Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Bulan ini kita berada pada bulan ke-12 dari Kalender Hijriyah, yakni bulan Dzulhijjah 1445. Maka, alangkah baiknya kita mengadakan Muhasabah Akhir Tahun 1445 Hijriyah. Berikut Khutbah Jumat tentang Muhasabah Akhir Tahun 1445 Hijriyah:
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ
وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ،
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyaang. Kita dapat bersua kembali dengan Sayyidul Ayyam, induk dari segala hari, yakni hari Jumat ini.
Bukan hanya usia yang bertambah, Allah juga telah memberikan nikmat kesehatan, pekerjaan, keluarga dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak dapat kita hitung satu demi satu. Wabil khusus adalah nikmat istiqamah dalam Islam dan Iman yang bersemayam di dalam jiwa kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Dengan nikmat Islam dan iman itulah kita merasa ringan untuk melangkahkan kaki menyambut seruan azan, datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan shalat fardhu, wabil khusus shalat Jumat berjamaah. Dengan nikmat Iman dan Islam itu pula, kita gemar bertadarus Al-Quran, melakukan amal kebajikan, bersedekah dan berjuang di jalan Allah dan menolong sesama yang membutuhkan, terutama menolong saudara-saudara kita yang tertindas di Palestina.
Untuk itu, marilah kita terus tingkatkan rasa syukur kita kepada Allah dengan senantiasa istiqamah dalam takwa, dalam melaksanakan segala perintah Allah dan sunnah-sunah Nabi-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya dan hal-hal yang tidak disukai Nabi-Nya.
Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat kepada diri dan keluarga serta hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya agar kita hidup bahagia, selamat dan sejahtera, di dunia hingga di akhirat kelak.
Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada Allah)”. (QS Ali Imran [3] : 102).
Pada ayat lain Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا (٧٠) يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا (٧١)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS Al-Ahzab [33]: 70-71).
Takwa ini menjadi wasiat abadi karena mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Takwa merupakan kumpulan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan takwa, seorang mukmin akan mendapatkan dukungan dan pertolongan dari Allah Ta’ala.
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Saat ini kita berada di penghujung akhir tahun 1445 dalam perhitungan Kalender Hijriyah. Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak terasa umur kita sudah semakin menua, walaupun semangat juang di jalan Allah harus tetap muda dan terjaga.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Allah memberi kesempatan waktu yang sama kepada kita masing-masing, 24 jam dalam sehari semalam, 7 hari dalam sepekan, dan 12 bulan dalam setahun. Hanya pertanyaannya adalah apakah hari-hari yang kita lalui itu membawa perubahan yang lebih baik pada diri kita? Ataukah justru semakin hari malah semakin buruk, terutama dalam amal ibadah. Sementara umur terus bertambah, dan batas jatah usia kita semakin berkurang.
Maka, akhir yang baik, atau Husnul Khotimah adalah menjadi harapan terbesar kita. Kita ingin mengakhiri hidup sementara di dunia ini dalam keadaan bartauhid kepada Allah, dengan kalimat Laa ilaaha illallaah.
Untuk itu, marilah kita melakukan muhasabah, penghitungan atau evaluasi akhir tahun ini menghadapi masa-masa di hadapan tahun mendatang. Wabil khusus kita menagdakan Muhasabah Akhir Tahun 1445 Hijriyah.
Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Berkaitan dengan Muhasabah, Allah mengingatkan kita di dalam ayat-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ () وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18).
Di dalam Tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi menjelaskan, bahwa melalui ayat ini Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertakwa dan selalu mengintrospeksi atas setiap amalan terdahulu yang akan dihitung di hari kiamat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Kemudian Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar bertakwa untuk kedua kalinya. Allah mengulangi kalimat takwa karena pentingnya amalan tersebut. Allah mengetahui atas amalan-amalan dan akan dibalas dengan sebab amalan-amalannya.
Tentang pentingnya muhasabah atau evaluasi diri ini, Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata:
حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
Artinya: “Hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung (oleh Allah)”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menyamakan muhasabah diri dengan pedagang yang menghitung kerugian dan laba yang dihasilkan dalam satu rentang waktu tertentu. Ketika keuntungan yang didapat, ia mensyukuri dan berusaha meningkatkannya. Demikian pun ketika merugi, ia akan mencari penyebabnya dan berusaha untuk tidak mengulanginya pada masa yang akan datang.
Begitulah, orang-orang beriman yang berakal seharusnya melakukan hal yang sama terhadap amal perbuatannya di dunia selama ini.
Hal ini diingatkan oleh baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya:
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ الاَمَانِيَّ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
Artinya: “Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah akalnya adalah orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dan ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.” (HR At-Tirmidzi).
Hadiri kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Setidaknya ada dua garis besar yang perlu kita jadikan bahan Muhasabah Akhir Tahun 1445 Hijriyah, yang sangat menentukan kehidupan kita.
Pertama, muhasabah hubungan kita dengan Allah atau hablum minallaah. Kedua, muhasabah hubungan kita dengan sesama manusia atau hablum minannaas.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah dalam Memimpin Umat
Allah menyebutkan di dalam ayat-Nya:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS Ali Imran [3]: 112).
Inilah ajaran Islam yang membentangkan dua bentuk hubungan harmonis yang akan membawa kemuliaan dan keselamatan manusia di sisi Allah, yaitu tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah dan tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah sosial.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah. Hak-hak Allah ialah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Hak Allah adalah menjalankan syariat Allah, beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas.
Ada istilah yang mengatakan, “Perbaikilah hubungan kita dengan Allah, niscaya Allah akan memperbaiki kehidupan kita”.
Di dalam hadits disebutkan :
اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ
Artinya : “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR At-Tirmidzi).
Tentang kaitannya dengan hablum minannas, Allah menyebutkan di dalam ayat :
وَاعْبُدُواْ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa [4]: 36).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa hablum minallah dan hablum minannas adalah bagai dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan. Itulah kepribadian seorang Mukmin sejati. Untuk itu, marilah kita adakan musahabah diri sejauh mana hubungan baik kita dengan Allah, dan hubungan baik kita dengan sesama manusia.
Koreksi hubungan kita dengan sesama manusia juga adalah bermakna, marilah kita perbaiki hubungan bakti kita kepada orang tua, kita pererat komunikasi dan tanggung jawab terhadap rumah tangga tercinta kita, kita sambung ikatan silaturrahim yang terputus dengan sesama sahabat kita, kita bantu yang memerlukan, dan kita doakan kebaikan semuanya.
Terutama sekali adalah kita tingkatkan solidaritas kita terhadap perjuangan bangsa Palestina dan pembebasan Masjid Al-Aqsa, bumi penuh berkah.
Apalagi ini menyangkut kemuliaan, kesucian dan kehormatan Masjidil Aqsa. Allah mengingatkan kita di dalam Al-Quran:
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
Artinya : “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut [kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat“. (QS Al-Baqarah [2]: 114).
Apalagi kita mendengar, melihat, dan mengetahui nasib kaum Muslimin, yang kehormatannya dilanggar. Maka kita wajib membela dan menolongnya, serta mengembalikannya ke kondisi semula, yakni dalam keadaan aman.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan di dalam hadits:
مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ. وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَه
Artinya : “Tidaklah seseorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat di mana kehormatannya dilanggar dan dilecehkan, kecuali Allah akan membiarkannya di tempat yang ia menginginkan pertolongan-Nya di sana. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim di tempat yang kehormatannya dilanggar kecuali Allah akan menolongnya di tempat yang menginginkan ditolong oleh-Nya,” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Pada hadits lain juga disebutkan:
فُكُّوا الْعَانِيَوَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ
Artinya : “Bebaskan orang yang sedang ditawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Bukhari).
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Terakhir, marilah dalam rangka Muhasabah Akhir Tahun 1445 Hijriyah, kita kuatkan juga kehidupan berjamaah di kalangan kaum Muslimin, sehingga dapat mengatasi berbagai problematika kehidupan secara bersama.
Termasuk pembebasan Al-Aqsa dan Palestina akan dapat terlaksana manakala seluruh komponen umat Islam baik di dalam Palestina maupun di luar Palestina, di seluruh dunia, dapat bersatu karena Allah.
Sebagaimana Allah mengingatkan di dalam ayat-Nya :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
Artinya: “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kalian berpecah-belah.” (QS Al-Baqarah [2] : 103).
Semoga kita dapat melakukan Muhasabah Akhir Tahun 1445 Hijriyah ini untuk menyongsong masa depan yang lebih baik lagi. Aamiin. []
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَات وَالذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Mi’raj News Agency (MINA)