Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini berjudul: Langkah-langkah Menjaga Ukhuwah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala secara khusus memperingatkan bahwa sikap buruk: mengolok-olok, mencela, memberi julukan buruk, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan, dan bergunjing, itu semua adalah tindakan yang dapat merusak hubungan sosial.
Hal itu sebagai koreksi moral dan sosial atas sikap dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang terjadi dalam pergaulan di masyarakat. Kemudian sifat buruk itu hendaknya diganti dengan sifat dan kebiasaan baik yang membangun hubungan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memaknai Kebajikan Sejati
Teks khutbah selengkapnya silakan baca berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keadilan Kunci Mewujudkan Perdamaian Dunia
Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala kenikmatan yang dianugerahkan kepada kita.
Sungguh tiada seorangpun yang mampu menghitung nikmat-nikmat yang telah diberikan. Tiada satu pun alat yang mampu mengkalkulasi besarnya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dicurahkan kepada kita.
Betapapun banyaknya nikmat itu, Allah Ta’ala tidak berharap balasan dari manusia. Allah Ta’ala tidak berharap disanjung dan dipuji. Karena tanpa itu semua, Allah sudah Mahaterpuji dan Mahaagung dengan kemuliaan sifat-sifat-Nya.
Allah Ta’ala hanya ingin kita sadar, bahwa semua itu datang dari-Nya dan sebagai hamba yang baik, tentu syukur dan pujian hendaknya senantiasa kita sanjungkan kepada-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Membangun Peradaban dengan Ilmu dan Akhlak
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah dalam Surah Al-Hujurat [49] ayat 11-12:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ … (الحجرات [٤٩]: ١١ــ١٢)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. (11) Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain….” (QS Al-Hujurat [49]: 11-12)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Perdamaian Sejati
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, secara khusus ayat di atas memperingatkan bahwa sikap buruk yaitu: mengolok-olok, mencela, memberi julukan buruk, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan, dan bergunjing, itu semua adalah tindakan yang dapat merusak hubungan sosial.
Ayat di atas sebagai koreksi moral dan sosial atas sikap dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang terjadi dalam pergaulan di masyarakat. Kemudian sifat buruk itu hendaknya diganti dengan sifat dan kebiasaan baik yang membangun hubungan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
Para ulama kontemporer menegaskan relevansi ayat di atas juga mencakup larangan mengejek dan bergunjing di dunia maya (cyberbullying). Prasangka buruk (ẓann) mencakup asumsi negatif yang sering memicu bullying (perundungan) di ruang digital (media sosial).
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kebenaran Pasti Menang
Ayat di atas dapat dijadikan sebagai bahan renungan dalam mengatasi perselisihan, pertengkaran, permusuhan dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk di lembaga pendidikan, yaitu dengan menghindarkan perilaku-perilaku buruk di atas.
Dengan semangat dari ayat di atas, ikatan antar sesama anggota masyarakat hendaknya dihiasi dengan semangat saling menolong, saling menasihati dan saling memaafkan ketika terjadi kesalahan.
Sementara sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا –وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ– بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ. (رواه مسلم)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban Membuka Blokade Gaza Palestina
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak boleh menzaliminya, tidak membiarkannya (dalam kesulitan), dan tidak merendahkannya. Takwa itu di sini (Rasulullah menunjuk ke dada beliau). Cukuplah seseorang dianggap jahat bila ia merendahkan saudaranya sesama Muslim.” (HR. Muslim)
Ketika prinsip-prinsip dalam ayat dan hadits di atas diterapkan secara konsisten, maka kehidupan bermasyarakat akan senantiasa dalam kedamaian dan ketenteraman.
Jika terjadi perselisihan dapat diselesaikan dengan mengedepankan semangat musyawarah dan keadilan, bukan dengan emosi dan kebencian.
Masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai iman dan akhlak mulia akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat, harmonis, serta jauh dari perilaku saling mencela dan merendahkan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan, Jalan Menuju Kebangkitan dan Pembangunan Peradaban
Dalam suasana seperti itu, ukhuwah Islamiyah bukan sekadar slogan, melainkan menjadi napas kehidupan yang menumbuhkan rasa aman, saling percaya, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Inilah implementasi kehidupan berjamaah, sebuah potret kehidupan yang dipraktikkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat-sahabatnya.
Dalam prinsip Islam, interaksi dalam masyarakat itu ibarat satu tubuh. Apabila seseorang berbuat buruk kepada orang lain, sebenarnya ia telah berbuat buruk kepada dirinya sendiri. Inilah yang diisyaratkan dalam kalimat وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ (Janganlah kamu saling mencela). Ketika seseorang mencela orang lain, maka orang itu akan membalas celaan kepada dirinya atau dengan perbuatan buruk lainnya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi
Untuk menjaga ukhuwah di tengah-tengah masyarakat, beberapa hal yang perlu kita lakukan antara lain:
Pertama, hendaknya kita menjaga lisan dan tutur kata. Jangan sampai keluar ucapan yang menyakiti hati saudara kita. Rasulullah ﷺ memperingatkan kita semua dengan sabdanya:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
“Sesungguhnya seseorang bisa saja mengucapkan satu kalimat tanpa dipikirkan akibatnya, lalu dengan sebab itu ia tergelincir ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Keadilan Sosial Menurut Syariat Islam
Maka, ucapan yang lembut dan penuh hikmah akan menumbuhkan kasih sayang, sedangkan kata-kata makian dan cacian, meski awalnya hanya candaan, akan menimbulkan permusuhan dan kebencian.
Kedua, jauhilah sifat merendahkan dan mengejek orang lain. Menghargai dan memuliakan orang lain adalah cermin kokohnya keimanan dan tingginya kemuliaan.
Menghina bukan hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga mencoreng kehormatan pelakunya sendiri. Orang yang terbiasa merendahkan orang lain, akan kehilangan rasa empati, karena hatinya telah tertutup oleh kesombongan dan kebencian.
Ia tidak lagi mampu melihat kebaikan pada diri orang lain, bahkan cenderung mencari-cari kekurangan demi memuaskan ego pribadinya. Akibatnya, hubungan persaudaraan pun retak, kepercayaan hilang, dan suasana masyarakat menjadi penuh kecurigaan serta permusuhan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan Umat Islam Sumber Kekuatan dalam Perjuangan
Maka, menjaga lisan dan hati dari menghina sesama, sejatinya adalah bagian dari menjaga kehormatan diri sendiri dan memelihara kedamaian dan ketenteraman masyarakat.
Ketiga, jauhi berburuk sangka terhadap saudara kita. Prasangka buruk sering kali menjadi awal dari perpecahan dan permusuhan.
Maka, jauhi berburuk sangka (su’uudzan) dan biasakanlah untuk berhusnuzhan, berpikir positif, dan berusaha memaafkan kekeliruan saudara kita.
Dengan menjauhi buruk sangka, kita tidak mudah tersulut
emosi, tidak cepat memvonis, dan tidak menyebarkan fitnah yang bisa menghancurkan hubungan persahabatan.
Sebaliknya, sikap berhusnuzhan menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa aman dalam masyarakat, karena masing-masing anggota masyarakat akan merasa dihargai dan dihormati.
Keempat, hindari mencari-cari kesalahan orang lain. Sifat ini tidak hanya mengotori hati, tetapi juga merusak kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Islam mengajarkan agar kita menutupi aib saudara kita, bukan mengumbar kekurangan-kekurangan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya: “Barang siapa menutupi aib saudaranya di dunia, maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat.” (HR. Muslim).
Kelima, jauhilah ghibah, yaitu membicarakan keburukan saudara kita di belakangnya.
Allah Ta’ala menggambarkan perbuatan ini seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Betapa menjijikkan dan hinanya perbuatan itu.
Maka marilah kita sibukkan diri dengan introspeksi, bukan mencela orang lain dan mencari-cari kesalahannya.
Keenam, perbanyaklah doa dan saling memaafkan. Hati manusia tidaklah selalu bersih dari kesalahan, maka jangan biarkan dendam dan kebencian tumbuh di hati kita.
Dengan saling memaafkan, kehidupan masyarakat akan damai dan tenteram. Semoga kita semua mampu menjaga ukhuwah sebagai jembatan menuju ridha Allah Ta’ala.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)
















Mina Indonesia
Mina Arabic