Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Memaknai Kebajikan Sejati

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

0 Views

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh (foto: Ardan/MINA)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat kali ini berjudul: Memaknai Kebajikan Sejati.

Hakikat kebajikan bukan hanya pada bentuk ibadah, tetapi pada isi dan tujuannya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan menebar manfaat bagi sesama.

Sedangkan Imam As-Sa‘di menyebut, “Kebajikan sejati adalah kesempurnaan iman yang dibuktikan dengan amal nyata dan menunaikan hak-hak sosial.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Keadilan Kunci Mewujudkan Perdamaian Dunia

Dari sini kita pahami, keimanan yang tidak melahirkan kepedulian adalah iman yang belum sempurna.

Khutbah selengkapnya silakan simak berikut:

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Membangun Peradaban dengan Ilmu dan Akhlak

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat iman dan Islam, nikmat terbesar yang menuntun hati menuju jalan kebenaran.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang istiqamah mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman.

Marilah kita tingkatkan takwa dengan sebenar-benarnya takwa,  ketaqwaan yang menundukkan hati di hadapan Allah, namun tegak berdiri ketika berhadapan dengan kezaliman. Karena Islam bukan hanya mengajarkan sujud kepada Allah semata, tetapi juga keberanian untuk membela kebenaran, menegakkan keadilan dan menolong yang tertindas.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Perdamaian Sejati

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah  dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah [2] ayat 177. Allah  menegaskan dalam firman-Nya:

لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْاۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ ۝١٧٧ (البقارة [٢]: ٧ ١٧)

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kebenaran Pasti Menang

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari ayahnya, dari Abu Dzar r.a., bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, apakah yang disebut dengan iman itu?” Maka Rasulullah ﷺ membacakan firman Allah di atas hingga selesai.

Dengan ayat ini, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa iman yang sejati bukan hanya dalam bentuk ritual atau ibadah madhah semata, tetapi iman yang membuahkan amal shaleh dan kepedulian kepad sesama.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini turun setelah terjadi perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis menuju Masjidil Haram di Makkah. Perubahan ini terasa berat bagi sebagian orang, baik dari kalangan Ahli Kitab maupun sebagian kaum Muslimin. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menjelaskan hikmah di balik perintah tersebut.

Bahwa tujuan ibadah bukanlah mengadap ke arah timur atau barat, bukan sekadar simbol dan arah, melainkan ketaatan kepada Allah dan kepatuhan menjalankan perintah-perintah-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban Membuka Blokade Gaza Palestina

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Kata al-birr (البرّ) sendiri dalam bahasa Arab bermakna “kebaikan yang luas, penuh kasih, dan benar.” Secara istilah syar’i, al-birr adalah iman yang benar yang diwujudkan dalam amal saleh dan kasih sayang terhadap sesama.

Ibnu Abbas berkata: “Al-birr adalah ketaatan kepada Allah dan kasih sayang kepada makhluk.”

Hakikat kebajikan bukan hanya pada bentuk ibadah, tetapi pada isi dan tujuannya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan menebar manfaat bagi sesama.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan, Jalan Menuju Kebangkitan dan Pembangunan Peradaban

Sedangkan Imam As-Sa‘di menyebut, “Kebajikan sejati adalah kesempurnaan iman yang dibuktikan dengan amal nyata dan menunaikan hak-hak sosial.”

Dari sini kita pahami, keimanan yang tidak melahirkan kepedulian adalah iman yang belum sempurna.

Maka, orang yang benar-benar imannya adalah mereka yang dekat kepada Allah dan peduli kepada sesama manusia.

Itulah sebabnya Allah menyebut dalam ayat ini, kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta, dan hamba sahaya, Karena mereka adalah simbol dari kaum tertindas, yang menjadi ujian bagi keimanan kita.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi

Dalam sebuah hadits dari sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا. فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا ، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ : تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ (رواه البخاري ومسلم)

“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi. Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah makna kebajikan sejati, tidak hanya menolong yang lemah, tetapi juga mencegah perbuatan dzalim.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Keadilan Sosial Menurut Syariat Islam

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Umat Islam hendaknya mampu mengaplikasikan perintah ayat di atas dalam kehidupannya. Selain khusyuk berdoa, kita hendaknya juga memberi kontribusi positif untuk masyarakat dan umat di manapun berada.

Jika kita ingin menjadi hamba Allah yang benar, maka kita harus menegakkan kebajikan dalam kehidupan nyata.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan agar kita menjadi hamba yang peka dan tidak lalai:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan Umat Islam Sumber Kekuatan dalam Perjuangan

Pertama, hidupkan empati.

Rasakan penderitaan orang lain, karena dari situlah kebajikan tumbuh. Empati adalah tanda hidupnya hati seorang mukmin.

Ketika melihat orang lapar, sedih, atau terzalimi, hatinya tidak tenang sebelum berbuat sesuatu. Inilah yang saat ini terjadi di Palestina dan Sudan.

Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya: “Perumpamaan orang beriman dalam hal saling mencintai dan menyayangi adalah seperti satu tubuh; bila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keteguhan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam Perjuangan

Maka, jika hari ini Palestina berdarah, dan Sudan menangis, sesungguhnya tubuh umat ini sedang sakit. Dan tanda hati yang hidup adalah ikut merasakan deritanya.

Mari kita jadikan kepedulian ini sebagai bagian dari kebajikan kita untuk terus mendukung mereka dengan segala yang kita mampu.

Kedua, sisihkan harta untuk berbagi.

Allah berfirman:

وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ

Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, dan hamba sahaya.” (QS. Al-Baqarah: 177)

Mulailah dari yang paling kecil. Rasulullah bersabda: “Takutlah kepada neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.” (HR. Bukhari). Artinya. sedekah sekecil apapun bernilai di sisi Allah.

Ketiga, Menegakkan Keadilan dan Membela yang Tertindas

Menolong orang yang dizalimi adalah bagian dari jihad fi sabilillah. Islam tidak mengajarkan umatnya menjadi penonton dalam kezaliman, tetapi pelaku dalam kebenaran.

Ketika kita berbicara tentang al-birr, kebajikan sejati, maka salah satu wujud terbesarnya di zaman ini adalah kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang tertindas di Palestina dan Sudan.

Mereka adalah bagian dari tubuh umat Islam yang sedang terluka. Rumah mereka dihancurkan, diusir dan dibunuh, anak-anak kehilangan orang tua, dan mereka hidup dalam kepungan ketakutan dan penderitaan.

Maka kewajiban umat Islam untuk terus membela dan menolong mereka yang tertindas.

Keempat, istiqamahlah dalam kebaikan.

Kebajikan bukan tindakan sesaat, tapi jalan hidup. Berbuat baik sekali itu mudah, tapi tetap istiqamah menjaga kebaikan di tengah ujian itulah kemuliaan.

Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): Janganlah kamu takut dan jangan bersedih hati…” (QS. Fussilat: 30)

Istiqamah dalam kebajikan berarti menjadikan amal baik sebagai karakter, bukan sekadar tindakan sesaat yang dilakukan karena situasi tertentu atau pengaruh orang lain.

Orang yang istiqamah akan konsisten berbuat baik, meski menghadapi tantangan, godaan, atau ketidakpahaman dari lingkungan sekitarnya.

Dengan cara ini, kebaikan tidak hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi cahaya yang menyejukkan dan menginspirasi orang lain di sekelilingnya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat