Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Mereka yang Menyerahkan Seluruh Hidupnya untuk Allah Ta’ala

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 23 detik yang lalu

23 detik yang lalu

0 Views

Shalat Jumat di Masjidil Aqsa (Al Khaleej)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul: Mereka yang Menyerahkan Seluruh hidupnya untuk Allah Ta’ala.

Penyerahan hidup kepada Allah  berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup, sumber kekuatan, dan tempat bergantung dalam segala aspek kehidupan.

Hal itu merupakan bentuk penghambaan tertinggi seorang Muslim kepada Tuhannya. Menyerahkan seluruh hidup kepada Allah  diimplementasikan dalam niat, ucapan, perbuatan dan segala keputusan yang diambil dan dijalani.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Ibadah Sosial

Dalam Islam, penyerahan ini tidak hanya berarti beribadah secara ritual saja, tetapi juga menjadikan setiap aspek kehidupan sebagai sarana untuk beribadah, menjalankan ketaatan, serta sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Khutbah selengkapnya silakan simak berikut ini:

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Al-Quds Wilayah yang Terluka

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Marilah kita senantiasa bertahmid, memuji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang terus-menerus dilimpahkan kepada kita.

Untuk mewujudkan syukur yang sebenarnya, khatib mengajak diri sendiri, keluarga dan juga kaum Muslimin semuanya, marilah kita terus pelihara dan tingkatkan iman dan takwa, dengan memperbanyak ibadah, serta meninggalkan segala larangan-larangan-Nya.

Hanya kepada-Nya lah kita menyembah, menggantungkan harapan, dan memohon pertolongan. Hanya kepada-Nya lah kita bertaubat, memohon ampunan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meraih Keikhlasan dalam Beramal

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan judul “Mereka yang menyerahkan hidupnya untuk Allah Ta’ala.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah  dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah [2] ayat 207, yang berbunyi:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللّٰهِ ۗ وَٱللّٰهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ (البقرة [٢]: ٢٠٧)

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meningkatkan Ibadah Paska Bulan Ramadhan

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, dalam tafsirnya menjelaskan asbabun nuzul dari ayat, berdasarkan hadits dari sahabat Ibnu Abbas Rahiallahu anhu, bahwa ayat ini turun terkait dengan Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi.

Ketika ia berhijrah dari Mekah ke Madinah, kaum musyrikin berusaha menghalanginya. Shuhaib kemudian menyerahkan seluruh hartanya kepada kaum Musrikin demi menyelamatkan dirinya untuk dapat berhijrah ke Madinah.

Ketika ia sampai di Madinah, Allah   kemudian menurunkan wahyu ayat di atas, memuji pengorbanan dan perjuangan Shuhaib. Rasulullah ﷺ menyambutnya dengan ucapan, “Keuntungan besar, wahai Abu Yahya! (nama panggilan Shuhaib).”

Mardhatillah (keridaan Allah) adalah keadaan seseorang yang ia mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Allah . Hal itu dapat dicapai melalui ibadah dan ketaatan kepada-Nya, mengikuti segenap perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Baca Juga: Khutbah Idul Fitri 1446 H: Peradaban Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin untuk Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Mardhatillah adalah puncak tujuan seorang mukmin karena menjadi jalan menuju kebahagiaan yang kekal nan abadi dalam kehidupan di akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Penyerahan hidup kepada Allah  berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup, sumber kekuatan, dan tempat bergantung dalam segala aspek kehidupan.

Hal itu merupakan bentuk penghambaan tertinggi seorang Muslim kepada Tuhannya. Menyerahkan seluruh hidup kepada Allah  diimplementasikan dalam niat, ucapan, perbuatan dan segala keputusan yang diambil dan dijalani.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan, Persatuan Umat dan Pembebasan Al-Aqsa

Dalam Islam, penyerahan ini tidak hanya berarti beribadah secara ritual saja, tetapi juga menjadikan setiap aspek kehidupan sebagai sarana untuk beribadah, menjalankan ketaatan, serta sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Para ulama menjelaskan, jihad dan dakwah merupakan dua jalan utama untuk mendapatkan ridha Allah . Jihad tidak semata-mata diartikan sebagai perang secara fisik, tetapi juga perjuangan dalam menuntut ilmu, menegakkan kebenaran dan keadilan, melawan kemunkaran, dan membela agama-Nya dari penistaan orang-orang yang membencinya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menekankan, bahwa penyerahan hidup kepada Allah   mencakup jihad fi sabilillah, yakni berjuang dengan jiwa dan harta untuk menegakkan keadilan dan membela kebenaran, termasuk melindungi mereka yang tertindas dan terjajah.

Bagi seorang Muslim, membela orang-orang yang tertindas bukan sekadar aksi sosial dan kemanusiaan, tetapi juga bentuk perjuangan spiritual.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Idul Fitri dengan Mensyukuri Nikmat Ibadah Bulan Ramadhan

Hal itu menunjukkan bahwa seorang Muslim tidak hanya menyerahkan dirinya kepada Allah  secara pasif, tetapi juga secara aktif berikhtiyar, berjuang mengambil peran sebagai khalifah di bumi, yang menegakkan kebenaran, dan menghapuskan segala bentuk kedzaliman.

Perjuangan membela kaum yang tertindas merupakan implementasi nyata dari nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh Allah  dan Rasul-Nya. Ajaran Islam bukan hanya dalam bentuk ibadah ritual saja, tetapi juga dalam perbuatan nyata, memberi kontribusi untuk kehidupan dan kemajuan peradaban umat manusia.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

Baca Juga: Khutbah Jumat : Perkuat Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa di Bulan Ramadhan

مَنْ جَعَلَ الْآخِرَةَ هَمَّهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ (رواه الترمذى)

Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan hatinya merasa kaya, dan dunia akan datang kepadanya dengan tunduk.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadits di atas menegaskan, bahwa barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, fokus pada keridhaan Allah Ta’ala dan kehidupan akhirat, tidak mengejar kesenangan dunia semata, maka Allah  akan “mengumpulkan urusannya,” artinya Dia akan memudahkan segala urusan hamba-Nya, memberikan keberkahan, kemudahan dan menghindarkannya dari segenap kesulitan.

Menjadikan hatinya merasa kaya, mengindikasikan bahwa orang yang fokus pada akhirat akan merasa cukup, puas, dan bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan I’tikaf di Sepuluh Hari Akhir Bulan Ramadhan  

Dunia akan datang kepadanya dengan tunduk, maknanya bahwa dunia tidak lagi menjadi beban atau prioritas utama, tetapi dunia akan “mengikuti” sesuai dengan kebutuhan, tanpa harus diupayakan secara berlebihan.

Mereka itulah para kekasih Allah , yang tidak merasa khawatir, tidak pula bersedih hati. Malaikat akan menurunkan ketenangan dalam hati mereka, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ (فصلت [٤١]: ٣٠)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.

Baca Juga: Khutbah Jum’at: Istiqamah Beramal Hingga Akhir Ramadhan

​​​​​​​​​​​​​​Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Untuk dapat menjadi orang-orang yang menyerahkan hidupnya kepada Allah  semata, ada beberapa hal yang harus dilakukan:

Pertama, memperkuat iman dan taqwa.

Keimanan yang kokoh dan ketakwaan yang benar menjadi pondasi utama dalam melaksanakan jihad dan dakwah. Hal ini dapat dicapai melalui shalat, dzikir, tilawah Al-Qur’an, dan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah.

Kedua, memperdalam ilmu, terutama ilmu agama.

Seseorang akan mampu menyerahkan hidupnya kepada Allah Ta’ala adalah mereka yang memiliki ilmu dan pemahaman yang baik tentang agamanya. Dengan pemahaman yang baik, mereka akan mampu menjalaninya dengan benar, sesuai dengan petunjuk dan manhaj yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Ketiga, menjaga keikhlasan.

Semua perjuangan harus didasari oleh niat ikhlas semata-mata untuk mencari ridha Allah Ta’ala, terbebas dari ambisi duniawi dan popularitas. Orang yang Ikhlas akan mampu menjalani ibadah hingga akhir hayatnya.

Keempat, memiliki kesabaran.

Sering kali tantangan, rintangan dan godaan menghadang, datang dan pergi silih berganti. Maka kesabaran menjadi kunci untuk tetap istiqamah di jalan Allah.

Mudah-mudahan kita semua menjadi hamba-hamba yang menyerahkan seluruh hidup ini hanya untuk Allah , sehingga mendapatkan ridha-Nya. Amiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهpِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat