Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat Lengkap Imam Masjid Al Noor Selandia Baru

Rana Setiawan - Sabtu, 23 Maret 2019 - 23:40 WIB

Sabtu, 23 Maret 2019 - 23:40 WIB

3 Views

Ribuan orang berkumpul di Hagley Park Christchurch, Selandia Baru, tepatnya di seberang Masjid Al Noor untuk salat Jumat pertama, Jumat (22/3), sejak tragedi teror pada pekan lalu.

Banyak wanita nonmuslim juga hadir dengan mengenakan jilbab untuk menunjukkan solidaritas mereka. Termasuk Perdana Menteri Jacinda Ardern, pembaca berita televisi, perawat, mahasiswa dan petugas kepolisian – mengenakan jilbab.

Tampak hadir juga tokoh masyarakat Selandia Baru, serta tokoh lainnya dari berbagai negara juga ikut hadir.

Shalat Jumat dipimpin langsung oleh Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda. Menjelang waktu shalat, negara itu terdiam selama dua menit untuk mendoakan mereka yang wafat dalam tragedi penembakan.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Salat Jumat di lapangan depan masjid Al Noor Christchurch itu disiarkan langsung oleh berbagai stasiun TV dan radio Selandia Baru. Shalat Jumat dilaksanakan tepat pukul 14.00 WIB.

Gamal Fouda termasuk salah seorang korban yang selamat dari penembakan oleh teroris asal Australia penganut supremasi kulit putih.

Sebuah khutbah yang tak biasa, karena dihadiri oleh ribuan orang secara fisik, termasuk 5.700 pasang mata yang menyaksikan secara online dari seluruh penjuru dunia.

Sebuah khutbah yang tak biasa, karena dihadiri juga oleh masyarakat Selandia Baru yang tidak beragama Islam, termasuk Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Sebuah khutbah yang tak biasa, karena di sela-sela khutbah terdengar aplaus, dari para hadirin, karena khutbah yang menggerakkan hati, sekaligus motorik tangan untuk melakukannya.

Berikut pidato lengkapnya sebagaimana diambil dari berbagai sumber.

Innal hamda lillaah.

Nahmaduhuu wa nasta’iinuhuu wa nastahdihii wa nastaghfiruh.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa,

wa min sayyi-aati a’maalinaa.

Innahuu man yahdihillaahu fa laa mudhillalah,

wa man yudh-lil fa laa haadiyalah.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

 Wa asy-hadu an laa-ilaaha illallaah,

wahdahuu laa syariikalah.

Wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluh.

Yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaaha haqqa tuqaatih.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.

Uushiikum wa nafsii bitaqwallaahi subhaanahuu wa ta’aalaa.

Wa as-alullaaha ‘azzaa wajall, an yataqabblasy-syuhadaa’,

ma’ash-shiddiiqiina wasy-syuhadaa-i wash-shaalihiin.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Innahuu samii’un qariibun mujiibuddu’aa’.

Ammaa ba’du.

Ayyuhal ikhwatul muslimuun.

Saudara dan saudari dalam Islam, saudara dan saudari dalam kemanusiaan, saudara dan saudari di Selandia Baru. Jumat lalu saya berdiri di masjid ini melihat kebencian dan amarah di mata teroris, yang membunuh 50 orang, melukai 42 lainnya, tindakannya telah menghancurkan hati jutaan orang di seluruh dunia.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Hari ini, dari tempat yang sama, saat saya melihat keluar, saya melihat cinta dan kasih sayang di mata ribuan sesama warga Selandia Baru dan sesama manusia dari seluruh dunia, yang memenuhi hati jutaan orang yang tidak bersama kita secara fisik tetapi satu ikatan hati.

Teroris ini berusaha menghancurkan bangsa kita dengan ideologi jahat yang telah menghancurkan dunia. Tetapi, sebaliknya, kita telah menunjukkan bahwa Selandia Baru tidak bisa dipecahkan.

Dunia bisa melihat dalam diri kita sebuah contoh dari ikatan cinta dan persatuan. Hati kita berduka tetapi tidak hancur. Kita hidup. Kita bersama. Kita bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memecah belah bangsa ini.

Kita bertekad untuk saling mencintai dan saling mendukung. Ideologi supremasi kulit putih yang jahat ini tidak menyerang kita terlebih dahulu, namun hal itu paling mengejutkan kita. Jumlah orang yang terbunuh tidak luar biasa, tetapi solidaritas di Selandia Baru luar biasa.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Bagi keluarga korban, orang yang Anda cintai tidak wafat sia-sia. Darah mereka telah menyirami benih-benih harapan. Melalui mereka, dunia akan melihat keindahan Islam dan keindahan persatuan kita.

Jangan katakan mereka yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka sudah mati. Mereka hidup, bersukacita dengan Tuhan mereka. Mereka adalah yang terbaik dari kita, diambil dari kita pada hari-hari terbaik, di tempat-tempat terbaik. Dan melakukan tindakan terbaik. Mereka bukan hanya pejuang Islam tetapi mereka juga pejuang bangsa ini, Selandia Baru.

Rasa kehilangan kita atas wafatnya mereka mewujud menjadi persatuan dan kekuatan Selandia Baru. Kepergian mereka adalah kebangkitan, bukan hanya untuk bangsa ini tetapi untuk semua umat manusia. Keberanian mereka adalah kehidupan baru bagi Selandia Baru dan peluang kemakmuran bagi banyak orang.

Pertemuan kita di sini, dengan semua corak keragaman yang kita miliki, adalah bukti kemanusiaan bersama. Kita ada di sini berjumlah ratusan dan ribuan bersatu untuk satu tujuan – bahwa kebencian akan digagalkan dan cinta akan ditumbuhkan.

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Kami diajari oleh nabi kami, Muhammad, bahwa Kamu tidak pernah dapat benar-benar menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan yang maha kuasa tanpa berterima kasih kepada sesamamu.

Terima kasih atas air matamu. Terima kasih atas pemberianmu. Terima kasih untuk bungamu. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang kamu.

Kepada perdana menteri kami, terima kasih. Terima kasih atas kepemimpinan Anda. Hal ini telah menjadi pelajaran bagi para pemimpin dunia. Terima kasih telah menjadikan kami sebagai keluarga dekat dan menghormati kami dengan jilbab sederhana. Terima kasih atas sambutan dan air mata welas asih Anda. Terima kasih telah menyatu dengan kami.

Terima kasih kepada pemerintah Selandia Baru dan kepada semua warga luar biasa yang telah menjadikan kami sebagai bagian masyarakat yang penting dan tidak dilupakan. Terima kasih kepada kepolisian dan atas pengamanannya pada garis depan. Anda menempatkan hidup kami di atas kehidupan Anda setiap hari.

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Terima kasih kepada para tetangga yang membuka pintu mereka untuk menyelamatkan kami dari si pembunuh. Terima kasih kepada mereka yang menepikan mobil mereka untuk membantu kami.

Terima kasih kepada mereka yang membawakan kami makanan dan membantu kami ketika kami merasa sulit untuk berdiri. Terima kasih, terima kasih, Selandia Baru. Terima kasih telah mengajar dunia apa artinya mencintai dan peduli.

Kepada saudara-saudari sekalian yang hadir hari ini untuk melakukan shalat Jumat, terima kasih telah datang membersamai sekali lagi. Mengeluarkan kami dari trauma yang kita alami. Tapi janji Allah yang disampaikan untuk kita adalah benar.

Berikan kabar gembira kepada orang sakit, mereka yang ketika menderita, mengatakan ‘Kepada Allah kita semua miliknya, dan kepadanyalah kita akan kembali ‘. Mereka adalah orang-orang yang selalu dinaungi rahmat Allah.

Terima kasih atas kekuatan dan pemaafan Anda. Terima kasih atas amarah Anda yang terkendali dan belas kasihan Anda yang meluap. Terima kasih atas ketabahan Anda dan berdiri tegak ketika orang lain akan jatuh. Terima kasih.

Islamofobia adalah pembunuh. Orang-orang Muslim telah merasakan sakitnya. Islamofobia telah membunuh orang-orang di Kanada dan digunakan untuk melawan kita di Norwegia dan melawan warga tidak bersalah di Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara lain di seluruh dunia.

Islamofobia itu nyata. Ia adalah kampanye yang ditargetkan untuk mempengaruhi orang untuk bertindak tidak manusiawi dan takut terhadap Muslim. Takut akan apa yang kita kenakan, takut akan pilihan makanan yang kita makan, takut pada cara kita berdoa dan takut pada cara kita mempraktikkan iman kita.

Kami menyerukan kepada pemerintah di seluruh dunia termasuk Selandia Baru dan negara-negara tetangga untuk mengakhiri pidato kebencian dan politik ketakutan.

Kesyahidan 50 orang dan luka-luka 42 tidak terjadi dalam semalam, itu adalah hasil dari retorika anti-Islam dan anti-Muslim dari beberapa pemimpin politik, agensi media dan lainnya.

Tragedi pekan lalu adalah bukti dan bukti bagi seluruh dunia bahwa terorisme tidak memiliki warna, tidak memiliki ras, dan tidak memiliki agama.

Munculnya supremasi kulit putih dan ekstremisme sayap kanan adalah ancaman global yang besar bagi umat manusia dan ini harus berakhir sekarang.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari Muslim dan non-Muslim yang telah hadir hari ini, dan saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para tamu dari luar negeri yang mendampingi kami dan telah datang untuk mendukung dan membantu kami di masa-masa sulit seperti ini.

Ya Allah, kasihanilah kami semua. Ya Allah, kasihanilah mereka yang wafat pekan lalu. Ya Allah, berikan mereka surga yang paling tinggi. Ya Allah berikan kepada yang sakit kesembuhan secepatnya dan berikan kepada keluarga korban kesabaran.

Ya Allah, berikan negara kami perdamaian, keamanan. Lindungi Selandia Baru dan rakyatnya dari semua kejahatan. Ya Allah, berikan kedamaian, keamanan, dan kemakmuran seluruh dunia. Ya Allah, lindungi Selandia Baru, Ya Allah, lindungi Selandia Baru dan dunia.

Solidaritas

Di kota-kota Selandia Baru lainnya, seperti Auckland, Wellington, dan Nelson pada waktu bersamaan, juga berlangsung acara perkabungan yang digelar masyarakat setempat.

Di lapangan Hagley Park di sekitar masjid Al Noor sendiri, warga setempat yang tak melaksanakan salat, membentuk barisan, menjaga para jamaah salat Jumat.

Sejumlah stasiun TV di Australia termasuk ABC TV turut menyiarkan azan dan khutbah salat Jumat di Christchurch tersebut.

Suratkabar setempat yang terbit hari ini menampilkan halaman depan dalam satu kata dalam Bahasa Arab, Salaam, yang berarti damai.

Suratkabar The Press di halaman depannya juga memuat nama-nama korban serangan teror.

Seorang warga Christchurch Lan Shepherd kepada media setempat mengatakan datang ke shalat Jumat tersebut untuk menunjukkan dukungannya kepada masyarakat Islam.

“Kami turut merasakan penderitaan yang mereka alami,” ujarnya.(AK/R01/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Kolom