Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Membangun Peradaban dengan Ilmu dan Akhlak

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 2 menit yang lalu

2 menit yang lalu

2 Views

Ilmu adalah modal untuk menjadi orang berakhlak mulia di akhir zaman ini.(Foto: ig)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat kali ini berjudul: Membangun Peradaban dengan Ilmu dan Akhlak.

Rasulullah ﷺ adalah sosok pendidik untuk merubah peradaban. Para sahabat dididik menjadi manusia beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Dari didikan beliau, lahirlah generasi seperti Abu Bakar yang penuh kejujuran, Umar yang adil, Utsman yang dermawan, dan Ali yang cerdas dan pemberani.

Dari mereka, lahirlah peradaban ilmu, peradaban yang menegakkan keadilan, menumbuhkan kasih sayang, dan memuliakan manusia.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Perdamaian Sejati

Khutbah selengkapnya, seilakan simak berikut:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kebenaran Pasti Menang

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah  yang telah melimpahkan nikmat iman dan Islam kepada kita, nikmat terbesar yang menguatkan hati dan menuntun kita menuju jalan kebenaran.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarga, para sahabatnya, serta umatnya yang istiqamah mengikuti sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah  dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa yang menumbuhkan kesadaran untuk terus memperbaiki diri, bersemangat menuntut ilmu, dan berakhlak mulia dalam kehidupan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban Membuka Blokade Gaza Palestina

Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah  dalam Al-Qur’an Surah Al-Alaq [96] ayat 1-5. Allah  menegaskan dalam firman-Nya:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ۝٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ۝٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ۝٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ۝٥ (العلق [٩١]:١)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat-ayat ini adalah wahyu pertama yang Allah  turunkan kepada Rasulullah ﷺ yang menjadi tanda dimulainya peradaban Islam.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan, Jalan Menuju Kebangkitan dan Pembangunan Peradaban

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, perintah “iqra’” menunjukkan bahwa ilmu adalah pintu utama kemuliaan dan peradaban manusia.

Namun, Allah ﷻ tidak memerintahkan sekadar membaca, tetapi “bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu” — artinya, ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang berlandaskan iman dan membawa manusia semakin mengenal Tuhannya.

Imam Al-Qurthubi menambahkan, “Dalam ayat ini terkandung isyarat bahwa ilmu yang tidak disandarkan kepada Allah akan menjerumuskan manusia kepada kesombongan, sedangkan ilmu yang dibingkai iman akan meninggikan derajatnya di sisi Allah ﷻ.”

Dalam ayat lain, Allah  berfirman dalam surah Al-Mujādalah ayat 11:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi

…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ (المجادلة [٥٨]:١١)

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujādalah [58]: 11)

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan mempelajari sebuah ilmu bukan hanya menguasai ilmu tersebut, tetapi hendaknya melahirkan amal shaleh dan akhlak yang mulia.

Ibnu Katsir menukil hadits dari Mujahid dan Qatadah: “Barangsiapa beriman dan berilmu, maka ia akan dimuliakan Allah di dunia dengan kedudukan yang baik dan di akhirat dengan kemuliaan yang tinggi.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Keadilan Sosial Menurut Syariat Islam

Ilmu dan akhlak adalah dua pilar utama dalam membangun peradaban. Ilmu tanpa akhlak melahirkan kehancuran, sedangkan akhlak tanpa ilmu menimbulkan kelemahan dan kebodohan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Rasulullah ﷺ adalah sosok pendidik untuk merubah peradaban. Para sahabat dididik menjadi manusia beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Dari didikan beliau, lahirlah generasi seperti Abu Bakar yang penuh kejujuran, Umar yang adil, Utsman yang dermawan, dan Ali yang cerdas dan pemberani.

Dari mereka, lahirlah peradaban ilmu, peradaban yang menegakkan keadilan, menumbuhkan kasih sayang, dan memuliakan manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan Umat Islam Sumber Kekuatan dalam Perjuangan

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ (رواه أحمد)

“Sesungguhnya aku diutus tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

Dan dalam hadis lain beliau bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ (رواه مسلم)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keteguhan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam Perjuangan

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam pernah mencapai puncak kejayaannya karena kokohnya sistem pendidikan dan tingginya penghargaan terhadap ilmu.

Pada zaman keemasan peradaban Islam (650–1250 M), berdirilah madrasah dan universitas di Baghdad, Kairo, hingga Cordoba. Baitul Hikmah di Baghdad menjadi pusat ilmu dunia. Karya-karya filusuf Yunani, Persia, dan India diterjemahkan serta dikembangkan oleh para ilmuwan Muslim.

Nama-nama besar seperti Al-Khawarizmi, bapak aljabar; Ibnu Sina, sang dokter agung; Al-Battani, ahli astronomi; dan Ibnu Khaldun, bapak sosiologi, telah memberi fondasi bagi sains modern. Karya mereka bahkan menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa pada masa Renaissance.

Baca Juga: Khutbah Gerhana Bulan: Tanda Kebesaran Allah, Perintah Menjaga Persatuan dan Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

Semua itu menunjukkan, peradaban yang tinggi tidak dibangun oleh kekayaan, tapi oleh ilmu dan akhlak mulia manusia.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Peradaban yang dilandasi dengan akhlak dan ilmu akan melahirkan manusia yang berkarakter dengan Rasulullah ﷺ sebagai teladan utamanya. Adapun karakter yang dapat kita teladani dari Rasulullah ﷺ, antara lain:

  1. Memiliki Empati dan Rasa Kasih sayang

Allah  berfirman yang artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. Al-Taubah [9]: 12).

Baca Juga: Khutbah Jumat: Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi

Melalui ayat ini, Allah  menerangkan tiga sikap Rasulullah ﷺ dalam menyantuni umatnya. Pertama, sangat berat bagi beliau apabila umatnya menderita kesusahan. Setiap waktu yang dipikirkan hanya nasib umatnya. Bahkan pada akhir hayatnya beliau berpesan: “Perhatikanlah shalat, perhatikanlah shalat dan budak-budakmu.”

Kedua, sangat menginginkan kebaikan dan keberhasilan umatnya. Perhatian beliau hanyalah bagaimana umatnya maju dan sukses di dunia dan di akhirat.

Ketiga, sangat sayang kepada umatnya. Pada ayat ini, Allah  menggunakan dua sifat-Nya yaitu rauf dan rahim untuk Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kasih sayang (rauf dan rahim) Rasulullah ﷺ kepada umatnya itu sangat tinggi melebihi sifat kasih sayang manusia biasa sehingga mendekati sifat kasih Allah kepada makhluk-Nya.

Buya Hamka membedakan antara rauf dan Rahim. Rauf adalah belas kasihan kepada orang yang lemah, yang miskin, yang sakit, yang gagal dan semua orang yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang karena penderitaan yang dialaminya. Sedang rahim adalah kasih sayang yang merata kepada semua manusia baik yang berbahagia maupun yang menderita.

  1. Shidiq (berkata benar) dan al-Amin (dapat dipercaya). 

Allah  berfirman yang artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S. Al-Najm, 53: 3-4)

Ayat ini menunjukkan bahwa sebagai seorang pengajar dan pendidik, Rasulullah ﷺ memiliki sifat Shidiq (berkata benar). Dia tidak akan menyampaikan sesuatu tentang agama yang tidak diwahyukan Allah kepadanya.

Rasulullah ﷺ juga dikenal sebagai al-Amin (dapat di percaya), gelar ini telah beliau peroleh sejak beliau belum diangkat sebagai utusan Allah.

  1. Berjuang Tanpa Pamrih. 

Firman Allah  yang artinya: “Katakanlah: “Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Saba’ [34]: 47)

Yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa Rasulullah ﷺ sekali-kali tidak meminta upah kepada manusia. Beliau hanya menginginkan agar manusia beriman kepada Allah dan iman itu kebaikannya akan kembali kepada mereka sendiri.

Dari seluruh uraian ini marilah kita sadari bahwa kebangkitan umat dan kemuliaan suatu bangsa tidak lahir dari banyaknya harta atau kuatnya senjata, tetapi dari kokohnya iman, luasnya ilmu, dan mulianya akhlak.

Sejarah peradaban Islam telah membuktikan, ketika umat menjadikan firman Allah  “Iqra’ bismi rabbika” sebagai dasar pendidikan dan peradaban, maka lahirlah generasi yang menebar rahmat bagi seluruh alam. Namun, ketika ilmu terpisah dari keimanan, dan pendidikan kehilangan ruh akhlak, maka peradaban pun runtuh dan manusia kehilangan arah hidupnya.

Karena itu, marilah kembalikan ruh pendidikan kita kepada semangat Al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad ﷺ, agar lahir kembali generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia, yang menjadi pilar kebangkitan umat dan cahaya bagi peradaban dunia.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
MINA Edu