Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini mengangat judul: Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Memimpin Umat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh manusia. Beliau sangat mencintai kita sebagai umatnya. Beliau ingin sekali agar semua umatnya selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat sehingga risalah yang diwahyukan kepadanya tersampaikan dengan sempurna.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin para sahabat dengan penuh kasih sayang dan empati. Beliau selalu berusaha memahami kondisi dan perasaan para sahabatnya sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk berbuat baik.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menanamkan akidah, mengajarkan syariat Allah Subhanahu wata’ala dan mempraktikkan langsung bersama para sahabatnya. Untuk uraian selanjutnya, silakan menyimak khutbah berikut. Selamat menyimak.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Mari kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala yang terus-menerus melimpahkan berbagai nikmat-Nya, tiada terhitung banyaknya, kepada diri, keluarga, negeri kita tercinta, dan kita sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah Subhanahu wata’ala juga masih memberikan hidayah kepada kita sehingga masih tetap kukuh di atas iman dan Islam, berpegang teguh dengan Al-Qur’an, dan mengamalkan syariat Al-Jama’ah dalam kehidupan ini.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Allah Subhanahu wata’ala masih memberikan waktu dan kesempatan kepada kita untuk bertaubat atas segala dosa, serta juga memberi kesempatan untuk menunaikan ibadah dan amal shalih sebagai upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaaan kepada-Nya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan judul, “Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Memimpin Umat.” Sebagai landasannya, mari kita merenungkan firman Allah Subhanahu wata’ala dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah [9] ayat 128, yang berbunyi:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ (التوبة [٩]: ١٢٨)
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari dirimu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, (ia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Para ahli tafsir menjelaskan pengertian kata: أَنْفُسِكُمْ (dirimu sendiri), yang dimaksud adalah bangsa Arab. Sementara Al-Zayyad menafsirkan, yang dimaksud dengan dirimu sendiri adalah umat manusia, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus bukan kepada bangsa Arab saja.
Kedua definisi tersebut dapat kita terima, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memang berasal dari bangsa Arab. Namun, beliau diutus bukan untuk bangsa Arab saja, melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Oleh karena itu, sejak awal dakwah beliau, banyak orang non-Arab yang menyambut seruannya dan menyatakan diri masuk Islam. Di antara para sahabat dari kalangan non-Arab seperti: Bilal bin Rabah dari Ethiopia yang berkulit hitam, Shuhaib bin Sinan dari Romawi yang berkulit putih dan Salman Al-Farisi dari Persia yang berkulit kuning.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk menjadi rahmat bagi manusia seluruhnya. Beliau sangat mencintai kita semua sebagai umatnya. Beliau ingin sekali agar kita semua selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat sehingga semua risalah yang diwahyukan kepadanya disampaikan dengan sempurna kepada umat, sebagaimana dalam hadits:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُنَا مِنْهُ عِلْمًا. قَالَ (اَبُو ذَرٍّ) فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ (روه الطبرانى)
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat meninggalkan kami, dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara, melainkan beliau telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka, tetapi telah dijelaskan semuanya kepada kalian.” (HR At-Thabrani)
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Ada tiga sifat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat baik bila diterapkan oleh setiap Muslim, terutama bagi mereka yang mengemban amanah dalam memimpin umat, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, yaitu:
Pertama, kepekaan sosial (sense of crisis) yang sangat tinggi. Hal itu tecermin dalam kalimat عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ, yaitu beliau sangat peka merasakan kesusahan dan penderitaan umatnya, baik yang hidup bersama beliau, maupun yang hidup sesudahnya, seperti kita saat ini.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam merasakan beban yang sangat berat bila umatnya ditimpa kesusahan. Beliau tidak ingin umatnya sengsara di dunia apalagi sengsara lagi di akhirat. Maka beliau memohonkan ampun atas dosa-dosa dan kesalahan umatnya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Sampai pun ketika menjelang wafatnya, beliau masih tetap memikirkan keadaan umatnya.
Kepekaan sosial Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya terbatas pada manusia, tetapi juga kepada hewan dan tumbuhan. Suatu hari ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seekor burung yang kehilangan anak-anaknya karena diambil oleh salah seorang sahabat, lalu Beliau meminta sahabat tersebut agar anak burung dikembalikan kepada induknya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menganjurkan umatnya untuk menanam pohon dan merawat tanaman. Dalam sebuah hadits, Beliau bersabda, “Jika kiamat terjadi sementara di tangan salah seorang dari kalian ada bibit kurma, maka jika dia mampu menanamnya sebelum kiamat terjadi, hendaklah dia menanamnya.” (HR Ahmad).
Demikian pula saat perang, beliau berpesan kepada para sahabatnya agar tidak menebang pohon sembarangan, meracuni sumber air, senantiasa menjaga lingkungan dan melestarikan alam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Kedua, semangat kemajuan (sense of achievement). Hal itu tecermin dalam kalimat حَرِيصٌ عَلَيْكُم sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berhenti berjuang dan bekerja keras untuk kemajuan dan kebahagiaan umatnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin para sahabat dengan penuh kasih sayang dan empati. Beliau selalu berusaha memahami kondisi dan perasaan para sahabatnya sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk berbuat baik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menanamkan akidah, mengajarkan syariat-syariat dan mempraktikkannya langsung bersama para sahabat. Para sahabat pun bisa berinteraksi langsung, bertanya, berdiskusi, dan bermusyawarah mencari solusi dari setiap permasalahan sehingga mereka merasa lebih terlibat langsung dan termotivasi.
Sebagai bentuk apresiasi atas prestasi para sahabatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan gelar terbaik kepada para sahabatnya. Sebagai contoh, beliau memberi gelar kepada Abu Bakar dengan As-Shiddiq karena dia senantiasa membenarkan wahyu yang disampaikan dengan penuh keimanan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberi gelar kepada Umar bin Khattab dengan Al-Faruq, karena dia berani menunjukkan keislamannya di hadapan para pembesar Quraisy tanpa rasa takut.
Beliau juga memberi gelar kepada Khalid bin Walid dengan Saifullah Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus) karena kegigihannya dalam perang membela Islam.
Ketiga, pengasih dan penyayang (sense of gracious and merciful). Hal ini tecermin dalam kalimat بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ amat berbelas kasihan dan sangat menyayangi kaum Mukminin.
Rauf adalah belas kasihan khusus kepada mereka yang lemah, miskin, sakit, gagal, anak yatim, para janda, dan sebagainya, sedangkan rahim lebih umum dari sifat rauf.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Rahim adalah kasih sayang yang menyeluruh dan merata kepada siapa saja, baik yang miskin atau yang kaya, kepada yang gagal dan yang berhasil, kepada yang masih punya orangtua atau anak yatim, dan lainnya.
Ketika beliau sedang menjadi imam shalat berjamaah dan terdengar tangis seorang bayi, beliau mempersingkat shalatnya agar ibunya bisa segera merawat anaknya.
Ketika beliau terluka dalam Perang Uhud, ada sahabat yang menyarankan, “Alangkah baiknya Tuan berdoa kepada Allah agar musuh itu dibinasakan saja seluruhnya.”
Namun, Beliau bersabda, “Aku ini diutus bukan sebagai pengutuk, melainkan aku diutus sebagai pengajak kebaikan dan membawa rahmat. Ya Allah, ampunilah mereka, sebab mereka belum mengetahui.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Semoga kita mampu meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam memimpin umat sehingga mampu menebar dan memberi manfaat kepada seluruh alam. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib