Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Indonesia dengan Mendukung Kemerdekaan Palestina  

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 19 detik yang lalu

19 detik yang lalu

0 Views

Menyambut peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan ini, (foto: dok MINA)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Judul khutbah Jumat kalai ini adalah: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Indonesia dengan Mendukung Kemerdekaan Palestina.

Kemerdekaan bukan sekadar terbebas dari penjajahan, tetapi juga kebebasan untuk mengatur kehidupan sesuai dengan nilai dan ajaran yang diyakini, membangun peradaban tanpa tekanan pihak asing, dan menjaga martabat bangsa.

Selain nikmat kemerdekaan, Indonesia juga memiliki tanah yang subur, lautnya luas, hutannya kaya akan flora dan fauna. Penduduknya yang beragam, mampu hidup bersama, dengan berbagai macam agama, etnis, budaya dan bahasa. Sumber daya alam bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk dikelola dengan amanah dan berkeadilan demi kemaslahatan seluruh rakyat.

Baca Juga: Khutbah Jumat : Selamatkan Masjid Al-Aqsa dari Yahudisasi

Apabila suatu bangsa mampu menggabungkan nikmat kemerdekaan dengan pengelolaan sumber daya alam yang benar, maka mereka akan hidup dalam keberkahan, sebagaimana janji Allah dalam ayat di atas, tentang negeri yang aman dan tenteram karena syukur kepada-Nya.

Khutbah selengkapnya silakan disimak berikut ini:

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dalam Pembelaan Muslim Palestina

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Mengawali khutbah Jumat ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya, khususnya nikmat kemerdekaan bangsa kita Indonesia tercinta.

Syukur memilki maqam yang tinggi dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala karena hal itu menjadi tanda pengabdian seorang hamba kepada Rabbnya.

Di antara bentuk syukur itu, mari kita senantiasa tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Penjajahan di Muka Bumi Harus Dihapuskan

 

 

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Saba’ [34] ayat ke-15:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Jiwa-jiwa yang Tenang

لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ ۝١٥ (سبأ [٣٤]: ١٥)

“Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, dan As-Sa’di Rahimahumullah menjelaskan, bahwa ungkapan “baldatun ayyibatun berarti negeri yang aman, makmur, dan nyaman untuk ditinggali. Adapun sebutan “Rabbun Ghafur” mengingatkan bahwa Allah Ta’ala senantiasa membuka pintu ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang kembali kepada-Nya.

Negeri Saba’ digambarkan sebagai negeri yang baik. Tanahnya subur, hasil pertanian melimpah, kaya akan sumber daya alam, cuacanya hangat dan udaranya sehat. Selain itu, Saba’ saat itu dikenal sebagai wilayah niaga karena letaknya yang strategis, sebagai lalu-lintas perdagangan berbagai kabilah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mensyukuri Karunia Umur

Akan tetapi. dengan kekayaan sumber daya alamnya itu, rakyatnya justru lalai dan terlena dengan kenikmatan duniawi. Mereka menjadi kufur, menginggalkan ketaatan dan justru banyak berbuat kemaksiatan. Maka Allah Ta’ala menyatakan dalam ayat berikutnya:

فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ ۝١٦ (سبأ [٣٤]: ١٦)

“Akan tetapi, mereka berpaling sehingga Kami datangkan kepada mereka banjir besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) berbuah pahit, pohon asal (sejenis cemara) dan sedikit pohon sidir (bidara). (QS Saba’ [34]: 16).

Kini, nasib kaum Saba’ tinggal cerita. Negeri yang dulu subur dan makmur kini tak lagi ada. Penduduknya yang selamat dari bencana pergi berdiaspora, menyebar ke berbagai penjuru dunia. Negeri yang dulu makmur, kini hanya kenangan dan menjadi pelajaran berharga bagi generasi sesudah mereka.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Pendusta Agama

Ayat di atas sekaligus menjadi perintah kepada manusia untuk bersyukur atas berbagai nikmat yang dirasakan. Jika nikmat itu disyukuri dengan benar, maka Allah Ta’ala akan menambah dengan nikmat-nikmat lainnya yang lebih besar. Namun jika kufur nikmat dan banyak melakukan maksiat, maka Allah Ta’ala akan menurunkan bencana dan siksa yang berat.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Kisah kaum Saba’ yang diceritakan dalam ayat di atas rasanya sangat relevan untuk direnungkan bagi bangsa Indonesia. Setelah meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, negeri ini oleh banyak kalangan disebut sebagai negeri yang “baldatun ayyibah.”

Kemerdekaan bukan sekadar terbebas dari penjajahan, tetapi juga kebebasan untuk mengatur kehidupan sesuai dengan nilai dan ajaran yang diyakini, membangun peradaban tanpa tekanan pihak asing, dan menjaga martabat bangsa.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Selain nikmat kemerdekaan, Indonesia juga memiliki tanah yang subur, lautnya luas, hutannya kaya akan flora dan fauna. Penduduknya yang beragam, mampu hidup bersama, dengan berbagai macam agama, etnis, budaya dan bahasa.

Sumber daya alam bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk dikelola dengan amanah dan berkeadilan demi kemaslahatan seluruh rakyat.

Apabila suatu bangsa mampu menggabungkan nikmat kemerdekaan dengan pengelolaan sumber daya alam yang benar, maka mereka akan hidup dalam keberkahan, sebagaimana janji Allah dalam ayat di atas, tentang negeri yang aman dan tenteram karena syukur kepada-Nya.

Ibnul Qoyim Al-Jauzi Rahimahullah mengatakan, “Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah Ta’ala pada dirinya, melalui lisan, yaitu berupa pujian, melalui hati, yakni berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah, dan melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Yahudi, Bani Israil dan Ahli Kitab

Dengan senantiasa bersyukur, maka seseorang akan ridha dengan segala takdir dan ketetapan yang diberikan, sehingga ia akan menjadi hamba sejati, mendapat rahmat dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali Rahimahullah menerangkan, rukun syukur terdiri atas tiga perkara, yakni dengan ilmu, haal (keadaan), dan amal.

Syukur dengan ilmu, maksudnya adalah menyadari bahwa semua anugerah yang ia terima dan kenikmatan yang ia rasakan merupakan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan sekadar dari hasil usaha dan jerih payahnya semata.

Sementara syukur dengan haal (keadaan) adalah menyatakan dan menampakkan kegembiraan di hadapan orang lain karena telah memperoleh berbagai kenikmatan. Hal ini bisa tunjukkan dengan mengucap hamdallah, berwajah ceria, dan memberi bantuan kepada orang lain yang memerlukan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hijrah dalam Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Selanjutnya, syukur dengan amal adalah dengan menunaikan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai bukti ketaatan kepada-Nya, serta menggunakannya sesuai dengan syariat yang telah digariskan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Di antara bentuk-bentuk kesyukuran kita atas nikmat kemerdekaan itu, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:

Pertama, mengisi kemerdekaan sesuai dengan tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta menjauhi segala perbuatan maksiat, hura-hura, kesyirikan serta kesombongan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Semangat Hijrah Menuju Kebangkitan Umat dan Pembebasan Al-Aqsa

Kedua, menjaga persatuan dan kesatuan umat dengan jalan menumbuhkan rasa persaudaraan antar sesama manusia. Persatuan merupakan kunci bagi terwujudnya keutuhan bangsa, membangun sinergitas dan sarana meraih cita-cita bersama.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mengingatkan tentang pentingnya persatuan:

«إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ. (رواه البخاري)

 “Sungguh (sebagian) mukmin kepada (sebagian) mukmin lainnya seperti bangunan, yang menguatkan satu dengan yang lainnya.” Dan beliau menyilangkan jari-jarinya. “(HR Al-Bukhari)

Ketiga, dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, Bangsa Indonesia hendaknya tidak melupakan perjuangan rakyat Palestina dalam meraih kemerdekaannya. Palestina adalah satu-satunya negara yang sampai sekarang belum merdeka, masih di bawah penindasan dan penjajahan Zionis Yahudi.

Bagi umat Islam Indonesia, membebaskan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan bangsa Palestina bukan hanya tuntutan konstitusi, tetapi merupakan tuntutan syariat, sebagaimana dalam sebuah hadits:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخارى)

“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhari)

Salah satu tanda kecintaan kita kepada saudara kita rakyat Palestina adalah membantu mereka agar bisa meraih kemerdekaan seperti yang kita rasakan saat ini.

Semoga kita semua mampu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan mendukung perjuangan bangsa Palestina, Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda