Khutbah Jumat: Memperteguh Persaudaraan Umat

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

 

الحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَمَرَناَ باِلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ. وَالصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٌ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا نَبِيَّ الرَحْمَةِ وَقُدْوَةَ الأُمَّةِ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita meningkatkan derajat ketakwaan kita kepada Allah dengan lebih menggiatkan ibadah kepada-Nya serta memperteguh bangunan persaudaraan sesama umat muslim. Karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan hal yang sangat diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita orang-orang yang beriman kepada-Nya pada hakikatnya adalah saudara dan umat yang satu. Maka untuk itu ini menjadi lahan amal shalih kita untuk berlomba dalam kebaikan.

Pada ujung ayat 48 dari Surat Al-Maidah menyebutkan:

…..وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَڪُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَلَـٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِى مَآ ءَاتَٮٰكُمۡ‌ۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٲتِ‌ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُڪُمۡ جَمِيعً۬ا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ

Artinya: “…..Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat [saja], tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS Al-Maidah [5] : 48).

Pada ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬‌ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ . إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ‌ۚ وَلِذَٲلِكَ خَلَقَهُمۡ‌ۗ وَتَمَّتۡ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ

Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Allah menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (Q.S. Hud [11]: 118-119).

Melalui ayat ini, Allah memberikan informasi bahwa Allah itu mampu untuk menjadikan manusia semuanya menjadi satu umat. Baik itu dalam keimanan ataupun dalam keingkaran.

Seperti juga Allah sebutkan pada ayat lainnya:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأَمَنَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪُلُّهُمۡ جَمِيعًا‌ۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ

Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya.” (Q.S. Yunus [10]: 99).

Akan tetapi Allah menyatakan, “Mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.”

Perselisihan dan penyimpangan selalu terjadi di antara manusia dalam agama mereka, dalam keyakinan mereka, dalam ikutan mereka dan dalam pandangan mereka.

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.” Maksudnya adalah kecuali orang-orang yang dirahmati Allah, yaitu mereka yang mengikuti Rasulullah, mereka yang senantiasa memegang teguh ajaran Allah dengan berjama’ah (bersatu padu) dan tidak mudah dipecah belah.

Berkaitan dengan ayat tersebut, hadirin yang mulia

Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, “Seluruh umat manusia berselisih dalam beraneka ragam agama kecuali yang dirahmati oleh Allah, karena orang yang dirahmati tidak akan berselisih.”

Allah menegaskan di dalam ayat:

وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَهُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَلَـٰكِن يُدۡخِلُ مَن يَشَآءُ فِى رَحۡمَتِهِۦ‌ۚ وَٱلظَّـٰلِمُونَ مَا لَهُم مِّن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ

Artinya: “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat [saja], tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong”. (Q.S. Asy-Syura [42]: 8).

Allah memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Caranya adalah dengan berjama’ah, bersatu, menjauhi perselisihan dan pertikaian. Sebab berjama’ah itu akan mendatangkan rahmat Allah, sementara berpecah-belah hanya akan mendatangkan azab, siksaan dan ujian.

Karena memang saudara-saudaraku yang Allah rahmati, pada hakikatnya umat Islam ini adalah umat yang satu. Satu Tuhannya, Allah. Satu Nabi terakhirnya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Satu kitab sucinya, Al-Quran. Satu kiblat shalatnya, Baitullah.

Adapun perbedaan umumnya adalah pada soal pemahaman fiqih ibadah (mazhab), pemikiran (politik), dan persoalan teknis lainnya. Selama secara prinsip aqidah masih sama, berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah, maka hakikatnya mereka adalah umat yang satu.

Tinggal keutuhan yang satu itu, diikat dengan kepemimpinan yang satu, yakni Imaam atau Khalifah yang satu. Yakni pemimpin umat Islam yang memimpin umat Islam keseluruhan dunia tanpa sekat politik dan reginonal, yang bersifat rahmatan lil ‘alamin.

Allah menegaskan di dalam beberapa ayat-Nya:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian  pada tali Allah  seraya  berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu  tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi , padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:103).

Pada ayat lain dikatakan:

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Artinya: “Sesungguhnya ini umatmu umat yang satu, dan aku adalah Rabmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya [6] :92).

Dengan berjama’ah itulah akan mendatangkan rahmat, seperti disebutkan di dalam hadits:

Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya: “Barangsiapa tidak pandai bersyukur atas nikmat yang sedikit, maka dia tidak dapat bersyukur atas nikmat yang banyak. Barangsiapa tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka dia tidak bisa bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur. Berjama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (HR Ahmad).

Dengan berjama’ah pula, umat akan tergerak dan terarah untuk menuju surga yang penuh dengan kenikmatan, seperti hadits menyebutkan:

مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بَحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ

Artinya: “Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah syurga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah, kerana syaitan bersama seorang (sendirian) dan dia dari dua orang, dengan lebih jauh.” (H.R. At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim).

Begitulah, Islam adalah satu-satunya agama yang ajaranya mengajak pada persaudaraan dan terwujudnya persatuan dan kesatuan umat serta mengecam perpecahan dan perselisihan.

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pembawa risalah Islam selalu mengarahkan umatnya untuk menjaga kesatuan (Al-Jama’ah) dan menjauhi perselisihan dan perpecahan (Al-Firqah).

Maka, kitapun jika ingin mendapatkan rahmat Allah, maka kitapun berusaha untuk selalu mengikuti Rasulullah, membenarkannya dan membelanya dengan perjuangan, sehingga menjadi kelompok yang selamat, dunia akhirat.

Hadirin yang berbahagia

Di dalam beberapa hadits dikuatkan lagi akan makna persaudaraan orang-orang beriman. Di antaranya disebutkan di dalam hadits:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada hadits lain dikatakan:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”. (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga Allah pererat kita sesama orang beriman dengan rahmat dan kasih sayangnya menjadi umat Islam, cinta pada persatuan dan kesatuan, serta menjauhi segala pertikaian, kedengkian dan permusuhan. Aamiin. (A/RS2/RS3)

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.