Khutbah Jumat: Membangun Persaudaraan, Mewujudkan Perdamaian

ilustrasi persaudaraan (Foto: dok MINA)

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

 Oleh: Abu Zidane Al-Samarany

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ،لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua nikmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua. Di antara nikmat utama yang diberikan kepada manusia adalah nikmat bersaudara, hidup rukun, damai, aman dan bahagia.

Atas limpahan nikmat-nikmat tersebut, maka marilah kita mensyukurinya dengan terus memelihara dan meningkatkan iman dan takwa. Takwa secara umum yaitu dengan menjalankan ibadah, ikhlas hanya kepada-Nya, serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Kiranya, kita semua mampu menjaga dan melestarikan nikmat antar sesama umat, menciptakan keharmonisan di tengah-tengah masyarakat, mewujudkan , menegakkan keadilan dan menghapus penjajahan di atas dunia.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat [49] ayat ke-9, yang berbunyi:

وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱقْتَتَلُوا۟ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنۢ بَغَتْ إِحْدَىٰهُمَا عَلَى ٱلْأُخْرَىٰ فَقَٰتِلُوا۟ ٱلَّتِى تَبْغِى حَتَّىٰ تَفِىٓءَ إِلَىٰٓ أَمْرِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن فَآءَتْ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا بِٱلْعَدْلِ وَأَقْسِطُوٓا۟ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ (الحجرات [٤٩]: ٩)

Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang, hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

Ulama Ahli tafsir asal Suriah, Prof. Dr. Wahbah Zuhaili menjelaskan, bahwa ayat di atas merupakan perintah kepada umat Islam untuk mewujudkan perdamaian, memberi nasihat kepada pihak-pihak yang berselisih dan menegakkan keadilan bagi semua pihak.

Nasihat tentang prinsip-prinsip keimanan dan kemanusiaan, sangat diperlukan bagi mereka yang berselisih, bahwa sesama umat Islam itu bersaudara dalam akidah. Sesama umat manusia bersaudara dalam kemanusiaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan rahmat bagi masyarakat yang membangun persaudaraan dan perdamaian. Sebaliknya perselisihan yang berlarut-larut dan tidak segera diselesaikan akan berpotensi menjadi perpecahan, peperangan dan disintegrasi di tengah-tengah masyarakat.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Islam memberi perhatian serius akan pentingnya membangun tatanan kehidupan bermasyarakat berlandaskan asas-asas persaudaraan, keadilan, mewujudkan keharmonisan dan perdamaian di tengah-tengah umat.

Islam juga mendorong pemeluknya untuk menebar manfaat, mendamaikan pihak-pihak yang berselisih, serta memberi nasihat kepada mereka, dengan nasihat yang menyejukkan, memberi solusi dalam setiap permasalahan.

Persaudaraan, kesatuan umat dan hidup berjamaah sangat ditekankan dalam keadaan apapun, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Ali-Imran [3]: 103,

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (ال عمران [٣]: ١٠٣)

Artinya: “Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah, seraya berjamaah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Semangat persatuan harus menjadi tonggak utama dalam menyelesaikan masalah-masalah umat, mendamaikan yang berselisih, dan menentukan arah perjalanan masyarakat ke depan menjadi lebih baik.

Umat yang maju adalah mereka yang senantiasa menjaga semangat persaudaraan, dan meninggalkan segala bentuk perpecahan. Masyarakat akan bisa menjalankan pembangunan apabila mereka berada dalam suasana perdamaian, lingkungan yang kondusif serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Dalam kontek kehidupan bermasyarakat seperti saat ini, peran para pemuka agama dalam membimbing umat sangat diperlukan di tengah-tengah masyarakat.

Tausiyah dan nasihat yang disampaikan hendaknya meneduhkan, membuat ketenangan, membangun persaudaraan dan memelihara perdamaian di tengah-tengah umat.

Para tokoh agama dan masyarakat hendaknya terus merangkul dan mengajak masyarakat ke arah persatuan, dan mengindari ghibah, mengolok-olok kesalahan, yang menyebabkan kebencian dan perpecahan.

Saling menghargai dan menghormati merupakan cara yang bijak agar situasi tetap kondusif dan keamanan tetap terpelihara, kedamaian dapat terwujud.

Bagi pihak yang menang, ingatlah bahwa kemenangan merupakan ujian, sekaligus menjadi amanat dari rakyat yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab. Sementara bagi pihak yang belum menang, mereka tetap bisa berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat.

Bagi orang-orang yang sedang menjabat, jangan enggan menerima kritik, saran dan nasihat. Karena dengan hal itu, kelemahan, kekurangan dan kesalahan akan bisa diperbaiki.

Selain itu, nasihat juga menjadi bagian penting untuk mempererat hubungan persaudaraan, menumbuhkan rasa kebersamaan dan membantu saudaranya untuk mengetahui letak kekurangan dan kesalahan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Ralam risalah hadits Arba’in Nawawi, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam bersabda,

الدِّينُ النَّصِيحَةُ» قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلّٰهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ» (رواه البخارى)

Artinya: ”Agama itu adalah nasihat. Kami (para shahabat) bertanya: Untuk siapa (Ya Rasulullah)? beliau menjawab; Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya serta pemimpin-pemimpin ummat Islam dan juga bagi orang Islam umumnya.” (HR. Al-Bukhari).

Sementara Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu berkata, yang artinya: “Tidak ada kebaikan pada kaum yang tidak saling menasihati, dan tidak ada kebaikan pula pada kaum yang tidak mencintai nasihat.”

Kemudian, Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahumullah berkata, yang artinya:” Seorang mukmin itu biasa menutupi aib saudaranya dan menasehatinya. Sedangkan orang fajir (pelaku dosa) biasa membuka aib dan menjelek-jelekkan saudaranya.”

Maka, nasihat, saran dan rekomendasi dari para alim ulama, tokoh masyarakat dan para pakar di bidangnya hendaknya memainkan peran penting dalam upaya membangun semangat persaudaraan dan mewujudkan kedamaian.

Sementara para pemimpin hendaknya mendengarkan aspirasi masyarakat, mampu menegakkan keadilan, mengutamakan kepertingan umat dan hendaknya berlapang dada ketika mendapat kritik maupun nasihat.

Masyarakat akan maju, berkembang, mampu mewujudkan cita-cita luhurnya, apabila mampu menjaga persaudaraan, sehingga tercipta perdamaian.

Sebaliknya, masyarakat kita akan mengalami stagnansi, bahkan mundur ke belakang, apabila antara masyarakat dan pemimpinnya tidak saling percaya, tidak saling mencinta, selalu berselisih dan berpecah belah.

Dengan persaudaraan dan perdamaian, kita akan mampu membantu saudara-saudara kita, Bangsa Palestina yang saat ini sedang berjuang melawan agresi dan penjajahan Zionis Israel, juga bangsa lainnya yang sedang mengalami penindasan dan kedzaliman.

Persaudaraan adalah kekuatan untuk dapat melawan kedzaliman. Kedamaian adalah sarana melaksanakan pembangunan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآلْمُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Rendi Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.