Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Imaam Yakhsyallah Mansur pada kali ini berjudul Mentadaburi Makna Hijrah.
Jumat ini merupakan pekan pertama dari bulan Muharam 1446 H, sangat relevan dengan tahun baru Hijriyah.
Semoga dengan khutah Jumat ini, para pembaca bisa mendapatkan manfaat dan menjadi pelajaran demi perubahan untuk menjadi lebih baik. Berikut teks khutbah lengkapnya:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Hari berganti hari, pekan berpindah pekan, bulan menyusul bulan, tahun bergulir dan berlalu, berganti dengan yang baru. Hari ini kita sudah memasuki pekan pertama di Bulan Muharam tahun 1446 Hijriah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Perlu kita bertanya dan mengevaluasi diri sendiri, sepanjang tahun 1445 yang lalu, apakah ada perubahan dan penambahan nilai-nilai positif pada diri kita? Jikalau sudah, mari kita terus pelihara dan tingkatkan agar menjadi amal terbaik di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun jika dirasa kurang, mari kita berkomitmen di tahun baru ini, untuk bisa lebih baik lagi dalam beribadah dan beramal sholeh, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin, tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Baqarah [2], ayat 218;
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ, وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ulama kontemporer Syaikh Nashiruddin bin Nashir As-Sa’di menjelaskan ayat di atas, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang tiga hal yang harus dimilki seseorang jika ingin mendapat rahmat dan ampunan-Nya. Tiga hal itu adalah iman, hijrah dan jihad.
Keimanan merupakan pembeda antara Muslim dan Kafir. pemisah antara penghuni surga dan neraka. Iman juga menjadi rujukan, apakah ibadah dan amalan kebaikan seseorang akan diterima di sisi Allah Ta’ala, atau ditolak dan menjadi sia-sia belaka.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Hijrah adalah meninggalkan segala keburukan dan kemaksiatan, menuju kepada kebaikan dan ketaatan, untuk mencari ridha Allah Ta’ala semata. Seseorang yang berhijrah dengan niat mendekatkan diri dan mencari ridha Allah Ta’ala saja, maka mereka dijanjikan akan mendapat pertolongan dan kasih sayang-Nya.
Sementara Jihad adalah mengerahkan segala daya dan upaya dalam beribadah dan beramal shalih menuju ketaatan. Hijrah juga bisa dimaknai usaha yang maksimal dalam membela agama Allah Ta’ala dan memberantas segala kemaksiatan.
Jihad adalah puncak dari segala amal dan ganjaran bagi seseorang yang melakukannya adalah surga yang paling utama, yakni surga Firdaus.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Dalam hijrah, setelah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam sampai di Yatsrib, beliau mengubah namanya menjadi Madinah. Yatsrib artinya tempat yang kotor dan tertinggal. Sementara Madinah artinya sebuah kota, tempat membangun peradaban mulia.
Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah memberi pesan tentang perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh dari Nabi Shallallahu alaihi Wasalam bersama kaum Muhajirin dan Anshar dalam mewujudkan masyarakat berkarakter Islami, memiliki peradaban yang tinggi.
Ketika masih di Makkah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam menanamkan tauhid sebagai pondasi utama membangun peradaban. Selanjutnya, pada periode Madinah, turun ayat-ayat tentang hukum, sejarah, muamalah, dan syariat lainnya sebagai pilar utama pembangunan peradaban masyarakat.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi Rahimahullah dalam bukunya berjudul “As-Sunnah; Mashdaran lil Ma’rifat wal-Hadharah” (Sunnah sebagai sumber Iptek dan Peradaban) menegaskan bahwa kaum Muslimin adalah umat yang beradab. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa “Kalian (Kaum Muslimin) adalah umat terbaik.” karena kalian telah beriman dan melaksanakan amar makruf nahi munkar (QS Ali Imran [3]: 110).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Peradaban yang dikehendaki Islam, BUKAN yang hanya memperhatikan aspek materi, jasmani dan kemewahan dunia saja. Peradaban Islam adalah sebuah keadaan masyarakat yang memiliki hubungan kuat antara manusia dengan Tuhannya, menghubungkan penduduk bumi dengan pemilik langit dan alam semesta. Kehidupan dunia dijadikan sebagai washilah (sarana) untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi, selama-lamanya.
Peradaban Islam menggabungkan unsur spiritual dengan material, menyeimbangkan antara akal dengan hati, menyatukan ilmu dengan iman dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlak mulia, seiring dengan peningkatan materi yang didapat dalam bekerja dan berusaha.
Dalam rangka mewujudkan peradaban itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmat-Nya mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam. Beliau mengemban syariat yang sempurna lagi paripurna, sangat memperhatikan keseimbangan aspek spiritual dan material, individu dan sosial, rabbani dan insani, keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Islam mengajak manusia menjadi umatan washatan (umat pertengahan) yang menuntun umat manusia menegakkan keadilan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, berdasarkan keimanan kepada Allah Yang Maharahman.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam tidak membangun masyarakat berdasarkan fanatisme kelompok. Mitsaqul Madinah (Piagam Madinah) dibuat dan disepakati bersama dalam rangka membangun hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan prinsip keadilan dan keseimbangan.
Piagam Madinah sebagai titik temu antara masyarakat Madinah yang majemuk saat itu, dengan adanya kaum Muslimin, orang Yahudi, dan suku-suku lain yang masih dalam kepercayaan mereka (belum masuk Islam).
Pelajaran berharga dari adanya Piagam Madinah ialah, hijrah hendaknya mampu membawa perubahan, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat secara umum.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Dalam merealisasikan terwujudnya peradaban mulia, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam melakukan usaha maksimal, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan keikhlasan.
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam berpesan dalam sebuah hadits, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab Rahiallahu anhu:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رواه البخارى)
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR Al-Bukhari).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Hijrah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam dan para sahabatnya memberi beberapa pelajaran kepada kita, antara lain:
Pertama: Pentingnya Persiapan/Perencanaan (Planning).
Sebelum hijrah beliau telah membuat perencanaan yang matang, memilih sahabat yang akan menemaninya, yaitu Abu Bakar Rahiallahu anhu, hingga memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan beliau di tempat tidurnya dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Kedua: Pengorbanan dalam Perjuangan
Ketika Abu Bakar Rahiallahu anhu memberi hadiah unta sebagai bekal hijrah, beliau menolaknya dan bersikeras untuk membelinya. Di sini beliau mengajarkan bahwa untuk mencapai usaha besar diperlukan pengorbanan yang maksimal.
Pengorbanan besar juga yang dilakukan oleh seluruh sahabat yang hijrah. Mereka tinggalkan keluarga, tanah kelahiran dan harta yang mereka cintai, demi dapat menunaikan syariat-syariat Islam.
Ketiga: Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mempersaudarakan kaum Muhajirin (dari Makkah) dan Anshar (penduduk asli Madinah). Dari persaudaraan itulah terlajin kerja sama, saling membantu dan menguatkan satu sama lain.
Keempat: Membangun Masjid sebagai pusat Koordinasi
Setelah sampai di Madinah, beliau Shallallahu alaihi Wasalam membangun Masjid Nabawi sebagai pusat koordinasi, pendidikan, menyelesaikan persoalan-persoalan sosial, hingga persiapan untuk mengirimkan delegasi dakwah dan peperangan.
Kelima: Mengembangkan Pendidikan
Setelah masjid Nabawi selesai didirikan, beliau mendirikan tempat pendidikan bernama As-Shuffah. Di sanalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mengajari mereka berbagai ilmu sebagai pilar-pilar membangun peradaban.
Dari pelajaran di atas, kiranya kita semua mampu menerapkannya dalam kehidupan, sehingga tahun baru Hijriah 1446 ini akan membawa keberkahan bagi kita semua.
Dengan semangat hijrah, mari kita bangun peradaban yang tinggi, keadilan, dan mewujudkan persatuan sehingga Islam mampu menjadi rahmat bagi seluruh manusia dan seluruh makluk ciptaan-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللّٰهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللّٰهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ , وَقَالَ اَيَضًا،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)