Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Menyambut Tahun Baru Muharram 1446

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 28 Juni 2024 - 06:30 WIB

Jumat, 28 Juni 2024 - 06:30 WIB

710 Views

Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)

Saat ini kita kita memasuki hari-hari terakhir dari bulan ke-12, Dzulhijjah 1445, dalam Kalender Hijriyah. Sebentar lagi berarti kita akan memasuki bulan Muharram tahun bari 1446 Hijriyah. Untuk lebih memaknai kehadiran Tahun Baru Islam itu, berikut Khutbah Jumat Menyambut Tahun Baru Muharram 1446 H.

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ

 وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ،

Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi  

صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.  أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ   اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Kaum Muslimin sidang Jumah yang dimuliakan Allah

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, yang telah mempertemukan kita kembali dengan Sayyidul Ayyam, induknya hari dalam sepekan, yaitu hari Jumat ini. Hari Jumat juga menjadi hari ketika pahala sedekah dilipatgandakan oleh Allah, serta hari ketika doa-doa dikabulkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Shalawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah mengantarkan manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman yang penuh dengan keimanan dan keilmuan, minadz dzulumati ilan nuur.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis

Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat kepada diri dan keluarga serta hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah, agar kita senantiasa hidup bahagia, selamat dan sejahtera, di dunia hingga di akhirat kelak.

Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada Allah)”. (QS Ali Imran [3] : 102).

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam

Pada ayat lain Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا (٧٠) يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا (٧١)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS Al-Ahzab [33]: 70-71).

Takwa ini menjadi wasiat abadi karena mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Takwa merupakan kumpulan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan takwa, seorang mukmin akan mendapatkan dukungan dan pertolongan dari Allah Ta’ala.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina

Allah menyebutkan di dalam ayat:

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl [16]: 128).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan selalu membersamai orang-orang yang bertakwa dan berbuat baik, yakni mereka yang menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, dengan turunnya pertolongan, bantuan, dan taufik dari Allah kepada mereka.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi  

Hadirin yang dimuliakan Allah

Perjalanan waktu seolah begitu cepatnya berjalan. Hari ke pekan, minggu ke bulan, bergerak ke tahun. Seperti hitungan detik. Seolah baru kemarin kita anak-anak, sekolah, remaja, berumah tangga. Dan kini tahu-tahu sudah punya anak bahkan cucu. Suatu saat, tahu-tahu kita sudah di alam kubur sendirian, mempertanggungjawabkan apa-apa yang kita katakan dan kerjakan selama umur hidup di dunia ini.

Begitulah, akselerasi tahun lama ke tahun baru berikutnya sedemikian cepatnya. Sehingga kita sekarang berada di penghujung tahun1445 Hijriyah, dan sebentar lagi memasuki tahun baru 1446 Hijriyah.

Cepatnya waktu berjalan, itu juga menandakan tanda akhir jaman, sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ.

Artinya: “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).

Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya waktu hidup kita di dunia dan mengingatkan semakin dekatnya usia kita menuju alam akhirat. Maka, menjadi waktu terbaik untuk selalu introspeksi diri atas segala amal yang telah kita kerjakan, agar selalu semakin lebih baik dan lebih baik lagi.

Allah mengingatkan kita di dalam ayat-Nya:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (١٨)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akhirat], dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Haysr [59]: 18)

Kita harus selalu berprinsip bahwa semakin tambah umur, harus semakin baik pula amal kebaikannya. Seperti Rasulullah sebutkan di dalam haditsnya:

خَيْرُالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ وَشَرُّالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَعَمَلُهُ.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib

Artinya: “Sebaik- baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amalnya dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” (HR Ahmad, Turmudzi dan Hakim).

Hadirin yang berbahagia

Karunia waktu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita seorang Muslim. Bahkan lebih berharga daripada harta dunia yang kita miliki. Karena harta dunia apabila hilang maka masih bisa kita cari. Sementara waktu apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali lagi.

Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang telah lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh malaikat. Baik buruk, besar kecil, semua tercatat sebagai amal kita.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus

Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktunya untuk selalu menambah amal kebajikan, apalagi jika kemudian malah dipenuhi dengan kemaksiatan demi kemaksiatan.

Rugilah kita jika tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya melalui ibadah, amal shalih, bersedekah, dan berbagai kegiatan yang bermanfaat lainnya.

Allah mengingatkan kita tentang waktu dalam Surat Al-Ashr.

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya

Artinya: ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr: 1-3).

Hadirin yang sama-sama mengharapkan ridha dan ampunan Allah

Momen hijrah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Makkah menuju Madinah sebagai awal penghitungan kalender Islam atau Tahun Baru Hijriyah, mengandung makna yang sangat dalam.

Hijrah mengandung makna tekad untuk terus maju dalam kebaikan, semangat perjuangan menegakkan kalimah Allah, perencanaan yang matang, dan kerja keras ke arah tujuan yang jelas, ridha Allah.

Tujuan akhir ridha Allah, harus dimulai dengan niat awal karena Allah pula. Itulah maka, hadits yang berkaitan dengan hijrah disandingkan dengan niat.

Dari niat ikhlas semata karena Allah itu, akan terus terpelihara perjuangan,  ikhtiar, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan keistiqamahan. Program yang kita proyeksikan selalu dikaitkan dengan Allah, dengan akhirat.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam hadits:

 إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

Hadirin yang Allah muliakan

Peristiwa hijrah merupakan tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnya mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan. Dengan totalitas hijrah ini, umat Islam tampil kokoh dan solid, teguh tapi sekaligus kasih sayang, tegar sekaligus lembut.

Mereka dipersaudarakan karena Allah dalam satu komunitas berjamaah, perjuangan jihad dan dakwah, nasihat dan tarbiyah.

Mereka kuat dan solid karena berkumpul bukan sebab harta, usaha, bisnis, apalagi kepentingan politik. Namun berkumpulnya semata-mata karena panggilan untuk sama-sama beribadah dan menghambakan diri kepada Allah.

Itulah teladan “Assabiquunal awwalun” yang Allah gambarkan pada ayat:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9]: 100).

Untuk itu, marilah kita jadikan kehadiran Tahun Baru Hijriyah 1446 ini sebagai momentum perbaikan terus-menerus dalam amal ibadah kita, baik yang bersifat individu maupun sosial. Terlebih jika itu menyangkut juang umat, tarbiyah, dakwah dan jihad di jalan Allah.

Marilah kita koreksi diri kita, sudahkah kita berkontribusi lebih maksimal lagi, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada kita. Terutama berkontribusi dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsa, perjuangan menolong saudara-saudara kita yang tertindas di bumi Palestina, dan di negeri-negeri minoritas lainnya, seperti di Uighur, Kashmir, Rohingya, dan lainnya.

Maka, marilah momentum ini kita jadikan sebagai waktu Hijrah dari Dunia Oriented menjadi Akhirat Oriented, itulah hijrah kita. Hijrah dari segala yang haram dan riba menuju yang halalal thayyiban. Hijrah dari segala keburukan menuju kebaikan. Hijrah dari perpecahan menuju persatuan umat atau berjama’ah bersama kaum Muslimin.

Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya:

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3]: 103).

Selanjutnya, kalau kita arahkan orientasi hidup kita untuk akhirat, untuk ridha Allah, insya-Allah segala urusan dunia Allah bereskan. Seperti digariskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang niatnya untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk padanya. Barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan menceraiberaikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR At-Tirmidzi).

Demikian khutbah ini, semoga seiring tahun baru Hijriyah 1446, Allah perbaiki amal-amal kita, agama kita, urusan dunia dan akhirat kita, perjuangan kita, hingga kita mendapatkan ridha dan ampunan-Nya. Aamiin.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Kolom