Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)
إِنَّ الْحَمْدَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا
Jamaah Jumat rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji tentu hanya milik Allah Tuhan alam semesta dan seisinya. Marilah kita jaga dan tingkatkan takwa kita kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya.
Takwa dalam artian, selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, mentaati segala arahan-Nya dan tidak memaksiati-Nya, berdzikir ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya, serta senantiasa mensyukuri-Nya dan tidak mengkufuri-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Hadirin yang dimuliakan Allah
Ada satu ajaran yang tidak mengakui adanya Allah dan aturan syariat yang Allah turunkan ke permukaan bumi ini, yaitu komunisme. Mereka bahkan menjadi atheis, atau kafir kepada Allah. Kalaupun ada yang mengaku dengan lisannya beragama, tetapi amaliyah menyekutukan Allah.
Mereka telah ingkar kepada Allah, bahkan diberikan tausiyah, peringatan pun, sama saja bagi mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam ayat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ (٦) خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَـٰرِهِمۡ غِشَـٰوَةٌ۬ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (٧)
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan ada penutup. Dan bagi mereka ada siksa yang amat pedih”. (QS Al-Baqarah [2]: 6-7).
Apalagi kemudian jika mereka berbuat syirik kepada Allah. Itu lebih besar lagi dosanya. Allah mengingatkan di dalam ayat:
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ باللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.“ (QS Al-Nisa’ [4]: 48).
Sementara orang-orang Musyrik bersama orang-orang Yahudi, itu memang dikenal amat sangat keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman. Seperti ayat ini menegaskan:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَٲوَةً۬ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقۡرَبَهُم مَّوَدَّةً۬ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّا نَصَـٰرَىٰۚ ذَٲلِكَ بِأَنَّ مِنۡهُمۡ قِسِّيسِينَ وَرُهۡبَانً۬ا وَأَنَّهُمۡ لَا يَسۡتَڪۡبِرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu [orang-orang Nasrani] terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, [juga] karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri”. (QS Al-Maidah [5]: 82).
Hadirin yang Allah muliakan
Selanjutnya, paham komunisme dengan konsep ekonomi sosialisme dengan otomatis justru membuat masyarakatnya hancur. Semua disamaratakan, tidak ada hak kepemilikan individu, sehingga dapat saja dirampas kapan saja dan di mana saja demi tujuannya.
Pada ayat Al-Quran, Allah menegaskan tentang prinsip Islam adalah menjaga harta, yakni sesuatu yang menjadi penopang hidup, kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan”. (QS An-Nisâ [4 ]: 5).
Maksudnya adalah bahwa kemapanan keberadaan manusia ialah dengan adanya harta. Oleh karenanya terdapat perintah mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah. Sehingga menjadi sejahtera seluas-luasnya. Ada hak individu, ada hak sosial. Sehingga orang yang berhak menerima harta terjaga, dan harta yang mengeluarkannya juga menjadi bersih dan suci.
Untuk menjaga harta, maka Islam dengan ajaran sucinya mengharamkan segala bentuk pencurian dan penjarahan, yaitu mengambil harta orang lain tanpa sepengetahuan dan kerelaannya. Mencuri juga termasuk dosa terbesar dari dosa-dosa besar, sehingga pelakunya diancam dengan hukuman yang sangat buruk yaitu potong tangan.
Dengan ditegakkannya hukuman ini maka harta orang akan terjaga, sebab seseorang yang akan mengambil harta orang lain akan berpikir panjang, karena tangannya akan menjadi taruhan. Maka dengan demikian seluruh orang akan merasa aman terhadap harta miliknya, tidak ada rasa takut kemalingan atau dirampok dan sebagainya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Di antara cara dalam pemeliharaan harta ialah: Islam mewajibkan beramal dan berusaha (bekerja) dengan yang halal dan thayyib. Sehingga seseorang memiliki harta. Sekaligus pada bagian lainnya, Islam menganjurkan bershadaqah, memperbolehkan jual beli dan hutang-piutang. Serta Islam mengharamkan perbuatan zalim terhadap harta orang lain dan wajib menggantinya dan adanya kewajiban menjaga harta dan tidak menyia-nyiakannya.
Walaupun pada hakikatnya, hanya Allah sajalah sang pemilik yang sesungguhnya dan mutlak atas alam semesta. Kemudian Allah membagikan manusia karunia dan rezeki yang tak terhitung jumlahnya. Maka, manusia dengan kepemilikannya adalah pemegang amanah titipan Allah. Jadi, semua kekayaan dan harta benda merupakan milik Allah, manusia memilikinya hanya sementara, semata-mata sebagai suatu amanah atau pemberian dari Allah.
Manusia menggunakan harta berdasarkan kedudukannya sebagai pemegang amanah dan bukan sebagai pemilik yang kekal. Karena manusia mengemban amanah mengelola hasil kekayaan di dunia, maka manusia harus bisa menjamin kesejahteraan bersama dan dapat mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.
Karena itu, dalam masyarakat Islam, ada yang kaya ada pula yang miskin. Yang kaya membantu yang miskin, yang miskin mendoakan yang kaya. Sehingga terjadi keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat dengan adil dan sentosa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Satu lagi, perbuatan Komunis yang secara nyata, fakta dan saksi-saksi mengungkapkan, adalah mereka mengadakan pembunuhan dan menumpahkan darah kaum muslimin.
Padahal, dalam syariat Islam, orang-orang kafir yang hidup berdampingan dengan kaum muslimin (ahli dzimmah) serta darah orang kafir yang mengikat perjanjian damai dengan ummat Islam dengan persyaratan tertentu (mu’ahid). Itu saja harus dilindungi.
Bagi mereka yang menumpahkan darah kaum Muslimin dengan sengaja, apalagi ini darah para ulama, kyai, dan orang-orang sholeh yang rajin beribdaha kepada Allah. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengancam dengan ancaman yang sangat keras dalam firman-Nya:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
وَمَن يَقۡتُلۡ مُؤۡمِنً۬ا مُّتَعَمِّدً۬ا فَجَزَآؤُهُ ۥ جَهَنَّمُ خَـٰلِدً۬ا فِيہَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ وَلَعَنَهُ ۥ وَأَعَدَّ لَهُ ۥ عَذَابًا عَظِيمً۬ا
Artinya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa [4]: 93). Pada ayat lain Allah menegaskan:
…..مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَڪَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعً۬ا وَ أَحۡيَاهَا فَڪَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّا جَمِيعً۬اۚ …..
Artinya: “….Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu [membunuh] orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…..” (QS Al-Maidah [5]: 32).
Maka pembunuhan adalah salah satu dosa terbesar dari dosa-dosa besar (kabair).
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Karena itulah, marilah kita kaum Muslimin pada khususnya sebagai bagian penting dari bangsa Indonesia jangan sampai terjerat dalam gerakan dan paham komunisme yang kedua kalinya. Sejarah kelam dan tragedi berdarah yang dimotori oleh gerakan komunis jelas-jelas bertentangan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ
Artinya: “Tidak sepantasnya seorang mukmin terjerembab sampai dua kali dalam lubang yang sama.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu).
Jikapun ada kezaliman seperti dilakukan oleh orang-orang komunis seperti dulu, maka itu harus dihentikan. Ini seperti diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
Artinya: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.”
فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا ، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ « تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ »
Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadirin yang berbahagia
Karena itu, marilah kita jadikan ini sebagai momentum untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan umat Islam, secara terpimpin dalam satu Jama’ah. Sehingga tidak mudah terkena fitnah dari pihak manapun. Seperti Allah mengingatkan di dalam ayat:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah dalam Memimpin Umat
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍۚ إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٌ۬ ڪَبِيرٌ۬ (٧٣)
Artinya: “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu [hai para muslimin] tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu [2], niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (QS Al-Anfal [8]: 73).
Jika terjadi tindak kejahatan pemberontakan seperti bebera kali pernah dilakukan komunis di tanah air kita, maka yang mengalami kerusakan, kerugian dan korban adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Jangan sampai hal itu terjadilagi, na’udzubillaahi min dzalik.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan kepada kita dan para pemimpin bangsa ini untuk berjalan di atas jalan yang lurus, yang diridhai-Nya serta melindungi bangsa Indonesia dari segala unsur kejahatan. Serta memberikan hidayah kepada orang-orang yang zalim agar kembali bertaubat kepada-Nya. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ مَا تَسْمَعُونَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهِ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ
(A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)