuali salah satu atau keduanya membaca Surah Al-‘Ashr, lalu saling memberi salam. Hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan surah ini dalam membangun kasih sayang diantara umat.
Syaikh Muhammad Abduh Rahimahullah menjelaskan, asbābun nuzul ayat ini berkaitan dengan kebiasaan orang-orang Arab dahulu yang mengutuk waktu ‘Ashar, menganggapnya sebagai waktu sial dan malapetaka, sebab pada waktu itulah sering terjadi perdebatan yang menimbulkan pertengkaran dan permusuhan. Maka datang surah ini sebagai peringatan tegas bahwa bukan waktunya yang salah, tetapi manusialah yang menggunakan waktu untuk keburukan.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Surat Al-‘Ashr menjadi pedoman bagi umat Islam, bahwa untuk meraih keberuntungan hidup di dunia maupun di akhirat, kita hendaknya memperhatikan beberapa hal, yaitu:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kebenaran Pasti Menang
- Disiplin Waktu
Surah Al-‘Ashr menegaskan bahwa waktu adalah modal utama manusia. Dalam tafsir Ibnu Katsîr, Allah Ta’ala bersumpah atas nama waktu untuk menunjukkan betapa pentingnya hal itu. Manusia akan berada dalam kerugian jika hari-harinya tidak diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Karena itu, disiplin dalam mengelola waktu menjadi bagian dari keimanan seseorang, agar seseorang tidak terjatuh dalam kerugian.
Disebutkan dalam ayat di atas, manusia hanya bisa selamat jika memenuhi lima syarat: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, saling menasihati dalam kesabaran, dan hidup berjama’ah.
Kelimanya membutuhkan manajemen waktu dan konsistensi yang baik. Dengan demikian, disiplin waktu adalah kunci agar seorang Muslim terhindar dari kerugian, sebagaimana diperingatkan dalam surah di atas.
- Iman
Iman bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan membimbing setiap langkah dalam kehidupan. Mereka yang beriman memahami bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara, tempat menanam amal, sedangkan akhirat adalah tempat menuai. Di sanalah seluruh amal dibalas dengan sempurna, tanpa ada satu pun yang terabaikan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban Membuka Blokade Gaza Palestina
Orang beriman melihat dunia sebagaimana seorang perantau melihat tempat singgah: tempat mengumpulkan bekal untuk melanjutkan perjalanan, bukan untuk menetap selamanya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ (رواه البخاري)
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.” (HR. Bukhari)
Karena itu, ia tidak tertipu oleh kenikmatan yang fana dan tidak diperdaya oleh gemerlap dunia yang menipu. ia terus menanam amal kebaikan dengan keyakinan penuh bahwa setiap amal akan mendapat balasan yang sesuai di sisi Allah .
Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan, Jalan Menuju Kebangkitan dan Pembangunan Peradaban
- Amal Shalih
Iman tidak akan bisa hidup tanpa amal shalih. Iman itu ibarat akar dan amal shalih adalah batang dan buahnya.
Segala pekerjaan yang bermanfaat, baik bagi diri, keluarga, masyarakat, bahkan makhluk lainnya disebut amal shalih, selama tidak ada larangan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Amal shalih tidak terbatas pada Ibadah mahdhah, melainkan mencakup ibadah sosial: menolong sesama, menahan lisan dari menyakiti, memudahkan orang lain, hingga tersenyum kepada saudara, semuanya menjadi amal shalih bila diniatkan ibadah.
Amal shalih adalah bukti hidupnya iman dalam hati manusia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi
- Tawasaw bil-Haq
Manusia tidak hidup sendirian, mereka diperintahkan untuk hidup berjama’ah agar saling menguatkan, saling menasihati, dan saling membimbing menuju kebenaran.
Al-haq mencakup seluruh nilai kebaikan: akidah, ibadah, keadilan, kejujuran, akhlak mulia, dan semua prinsip agama yang lurus.
Tawasaw bil-haq berarti, saling mengingatkan saat saudaranya tergelincir, membantunya saat ia membutuhkan, menenangkan saat ia goyah, menguatkan saat ia letih, menemaninya dalam ibadah.
Jika sikap saling menasihati ini tidak ada, maka kebenaran akan menipis, iman melemah, dan amal melebur.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Keadilan Sosial Menurut Syariat Islam
- Tawasaw bish-Shabr
Kebenaran mustahil bertahan tanpa kesabaran. Jalan ibadah penuh rintangan. Jalan dakwah penuh ujian. Jalan menuju surga dipenuhi perkara yang tidak disukai hawa nafsu. Maka Allah menjadikan sabar sebagai pilar penyangga kebenaran.
Sabar bukan sikap pasif, bukan pula pasrah dan menyerah. Sabar adalah kemampuan menahan diri dari perbuatan maksiat konsisten dalam menjalankan ketaatan dan menghadapi berbagai macam musibah.
Sabar adalah kekuatan batin yang membuat seseorang tetap melangkah, meski terasa berat, tetap teguh meski sendirian, dan tetap yakin meski belum terlihat hasilnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ (رواه ٱلتِرمذي)
“Ketahuilah, kemenangan itu bersama kesabaran.” (HR. At-Tirmidzi)
- Hidup Berjamaah
Pada ayat yang menjelaskan tentang menasihati untuk kebenaran dan kesabaran, Allah menggunakan fi’il (kata kerja) musyarakah yang artinya kerjasama. Hal ini menunjukkan pentingnya berjamaah (kebersamaan) dalam kehidupan.
Dalam hal keimanan dan amal saleh, kebersamaan mendorong seseorang untuk lebih teguh dalam ibadah dan konsisten dalam kebaikan. Lingkungan dalam jamaah menguatkan iman dengan saling memberi teladan, saling menasihati, dan menciptakan atmosfer yang mendukung terpeliharanya iman. Amal saleh pun menjadi lebih mudah dilakukan, karena banyak kebaikan yang bisa dikerjakan bersama-sama, mulai dari ibadah mahdhah hingga pelayanan sosial.
Adapun dalam dakwah, kehidupan berjamaah memberikan kekuatan kolektif. Seruan kebenaran menjadi lebih efektif ketika dilakukan secara bersama, bukan sendirian.
Jamaah juga menjadi tempat seseorang belajar sabar: sabar menghadapi perbedaan karakter, sabar dalam perjuangan dakwah, dan sabar dalam menjaga komitmen. Dengan demikian, seluruh ciri keberuntungan dalam QS Al-‘Ashr dapat tumbuh lebih kuat melalui kehidupan berjamaah, karena setiap umat saling menolong untuk tetap berada di atas kebenaran dan keteguhan. Dalam sebuah hadist, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ
“Pertolongan Allah bersama Al-Jamaah.”
Berjamaah berarti saling menguatkan, saling mengingatkan, tidak berjalan sendiri-sendiri. Mereka yang menjaga kesatuan umat, maka Allah akan menjaganya dari perpecahan dan keruntuhan iman.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ قُدْسِهِ، وَثَلَّثَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ. فَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)















Mina Indonesia
Mina Arabic