Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini berjudul: Meningkatkan Ibadah Paska Bulan Ramadhan.
Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Ibadah adalah satu istilah yang menghimpun seluruh apa yang dicintai dan diridhai oleh Allâh, baik berupa perkataan dan perbuatan, yang lahir dan yang batin.”
Ibadah dalam konteks ini tidak hanya merujuk kepada ritual keagamaan semata (hissy), tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilaksanakan dengan niat untuk mencari keridhaan Allah (maknawy). Dengan kata lain, setiap ibadah yang dilaksanakan seorang hamba, haruslah implementasinya berdampak kepada kemaslahatan umat manusia.
Inilah yang telah diajarkan oleh tarbiyah Ramadhan selama satu bulan, selain untuk meningkatkan ketaqwaan diri, shaum Ramadhan juga mendidik para pelakunya memiliki kesolehan sosial, empati dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.
Selengkapnya silakan baca khutbah berikut ini:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan, Persatuan Umat dan Pembebasan Al-Aqsa
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Segala puja dan puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan taqwa sehingga kita masih bisa menikmati manisnya Islam yang akan membawa kita selamat dunia akhirat.
Tiada kata lain yang patut diucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahirabbil Alamin. Dengan terus bersyukur, insyaAllah karunia nikmat yang diberikan akan terus ditambah oleh Allah .
Syukur yang kita ungkapkan ini juga harus senantiasa direalisasikan dalam wujud nyata paska Ramadhan ini, melalui penguatan ketakwaan kepada Allah yakni dengan mengaplikasikan amaliyah Ramadhan dengan terus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Idul Fitri dengan Mensyukuri Nikmat Ibadah Bulan Ramadhan
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Adz-Dzariyat [51] ayat ke-56, tentang ‘Meningkatkan Amal Ibadah Paska Bulan Ramadhan, yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ (الذّاريات [٥١]: ٥٦)
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Baca Juga: Khutbah Jumat : Perkuat Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa di Bulan Ramadhan
Ayat ini merupakan peringatan dari Allah tentang misi utama jin dan manusia hidup di dunia yakni untuk beribadah kepada Allah.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya dijelaskan bahwa Allah tidak membutuhkan ibadah manusia, tetapi manusia yang memerlukan Allah. Allah menciptakan dan memberi rezeki kepada manusia, dan mereka wajib menaati-Nya. Bagi yang taat, Allah menjanjikan balasan sempurna, sementara bagi yang durhaka, akan mendapatkan azab yang berat.
Ibnu Katsir menambahkan bahwa ketergantungan manusia pada Allah adalah mutlak dalam segala keadaan dan kesempatan.
Bertakwa kepada Allah tidak berbatas waktu, baik siang ataupun malam, sendiri maupun saat bersama, saat bahagia ataupun duka, baik bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan ibadah kepada Allah harus terus dilakukan bahkan ditingkatkan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan I’tikaf di Sepuluh Hari Akhir Bulan Ramadhan
Jangan sampai bulan Ramadhan berlalu, ibadah kita ikut berlalu. Sebagaimana pesan yang pernah disampaikan Shahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, “Siapa yang menyembah Ramadhan maka Ramadhan telah pergi, siapa yang menyembah Allah maka Ia Maha Hidup”.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Ibadah adalah satu istilah yang menghimpun seluruh apa yang dicintai dan diridhai oleh Allâh, baik berupa perkataan dan perbuatan, yang lahir dan yang batin.”
Ibadah dalam konteks ini tidak hanya merujuk kepada ritual keagamaan semata (hissy), tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilaksanakan dengan niat untuk mencari keridhaan Allah (maknawy). Dengan kata lain, setiap ibadah yang dilaksanakan seorang hamba, haruslah implementasinya berdampak kepada kemaslahatan umat manusia.
Baca Juga: Khutbah Jum’at: Istiqamah Beramal Hingga Akhir Ramadhan
Inilah yang telah diajarkan oleh tarbiyah Ramadhan selama satu bulan, selain untuk meningkatkan ketaqwaan diri, shaum Ramadhan juga mendidik para pelakunya memiliki kesolehan sosial, empati dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.
Maka sudah sepatutnya kita terus meningkatkan ibadah kepada Allah dan beramal soleh di sebelas bulan selanjutnya, sebagaimana makna Syawal, yaitu bulan peningkatan.
Karena ketekunan dalam ibadah kepada Allah akan membuahkan ketenangan hati dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah menceritakan hadits qudsi, bahwa Allah telah berfirman: “Wahai anak Adam, tekunlah beribadah kepada-Ku, niscaya Kupenuhi dadamu dengan kekayaan dan Kututup kefakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak mau menutup kefakiranmu”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Pengendalian Diri sebagai Esensi Puasa Ramadhan
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Allah mengingatkan kepada kita untuk senantiasa beramal, Allah berfirman:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧) وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨) (الانشراح [٩٤]: (٧-٨ (
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah [94] ayat 7-8)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Al-Qur’an, Pedoman Hidup Orang Beriman
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam tafsir Juz Amma menjelaskan, Jika telah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka mulailah melakukan pekerjaan lainnya, yakni: Berlelah-lelahlah untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, dan begitu seterusnya. Jangan sampai dunia menyia-nyiakanmu, karena waktu akan terus berlalu dan tidak mungkin dihentikan.
Maka, sudah sepantasnya manusia memanfaatkan waktu secara baik dan maksimal untuk amal sholeh, mengingat waktu adalah hal terpenting yang dimiliki manusia.
Jika begitu, Jadikanlah hidup kita dengan kesungguhan, jika dengan tekun telah beribadah dan beramal soleh di bulan Ramadhan maka hendaknya tetap dilanjutkan di sebelas bulan berikutnya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Puasa Ramadhan dan Pendidikan Kesabaran
Peningkatan ibadah dan amaliyah paska bulan Ramadhan itu hendaknya kita lakukan dalam tiga hal, yaitu iman, ibadah, dan akhlak.
Pertama, peningkatan iman. Selama bulan Ramadhan kita dididik dengan ibadah puasa yang hanya diketahui oleh Allah dan pelakunya. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk berlaku ikhlas dengan mengerjakan sesuatu karena Allah , bukan karena manusia.
Maka, marilah kita tingkatkan keikhlasan dalam setiap aktifitas amaliyah. Kita bekerja semata-mata karena Allah . Apabila kita bekerja dengan menghadirkan Allah sebagai sumber motivasi, maka pekerjaan yang kita kerjakan akan baik, benar dan maksimal.
Kedua, peningkatan ibadah, Selama bulan Ramadhan kita dididik dengan berbagai amal ibadah, seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, memperbanyak infaq, i’tikaf dan sebagainya. Ibadah-ibadah itulah yang hendaknya kita pertahankan untuk mengisi aktivitas keseharian kita paska bulan Ramadhan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Tarbiyah Hati dan Jiwa
Shalat tarawih mengajarkan kepada kita untuk rajin menunaikan Shalat Tahajjud yang merupakan shalat yang paling tinggi nilainya setelah shalat fardhu.
Di bulan Ramadhan, kita juga diajarkan untuk cinta dan rajin bertilawah Al-Qur’an. Dengan bertilawah Al Qur’an, kita seolah berdialog dengan Allah . Al-Qur’an mampu menumbuhkan cinta kita kepada-Nya. Demikian sebaliknya, Allah sangat mencintai orang-orang yang senantiasa berinteraksi dengan Al-Quran. Rasululllah bersabda :
اَلًقُرْاٰنُ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ (رواه ابو نعيم)
“Al-Quran lebih dicintai oleh Allah dari pada langit dan bumi dengan segala isinya.” (HR Abu Nuaim)
Adapun i’tikaf mendidik kita selalu memperhatikan shalat berjamaah dan memakmurkan masjid. Kedua hal tersebut merupakan sumber kekuatan umat Islam.
Ketiga, peningkatan akhlak. Akhlaq menurut Imam Al-Ghazali adalah suatu pekerjaan yang menjadi kebiasaan. Di antara kebiasaan yang ditanamkan oleh Allah dan Rasul-Nya selama bulan Ramadhan selain memperhatikan waktu, adalah peduli kepada penderitaan saudara yang muslim.
Ramadhan adalah waktu yang luar biasa untuk menggugah hati dan meningkatkan kapasitas empati kita. Dengan gemar berbagi, dan melakukan kebaikan, kita dapat merasakan kebahagiaan orang lain dalam diri kita.
Mari kita manfaatkan bulan-bulan selanjutnya untuk memperkuat rasa empati kita dan menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan yang penuh kasih sayang dan pengertian terhadap sesama, khususnya kepada mereka yang masih hidup dalam kekurangan dan penderitaan seperti umat Islam di Palestina, Uighur, Rohingnya dan sebagainya.
Semoga Allah memudahkan diri kita untuk terus amal ibadah paska bulan Ramadhan, sehingga kita tergolong orang-orang yang mendapat rahmat dan ampunan-Nya, Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهpِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)