Khutbah Jumat: Menyikapi Musibah, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Ditulis di Ponpes Al-Fatah Cileungsi-Bogor, Jumat 11 Jumadil A 1443 H/14 Januari 2022 M

Khutbah ke-1:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، مَاشَآءَاللهُ كَانَ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِا اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ:  فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَالله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، أَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَنِ اْلرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يَآأَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kepada kita banyak nikmat di antaranya; nikmat iman, Islam, sehat dan waktu luang sehingga kita bias melaksanakan shalat jumat secara berjamaah.

Sebagai bentuk syukur, marilah senantiasa semaksimal mungkin kita melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya, sebagai bentuk komitmen taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga kita bisa selalu istiqomah di jalan-Nya sehingga menjumpai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kedaan berserah diri kepada-Nya.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Pada kesempatan khutbah yang singkat ini, marilah kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Taala Q.S. Al-Baqarah [2]: 156.

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ (البقرة [٢]:١٥

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).”

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Musibah demi musibah, bencana demi bencana, ujian demi ujian datang silih berganti, seolah tiada pernah berhenti, menimpa manusia di segenap penjuru bumi,  termasuk di bumi pertiwi. Mulai dari gempa bumi, erupsi gunung merapi, banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, gelombang pasang hingga abrasi menimpa negeri ini.

Lalu bagaimana kita menyikapi jika musibah dan bencana menimpa diri kita, atau menimpa keluarga, kerabat, teman, dan saudara-saudara kita? Sebagaimana petunjuk Allah, tiada lain dengan berserah diri, mengembalikan semuanya kepada Allah Yang Mahakuasa, karena hakikatnya, kita semua adalah milik-Nya dan akan Kembali kedapa-Nya. Sebagaimana Allah nyatakan di dalam ayat  di atas:

Semua peristiwa yang terjdi di jagad raya, termasuk bencana yang melanda negeri kita, sudah  digariskan, ditetapkan dan tercatat di Lauhul Mahfud, tertulis kapan, bagaimana dan apa saja akibat yang ditimbulkannya.

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Q.S. Al-Hadid [57]: 22.

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآ‌ۚ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan [tidak pula] pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab [Lauh Mahfudz] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan hal tersebut agar manusia tidak terlalu bersedih hati terhadap apa yang telah terjadi dan apa yang tidak dapat dicapai, dan jangan pula terlalu gembira dan sombong terhadap apa didapat karena semuanya atas izin dan kehendak Allah semata.

Hal ini untuk menguatkan kesabaran kita. Kita boleh bersedih, tapi tak boleh putus asa dan putus harapan kepada-Nya. Boleh saja seseorang menangis, namun tetap tidak boleh menyalahkan takdir yang telah terjadi. Justru kita harus tetap mendekatkan diri kepada-Nya, untuk mendapatkan kekuatan dan ketabahan dalam menjalani hidup ini.

Setiap musibah, tentu menjadi ibrah (pembelajaran) mungkin saja perbuatan manusia banyak khilaf dan salah. Sebab, setiap bencana dan musibah yang terjadi, walaupun atas kehendak-Nya. Namun, itu semua tidak lepas dari perbuatan manusia itu sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:

وَمَآ أَصَـٰبَڪُم مِّن مُّصِيبَةٍ۬ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٍ۬ (الشّورى [٤٢]:٣٠).

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar [dari kesalahan-kesalahanmu]”.

Pada ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ ۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬

Artinya : “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS At-Taghaabun/64: 11).

Tentu bagi orang-orang beriman, apapun yang menimpa adalah sebagai bentuk Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kasih sayang-Nya dan untuk mengangkat derajat manusia. Jika kita menerimanya dengan lapang dada, ikhlas, sabar dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka baginya pahala tiada terhingga.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Musibah dan bencana yang menimpa kita juga dapat menjadi sarana penghapus dosa-dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ .( البخارى).

Tidaklah sesuatu yang menimpa orang Islam, baik penyakit biasa maupun menahun, kegundahan dan kesedihan, sampaipun duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus kesalahannya dengan semua derita yang dialaminya.”

Syaikh Ibnu Utsaimin di dalam Syarah Riyadhush Shalihin menjelaskan,

Apabila engkau ditimpa musibah, maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (yaitu pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Itu semua merupakan nikmat Allah. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu mengingat pahala dan mengharapkan ridha-Nya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan dari sabar dan ridha yang ia lakukan.”

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Dalam atau bencana, terutama musibah sakit, orang-orang yang beriman akan tetap tegar menghadapinya, bukan lari darinya, tidak juga berburuk sangka apalagi berputus asa. Akan tetapi ia berusaha mengobati penyakit yang ia derita dengan berbagai cara, antara lain:

Pertama, menyadari sepenuhnya bahwa dunia ini adalah memang tempatnya ujian, musibah, bencana dan petaka. Tempat kenikmatan hanyalah di surga kelak. Sekaligus, menunjukkan bahwa memang Allah benar-benar Mahakuasa atas segala sesuatu.

Kedua, melihat sekelilingnya bahwa masih banyak musibah lain yang jauh lebih besar daripada musibah yang menimpa dirinya. Sehingga hati kita merasa terhibur bahwa ternyata yang menderita bukan hanya dirinya saja.

Ketiga, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah seraya mengharap pahala atas musibah yang menimpa kita, serta meminta ganti yang lebih baik dengan diiiringi doa,

اَللَّهُمَ أْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيَبِتِيْ وَاخْلُفْ لِيْ خَيْرًا مِّنْهَا (مسلم)

“Ya Allah berilah pahala atas musibah yang menimpaku ini, dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.”

Keempat, meyakini bahwa cobaan dan musibah yang dirasakan adalah sebagai pelebur dari dosa-dosanya yang telah ia lakukan di masa lalu.

Kelima, bahwa musibah yang datang adalah karena kelalaian kita. Maka marilah kita introspeksi diri, jangan saling menyalahkan satu sama lain, apalagi sampai menyalahkan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Musibah itu juga dapat menjadi pelajaran bagi orang beriman untuk meningkatkan taqwa kepada-Nya, memperbanyak istighfar, dan meningkatkan amal salihnya. Karena semua itu terjadi pasti mengandung berjuta hikmah dan kebaikan bagi orang beriman.

Bagi orang beriman, adanya musibah dan bencana akan menjadi sarana beramal shalih, menunjukkan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan, dengan belasungkawa, hingga empati dalam bentuk bantuan kemanusiaan, berupa makanan, pakaian, harta, tenaga dan sebagainya. Termasuk doa untuk ketabahan mereka agar selalu dalam bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka, sesuai dengan ajaran Islam dan jiwa masyarakat Indonesia yang di dalam survey disebutkan dikenal sebagai masyarakat yang gemar menolong, maka saat ini adalah waktu yang tepat untuk saling membantu meringankan beban saudara kita akibat musibah yang mereka alami.

Tentang saling menolong tersebut, Umar bin Abdul Aziz pernah memerintahkan kepada kaum Muslimin, ketika terjadi sebuah gempa bumi di negeri Syam. Ia menyeru kepada umatnya.

“Keluarlah, dan barang siapa di antara kalian yang mampu bersedekah, hendaklah dia melakukannya”.

Lalu Umar bin Abdul Aziz membacakan Surat Al-A’la ayat 14-15:

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ – وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ (الاعلى [٨٧]:١٤ـ١٥)

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.”

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita semua dari segala macam bencana, dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesabaran, ketabahan dan pertolongan untuk mereka yang terkena bencana.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah ke-2:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا  أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 

(A/R8/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.