Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Meraih Keikhlasan dalam Beramal

Redaksi Editor : Rana Setiawan - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

52 Views

Kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah (foto: Fpik)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul: Meraih Keikhlasan dalam Beramal.

Ikhlas adalah memurnikan niat dalam beramal, semata-mata untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala. Ikhlas adalah perbuatan yang murni ditujukan kepada Allah, karena Allah, dan bukan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi.

Islam menganjurkan setiap orang beriman untuk senantiasa bersikap ikhlas dalam melakukan segala sesuatu, karena perbuatan yang tidak didasari keikhlasan, niscaya ia tidak akan membawa hasil akhir yang memuaskan, bahkan akan menyebabkan amal itu menjadi sebuah kesia-siaan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meningkatkan Ibadah Paska Bulan Ramadhan

Ikhlas menduduki posisi sangat penting dalam ibadah dan amal shalih.  Keikhlasan bukan hanya soal niat saja pada awal melakukan amal, tetapi juga tentang konsistensi menjalankan perintah Allah Ta’ala.

Khutbah selengkapnya silakan baca berikut ini:

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

Baca Juga: Khutbah Idul Fitri 1446 H: Peradaban Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin untuk Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Marilah kita bersama sama meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita.

Jalan takwa yang utama di antaranya adalah menunaikan apa-apa yang telah Allah Ta’ala perintahkan dan menjauhi segala bentuk dosa dan kemaksiatan.

Sebelum Ramadhan datang, kita menantinya dengan penuh kerinduan. Setelah Ramadhan pergi, maka saatnya kita memelihara dan menjaga amalan-amalan Ramadhan untuk tetap kita tunaikan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan, Persatuan Umat dan Pembebasan Al-Aqsa

Amalan-amalan baik, marilah terus kita amalkan. Sementara peluang-peluang kemaksiatan, mari kita hindari dan jauhi. Semangat Ramadhan jangan sampai luntur bersamaan dengan lebaran yang kita rayakan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul, “Meraih Keikhlasan dalam Beramal.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah  dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar [39] ayat ke 11 dan 12,

قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ (١١) وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ ٱلْمُسْلِمِينَ (١٢) (الزمر [٣٩]: ١١ ـــ١٢)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Idul Fitri dengan Mensyukuri Nikmat Ibadah Bulan Ramadhan

Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.”

Sayyid Qutub Rahimahullah dalam kitab tafsirnya “Fii Dzilalil Qur’an” menjelaskan, bahwa ayat di atas berkaitan dengan tauhid uluhiyah, yakni hanya Allah Ta’ala saja yang menjadi tujuan dari semua aktifitas ibadah.

Kata مُخْلِصًا “mukhlishan” menunjukkan bahwa semua bentuk ibadah harus ditujukan semata-mata kepada Allah Ta’ala saja, tanpa ada keinginan mendapatkan balasan duniawi.

Secara bahasa, kata Khalishan biasa digunakan untuk menggambarkan susu yang murni, keluar dari perut hewan ternak. Sementara di dalam perutnya juga terdapat darah dan kotoran. Namun, susu sama sekali tidak tercampur dengan kedua benda kotor tersebut.

Baca Juga: Khutbah Jumat : Perkuat Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa di Bulan Ramadhan

Maka, dalam melakukan ibadah dan amal shaleh, kita perlu membebaskannya dari segala kotoran hati, berupa riya, sum’ah, ujub, takabur dan sifat-sifat kotor lainnya.

Pada ayat ke-12 ditegaskan, Rasulullah ﷺ dan kaum Mukminin diperintahkan untuk mampu menjadi teladan dalam menunaikan ibadah dan amal shaleh, bercepat-cepat dalam dalam menunaikan amal kebaikan, sebagai pemimpin yang disegani dalam ketundukan dan ketaatan kepada-Nya.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Rasulullah ﷺ bersabda:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan I’tikaf di Sepuluh Hari Akhir Bulan Ramadhan  

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ (رواه مسلم)

Sesungguhnya setiap amal itu tergantung kepada niatnya, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang apa yang telah diniatkannya Barangsiapa yang hijrahnya (ikhlas) karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya adalah karena dunia yang dia ingin mendapatkannya, atau karena wanita yang dia ingin menikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ia telah berhijrah untuknya.” (H.R. Muslim)

Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam kitabnya “Syarah Shahih Muslim” menjelaskan bahwa hadis ini menegaskan bahwa setiap amal hanya dianggap sah dan diterima Allah Ta’ala jika dilandasi niat yang benar. Niatlah membedakan antara ibadah dengan aktivitas biasa.

Ikhlas adalah memurnikan niat dalam beramal, semata-mata untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala. Ikhlas adalah perbuatan yang murni ditujukan kepada Allah, karena Allah, dan bukan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi.

Baca Juga: Khutbah Jum’at: Istiqamah Beramal Hingga Akhir Ramadhan

Islam menganjurkan setiap orang beriman untuk senantiasa bersikap ikhlas dalam melakukan segala sesuatu, karena perbuatan yang tidak didasari keikhlasan, niscaya ia tidak akan membawa hasil akhir yang memuaskan, bahkan akan menyebabkan amal itu menjadi sebuah kesia-siaan.

Ikhlas menduduki posisi sangat penting dalam ibadah dan amal shalih.  Keikhlasan bukan hanya soal niat saja pada awal melakukan amal, tetapi juga tentang konsistensi menjalankan perintah Allah Ta’ala.

Jika pada bulan Ramdhan lalu, kita semua bisa maksimal dalam ibadah dan amal shaleh, maka selayaknya di bulan Syawal ini, juga pada bulan-bulan selanjutnya, kita tetap menjaga dan mempertahankannya.

Pasca-Ramadhan, kita semua hendaknya menjaga keikhlasan dalam ibadah, dengan tetap istiqamah dalam menjalankan ketaatan. Dalam ibadah dan segala aktifitas apapun, kita tetap menjadikan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya tujuan hidup, serta meneladani semangat Rasulullah ﷺ dalam beribadah dan berserah diri.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Pengendalian Diri sebagai Esensi Puasa Ramadhan

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Seorang ahli hadits, Dr. Mahmud As-Sayyid Dawud menggambarkan, ikhlas adalah senjata bagi seorang Muslim dalam “bertempur” menghadapi segala tantangan, ujian dan godaan dalam kehidupan dunia.

Medan tempur seorang Muslim meliputi dua hal, yakni; bertempur melawan hawa nafsunya sendiri, dan berperang melawan setan dari golongan manusia dan jin yang selalu berusaha menghalang-halangi manusia untuk mengabdi kepada Tuhannya.

Para ahli hikmah memberi nasihat yang mendalam: “Semua manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu. Semua orang berilmu akan binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali orang yang ikhlas.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Al-Qur’an, Pedoman Hidup Orang Beriman

Dalam ibadah, kita dituntut untuk memperhatikan esensi, atau makna yang tersirat di dalamnya, bukan semata-mata memperhatikan zahirnya saja.  Walaupun kadang kala, perkara zahir itu penting diperhatikan, namun hakikatnya perkara batin lebih penting lagi diperhatikan agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam ibadah itu.

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam memperingatkan kepada para sahabatnya, juga kepada umat Islam semua, agar jangan terjebak kepada ibadah sebatas zahirnya saja. Ibadah yang hanya sebatas hissiyah (lahiriyah) saja, tidak sampai kepada tataran maknawi dan esensinya.

Jangan sampai karena terlalu bersemangat dalam ibadah, lalu merasa paling benar pemahamannya, merasa paling rajin dalam ibadah dan merasa paling suci dan paling dekat dengan Allah Ta’ala sehingga mudah memvonis orang lain salah, sesat, bid’ah dan kafir.

Sosok Dzul-Khuwaisyirah, yang disebut Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagai tokoh cikal-bakal Khawarij yang patut kita renungkan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Puasa Ramadhan dan Pendidikan Kesabaran          

Meskipun shalatnya tampak lebih khusyu’ dari para sahabat lainnya, puasanya tampak lebih rajin dari para sahabat lainnya, dan baca Qur’annya tampak lebih sering dari para sahabat lainnya, namun semua itu hanya sampai di tenggorokan saja, tidak masuk dalam hati sanubarinya. Semua ibadahnya hanya sebatas fisik saja, tidak sampai pada derajat maknawinya.

Ibadah yang hanya sebatas tataran zahir saja, sama sekali tidak bermanfaat ketika hal itu tidak berpengaruh pada perubahan pola pikir dan perilaku seseorang. Kaum Khawarij terlihat rajin membaca Al-Qur’an, namun nilai dan pesannya sama sekali tidak masuk dalam akal dan hati sanubarinya.

Mereka tidak peduli dengan pendapat orang lain yang berbeda dengannya. Puncaknya, mereka memerangi para sahabat yang berbeda pendapat dengan mereka.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Jika ibadah dilakukan dengan ikhlas dan cara yang benar sesuai tuntunan syariah, maka akan memiliki pengaruh dalam diri seorang muslim, diantaranya:

Pertama, ibadah bisa menguatkan hubungan seorang dengan Allah Ta’ala, Rabbnya yang telah memerintahkan dia beribadah.

Kedua, ibadah bisa melahirkan ketenteraman hati. Sebab setelah menunaikannya, ia akan merasakan bahwa dia telah menaati Allah, Dzat Yang telah menciptanya.

Ketiga, ibadah membentuk akhlak mulia seseorang, seperti: tawâdhu’, khusyû’, menjaga ukhuwwah (persaudaraan dan persatuan) dan menjauhi perkara keji dan munkar.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menguatkan kita semua agar senantiasa ikhlas dalam beribadah, tetap istiqamah menjaga ibadah pasca-Ramadhan, dan mendapatkan kita semua mendapat rahmat, ampunan dan ridha-Nya. Aamiin ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat