Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini berjudul: Mewujudkan Perdamaian Sejati
Islam mengajarkan umatnya menciptakan suasana penuh perdamaian dan kesejukan yang merupakan bagian dari implementasi keimanan seorang Muslim.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk hidup berdampingan dengan umat-umat yang lain secara damai, dalam suasana harmoni, meski berbeda keyakinan, agama, suku dan bangsa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kebenaran Pasti Menang
Hal itu dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam di Madinah. Ketika itu, di Madinah selain kaum Muslimin, ada umat Yahudi, dan orang-orang yang belum menerima Islam.
Khutbah selengkapnya silakan simak berikut ini:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban Membuka Blokade Gaza Palestina
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Yang telah memberi nikmat-nikmat dan karunia kepada kita, memberi hidayah, menunjukkan jalan-jalan menuju ketaatan dan ketakwaan.
Maka, dengan nikmat-nikmat tersebut, marilah kita senantiasa memupuk, memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan, dengan terus bersemangat menjalankan ibadah dan ketaatan, serta berusaha maksimal menjauhi segala larangan.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa mendapatkan taufik dan hidayah-Nya, serta berada dalam keadaan iman dan Islam hingga akhir hayat kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan, Jalan Menuju Kebangkitan dan Pembangunan Peradaban
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Anfal [8] ayat 61 tentang membangun perdamaian sejati. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ٦١ (الانفال [٨]: ٦١)
“(Akan tetapi) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Anfal [8]: 61)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Sifat-sifat Buruk Kaum Yahudi
Ayat di atas menjadi salah satu dasar etika Islam dalam menghadapi peperangan. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, bila pihak lawan menunjukkan keinginan damai, maka kaum Muslimin hendaknya menyambutnya karena Islam adalah agama keselamatan dan rahmat.
Menyepakati perdamaian bukan tanda kelemahan, tetapi tanda kekuatan iman dan kebesaran jiwa. Tujuan perang dalam Islam adalah untuk mewujudkan perdamaian dan menghapus kedzaliman. Karena itu, jika perdamaian dapat menghentikan kedzaliman dan menyelamatkan jiwa manusia, maka ia lebih utama daripada meneruskan peperangan.
Ibnu Katsir juga menegaskan pentingnya kehati-hatian. Jangan sampai terjebak pada strategi musuh yang pura-pura ingin damai untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi dan militer, namun merugikan pihak kaum Muslimin.
Kewaspadaan dan kesiapsiagaan tetap menjadi bagian dari ajaran Islam dalam menjaga kehormatan dan keselamatan umat. Setiap langkah kehati-hatian harus dibarengi dengan niat baik, keadilan, dan kesungguhan untuk menghindari pertumpahan darah, sehingga keselamatan umat dan kehormatan hak-hak sesama manusia akan senantiasa terjaga.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mewujudkan Keadilan Sosial Menurut Syariat Islam
Perdamaian sejati harus dibangun di atas prinsip kemaslahatan kemanusiaan. Perdamaian harus diikat dengan keadilan, tidak boleh menjadi alat bagi pihak kuat untuk menekan pihak lemah.
Ayat di atas bukanlah perintah untuk berkompromi dengan musuh, melainkan menjadi hikmah agar umat Islam bersikap bijaksana dalam menentukan setiap langkah, terutama dalam situasi perang.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya sangat memuji seseorang yang mampu mewujudkan perdamaian. Bahkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam menyebut, pahalanya melebihi shalat, zakat, dan sedekah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Persatuan Umat Islam Sumber Kekuatan dalam Perjuangan
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلَاةِ، وَالصِّيَامِ، وَالصَّدَقَةِ؟ ” قَالُوا: بَلَى. قَالَ: ” إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ. وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ (رواه ابوداود)
“Maukah jika aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih utama dari derajat puasa, shalat dan sedekah?’” Para sahabat menjawab: Tentu ya Rasulullah. Beliau bersabda: ‘Mendamaikan orang yang sedang bermusuhan karena ia adalah pencukur (dosa permusuhan dapat menghancurkan amal kebaikan yang telah mereka kerjakan).” (HR Abu Daud).
Islam mengajarkan umatnya menciptakan suasana penuh perdamaian dan kesejukan yang merupakan bagian dari implementasi keimanan seorang Muslim.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk hidup berdampingan dengan umat-umat yang lain secara damai, dalam suasana harmoni, meski berbeda keyakinan, agama, suku dan bangsa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keteguhan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam Perjuangan
Hal itu dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam di Madinah. Ketika itu, di Madinah selain kaum Muslimin, ada umat Yahudi, dan orang-orang yang belum menerima Islam.
Mereka menyepakati perjanjian untuk hidup berdampingan, saling bekerja sama, dalam prinsip-prinsip toleransi, saling menghormati sehingga tercipta harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Maka, seorang Muslim sejati hendaknya senantiasa aktif sebagai penyeru perdamaian, penengah konflik, pemberi solusi (problem solver) dalam konflik, dan menjadi bagian dari unsur pemersatu umat.
Umat Islam bukanlah pembuat konflik (problem maker), bukan penyulut api permusuhan, bukan pula pengadu domba antar kelompok, karena Islam adalah agama yang cinta perdamaian.
Ajaran Islam juga melarang umatnya menggunakan cara-cara kekerasan dalam dakwah. Islam bukanlah agama yang mengajarkan ekstremisme, radikalisme, apalagi terorisme.
Untuk mewujudkan perdamaian dan rahmat, maka umat Islam harus melaksanakan syariat Al-Jama’ah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam:
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد)
“Al-Jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (H.R. Ahmad)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi
Dengan dilaksanakannya syariat Al-Jama’ah, maka akan terwujudlah perdamaian dalam kehidupan masyarakat. Seluruh aspek kehidupan akan dapat berjalan dengan baik, seperti ekonomi, pembangunan, pendidikan, termasuk juga ketenangan dalam melaksanakan ibadah.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Mencermati krisis di Palestina saat ini, gencatan senjata menjadi hal yang saat ini begitu bermakna bagi warga Gaza. Di kamp-kamp pengungsian, orang-orang menatap langit seraya melantunkan bait-bait doa, diiringi tetesan air mata, dengan harapan semoga perang kali ini benar-benar berhenti untuk seterusnya.
Bagi warga Gaza, gencatan senjata bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan napas pertama setelah tenggelam dalam kehancuran terlalu lama.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam Bukan Figur Politik
Harapan mereka, gencatan senjata bukan sekadar jeda dari serangan mematikan, tetapi kesempatan untuk menata kembali hidup, mengumpulkan serpihan-serpihan harapan yang berserakan.
Perdamaian sejati hanya dapat tercapai jika semua pihak menghormati hak-hak dasar rakyat Palestina, termasuk hak atas tanah, kebebasan, dan kedaulatan.
Setiap keputusan yang mengabaikan prinsip ini hanya akan memperpanjang penderitaan rakyat yang telah lama hidup dalam krisis.
Perdamaian yang hakiki tidak dapat dibangun di atas tekanan dan paksaan, melainkan dengan penghormatan terhadap hak asasi, dan upaya nyata untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Hanya dengan fondasi ini, gencatan senjata dapat berlanjut menjadi perdamaian yang berkelanjutan. Kesepakatan gencatan senjata akan mampu memberi rakyat Gaza harapan nyata untuk masa depan yang aman, bermartabat, dan keberlanjutan.
Oleh karena itu, semua pihak memiliki tanggung jawab untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina dalam mencapai hak-hak mereka dan memastikan masa depan Gaza dan Palestina seluruhnya menjadi kawasan yang aman dan damai.
Proses ini membutuhkan kesabaran dan kesungguhan yang terus-menerus. Setelah bertahun-tahun mengalami blokade, serangan bertubi-tubi, dan penderitaan tak terkira, rakyat Gaza telah belajar bahwa setiap langkah kecil menuju perdamaian adalah sebuah kemenangan.
Dunia internasional, khususnya umat Islam memiliki peran penting dalam menjaga momentum ini. Masyarakat dunia harus terus menekan Zionis Israel agar menghormati hak-hak rakyat Palestina, termasuk dapat kembali ke rumah-rumah mereka masing-masing dan bergerak bebas di tanah air mereka yang sah.
Semoga dengan sinergi dan kerja sama yang solid dari seluruh kaum Muslimin, Palestina akan merdeka dan Masjidil Aqsha kembali ke pangkuan umat Islam. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)