Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini mengangat judul: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dan Hubungannya dengan Dukungan Perjuangan Kemerdekaan Palestina. Khutbah ini juga dalam rangka memperingati kemerdekaan RI ke-79 pada 17 Agustus 2024 ini.
Dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, Bangsa Indonesia hendaknya tidak melupakan perjuangan rakyat Palestina dalam meraih kemerdekaannya. Palestina adalah satu-satunya negara peserta KAA yang sampai sekarang belum merdeka, masih di bawah penindasan dan penjajahan Zionis Yahudi.
Semoga dengan khutbah ini, kita semua tetap bersemangat mengisi kemerdekaan sesuai tntunan Allah Ta’ala dan kita terus mendukung perjuangan rakyat palestina hingga mereka meraih kemerdekaannya. Selamat menyimak
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terus-menerus melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya, khususnya nikmat kemerdekaan bangsa kita Indonesia tercinta.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk terus senantiasa bersyukur. Barang siapa bersyukur dalam setiap keadaan, maka baginya pahala dan tambahan nikmat tiada terhingga. Namun barang siapa enggan bersyukur, maka Allah Mahakaya, tidak membutuhkan sesuatu apapun dari makhluk-makhluk-Nya.
Untuk itu, sebagai bentuk syukur nikmat, mari kita senantiasa tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul: “Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dan hubungan-nya dengan dukungan kemerdekaan Palestina.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim [14] ayat ke-6:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَىٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ ۚ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ (ابراهيم [١٤]: ٦)
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir‘aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu.”
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan, Nabi Musa Alaihi salam memerintahkan kepada kaumnya Bani Israil untuk mengingat nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat besar, yaitu menyelamatkan mereka dari penindasan Fir’aun laknatullah dan bala tentaranya.
Ketika berada di Mesir, Bani Israel merasakan penyiksaaan dan penindasan yang sangat kejam. Anak-anak lelaki mereka disembelih, sementara anak perempuan mereka dibiarkan hidup untuk dijadikan sebagai budak.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Ketika Bani Israil lari dari kejaran Fir’aun dan tentaranya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan mereka. Allah Ta’ala menenggelamkannya di Laut Merah, di hadapan Bani Israil. Mereka menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka. Itu semua agar mereka selalu teringat akan nikmat tersebut pada waktu-waktu selanjutnya.
Nikmat keselamatan dari penindasan dan penjajahan merupakan nikmat terbesar bagi manusia. Karena itu, hendaknya manusia terus mengingatnya dan senantiasa mensyukuri nikmat tersebut.
Namun, sebagian besar Bani Israel justru mengingkari nikmat itu. Mereka memaksiati nabinya, membuat sesembahan selain Allah Ta’ala dan melakukan pembunuhan keji, hingga hari ini kita saksikan aksi genosida mereka di Palestina.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Imaam Al-Thabari Rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, bahwa ayat ini adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam untuk menceritakan kepada umatnya tentang kisah Nabi Musa Alaihi salam yang memerintahkan kaumnya untuk mengingat nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka.
Mengingat dapat berarti juga memperingati, karena memperingati maknanya adalah mengingat peristiwa-peristiwa besar pada masa lalu, untuk dijadikan sebagai pelajaran bagi generasi saat ini dan masa mendatang.
Mengingat atau memperingati, merupakan salah satu usaha agar kebahagiaan-kebahagiaan pada saat terlepasnya seseorang dari musibah dan bencana dapat membangkitkan hati mereka untuk terus bersyukur dan meniti di atas jalan yang diridhai-Nya.
Imam Al-Tusturi (w. 465 H.) dalam tafsirnya “Latha’iful Isyarah” menjelaskan bahwa dengan mengingat nikmat-nikmat yang telah lalu, akan melahirkan dan menyegarkan kebahagiaan-kebahagiaan pada diri manusia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Dengan senantiasa bersyukur, maka seseorang akan ridha dengan segala takdir dan ketetapan yang diberikan, sehingga ia akan menjadi hamba sejati, mendapat rahmat dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali menerangkan, rukun syukur terdiri atas tiga perkara, yakni dengan ilmu, haal (keadaan), dan amal.
Syukur dengan ilmu, maksudnya adalah menyadari bahwa semua anugerah yang ia terima dan kenikmatan yang ia rasakan merupakan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan sekadar dari hasil usaha dan jerih payahnya semata.
Sementara syukur dengan haal (keadaan) adalah menyatakan dan menampakkan kegembiraan di hadapan orang lain karena telah memperoleh berbagai kenikmatan. Hal ini bisa tunjukkan dengan mengucap hamdallah, berwajah ceria, dan memberi bantuan kepada orang lain yang memerlukan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Selanjutnya, syukur dengan amal adalah dengan menunaikan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai bukti ketaatan kepada-Nya, serta menggunakannya sesuai dengan syariat yang telah digariskan.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Dalam konteks bangsa Indonesia, kemerdekaan yang kita nikmati saat ini bukanlah hadiah, bukan pula pemberian dari bangsa lain. Tetapi kemerdekaan itu diraih melalui proses perjuangan melawan penjajah, membutuhkan pengorbanan, dengan kucuran air mata, tetesan keringat, aliran darah, bahkan mengorbankan nyawa putra-putri terbaik bangsa.
Hal itu dihayati oleh para pendiri bangsa ini, bahwasannya kemerdekaan ini dapat diraih atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, sebagaimana termaktub dalam paragraf ketiga pembukaan UUD 1945, yang berbunyi,”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Kemerdekaan sekaligus merupakan amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Maka, kita wajib bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini dengan cara mengisi kemerdekaan sesuai dengan tuntunan Allah Ta’ala, sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan keterampilan masing-masing, serta menghormati dan menghargai jasa orang-orang yang telah berkorban untuk bangsa Indonesia.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Di antara bentuk-bentuk kesyukuran kita atas nikmat kemerdekaan itu, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:
Pertama, mengisi kemerdekaan sesuai dengan tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta menjauhi segala perbuatan maksiat, hura-hura, kesyirikan serta kesombongan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Kedua, menjaga persatuan dan kesatuan umat dengan jalan menumbuhkan rasa persaudaraan antar sesama manusia. Persatuan merupakan kunci bagi terwujudnya keutuhan umat, membangun sinergitas, melaksanakan pembangunan dan sarana meraih cita-cita bersama.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mengingatkan tentang pentingnya persatuan:
«إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ. (رواه البخاري)
“Sungguh (sebagian) mukmin kepada (sebagian) mukmin lainnya seperti bangunan, yang menguatkan satu dengan yang lainnya.” Dan beliau menyilangkan jari-jarinya. “(HR Al-Bukhari)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
Dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, Bangsa Indonesia hendaknya tidak melupakan perjuangan rakyat Palestina dalam meraih kemerdekaannya. Palestina adalah bangsa yang pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia.
Hal itu kemudian mendorong negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Asia untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Pengakuan itu sangat diperlukan sebagai syarat sebuah negara yang merdeka.
Bagi umat Islam Indonesia, membebaskan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan bangsa Palestina bukan hanya tuntutan konstitusi, tetapi merupakan tuntutan syariat, sebagaimana dalam sebuah hadits:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخارى)
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhari)
Salah satu tanda kecintaan kita kepada saudara kita rakyat Palestina adalah membantu mereka agar bisa meraih kemerdekaan seperti yang kita rasakan saat ini.
Semoga kita semua mampu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan mendukung perjuangan bangsa Palestina, Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)