oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Kata syahid berarti orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang syahid adalah mereka yang gugur karena berjihad membela agamanya, menegakkan kalimah Allah Ta’ala sehingga mereka mendapat kemuliaan di sisi-Nya.
Syahid dalam Islam menduduki posisi yang sangat terhormat, memperoleh pengakuan atas pengorbanan luar biasa mereka untuk agamanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Mereka bukan hanya menjadi contoh keberanian, ketekunan, dan kesetiaan kepada Allah Ta’ala, tetapi juga mendapatkan penghargaan, kemuliaan serta pahala besar di akhirat.
Khutbah selengkapnya, silakan dibaca berikut ini:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta keluarganya, para sahabatnya serta kaum Muslimin dan muslimat semuanya hingga akhir zaman.
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan melaksanakan segenap perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Sesungguhnya, puncak dari ibadah seorang Muslim adalah menjadi syuhada, atau berada di antara berisan-barisan mereka. Mudah-mudahan kita bisa berada di dalamnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Menggapai Syuhada di Jalan Allah Ta’ala.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran [3] ayak ke-169 dan 170, yang berbunyi:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ﴿١٦٩﴾ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Muhammad ibnu Jarir mengatakan dari Anas ibnu Malik bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengirim 40 sampai 70 para sahabat ke Bi’rul Ma’unah untuk menyampaikan risalah Islam. Namun, orang-orang kafir dari Bi’rul Ma’unah menolaknya, bahkan membunuh seluruh sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang saat itu berada di dalam gua.
Mereka semua dari kalangan Ansar dan semua terbunuh dalam satu hari. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melakukan doa qunut untuk kebinasaan orang-orang yang telah membunuh mereka, dan beliau melaknat para pembunuh sahabatnya itu.
Sementara Ibnu Ishaq berkata, terkait peristiwa itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat di atas.
Orang-orang yang meninggal dalam keadaan syahid maka mereka semua akan mendapatkan kegembiraan, kenikmatan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan sejatinya mereka hidup di sisi Allah. Hanya saja manusia yang hidup di dunia tidak menyadarinya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Kata syahid berarti orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang syahid adalah mereka yang gugur karena berjihad membela agamanya, menegakkan kalimah Allah Ta’ala sehingga mereka mendapat kemuliaan di sisi-Nya.
Syahid dalam Islam menduduki posisi yang sangat terhormat, memperoleh pengakuan atas pengorbanan luar biasa mereka untuk agamanya.
Mereka bukan hanya menjadi contoh keberanian, ketekunan, dan kesetiaan kepada Allah Ta’ala, tetapi juga mendapatkan penghargaan, kemuliaan serta pahala besar di akhirat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Para ulama menjelaskan, syahid bukan hanya yang gugur di medan perang, tetapi juga yang gugur saat menuntut ilmu, berdakwah, mencari nafkah, atau bahkan dalam proses melahirkan bagi wanita.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ المَطْعُوْنُ والمَبْطُوْنُ، والغَرِيْقُ، وصَاحِبَ الهَدْمِ، والشَهِيْدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ (متفق عليه)
“Orang yang mendapat derajat syahid ada lima jenis, yaitu (1) korban meninggal karena wabah tha’un, (2) meninggal karena sakit perut, (3) karena tenggelam, (4) tertimpa reruntuhan, dan (5) orang gugur di jalan Allah,’” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Dalam riwayat yang sama, disebutkan orang meninggal karena membela harta bendanya juga disebut sebagai syahid. Adapun Syaikh Utsaimin menambahkan, orang yang meninggal karena kecelakaan di jalan juga termasuk syahid.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Dalam menggapai syahid, Islam mengajarkan ada empat tahap jihad yang harus dilakukan secara berurutan. Tahap kedua tidak boleh dilakukan sebelum tahap pertama dilaksanakan, dan seterusnya. Tahap-tahap dalam tersebut tersebut adalah:
- Jihad Melawan Hawa Nafsu
Jihad yang pertama ini wajib dilakukan oleh setiap Muslim, yaitu dengan berjihad terhadap dirinya sendiri, yaitu melawan hawa nafsunya untuk tunduk dan ta’at kepada Allah Ta’ala.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
- Jihad Melawan Setan
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ (فاطر [٣٥]: ٦)
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. Fathir [35]: 6)
Jihad melawan setan ini meliputi memerangi segala tipu muslihat yang menimbulkan keragu-raguan dalam keimanan, dan memerangi segala godaan yang mendorong manusia melanggar ketentuan dan syariat Allah Ta’ala.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
- Jihad Melawan Kezaliman, Kejahatan dan Bid’ah
Dalam sebuah hadist disebutkan:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ (رواه ابو داود)
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (H.R. Abu Daud).
Dalam hadist lain yang disebutkan, bahwa apabila seorang Muslim melihat keburukan dan kemunkaran, maka dia wajib berjihad dengan tangannya (kewenangan dan pengaruhnya), jika tidak mampu dia wajib berjihad dengan lisannya (memberi nasihat), jika tidak mampu dia wajib berjihad dengan hatinya, berupa doa, simpati dan lainnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Jika dengan hatinya saja, ia tidak mampu, maka sama saja dia tidak memiliki iman dalam dirinya.
- Jihad Terhadap Orang Kafir
Jihad terhadap orang kafir ini wajib dikerjakan setelah umat Islam mengerjakan ketiga jihad di atas.
Jihad terhadap orang kafir tidak mesti dilakukan dengan memerangi mereka secara fisik, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam:
جَاهِدُوْا الْمُشْرِكِيْنَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ رواه أحمد
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.” (H.R. Ahmad)
Sebelum memerangi orang kafir, maka terlebih dahulu harus dilakukan dakwah (mengajak) mereka untuk mengikuti ajaran Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah engkau perangi suatu kaum sampai Engkau mendakwahkan mereka (untuk masuk ke dalam Islam).” (H.R. Ahmad)
Jihad memerangi orang-orang kafir harus dilakukan di bawah kepemimpinan Ulil Amri/Imaamul Muslimin. Karena seorang Imaam adalah junnah (perisai). Atas perintahnya lah perang kepada orang kafir dilakukan. Para ulama berkata, “Tidak diperbolehkan berjihad kecuali dengan perintah Ulil Amri.”
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Adapun pahala dari syahid sebagaimana di surat Ali Imran ayat 170 di atas. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka. Dalam hadis disebutkan delapan keutamaan mati syahid di jalan Allah:
“(1) Allah akan mengampuninya pada waktu darahnya keluar pertama kali dari tubuhnya, (2) diperlihatkan untuknya tempat duduknya di surga, (3) diberi hiasan dengan perhiasan iman, (4) dinikahkan dengan 72 orang bidadari dari surga, (5) diselamatkan dari siksa kubur, (6) mendapatkan keamanan dari ketakutan yang sangat besar (kegoncangan di padang mahsyar), (7) dipakaikan baginya mahkota kerendahan hati yang sebutir mutiaranya lebih baik dari dunia seisinya, (8) dan diperbolehkan baginya untuk memberikan syafaat bagi 70 orang kerabatnya.” (H.R. Sa’id bin Mansur dan Baihaqi).
Dengan kenikmatan itu, para syuhada ingin kembali ke dunia, mengabarkan kepada orang-orang yang belum meninggal, dan ingin kembali berjihad untuk kedua kalinya.
Mudah-mudahan kita semua mampu menggapai syahid di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berada di barisan para syuhada. Amiin ya Rabbal ‘Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)