Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Nabi Muhammad Sebagai Teladan Utama

Redaksi Editor : Lili Ahmad - 29 menit yang lalu

29 menit yang lalu

12 Views

(ilustrasi)

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional.

Khutbah Jumat kali ini mengangkat tema “Nabi Muhammad sebagai Teladan Utama”, berkaitan dengan kehadiran bulan Rabiul Awwal yang dikenal sebagai bulan Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Selengkapnya berikut isi khutbah Jumat tersebut.

 

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memahami Makna Toleransi

اَلْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِااللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وِمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لآَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُونَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  أَمَّا بَعْدُ

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Tuhan Semesta Alam. Kepada-Nyalah kita memuji dan bersyukur atas segala karunia kenikmatan yang tak pernah berhenti, yang Allah berikan kepada kita.

Dia-lah Allah Yang Maha Kuasa, Yang telah memberikan taufik dan hidayah ke dalam hati kita sehingga dengan hidayah tersebut, Allah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Dengan hidayah itu pula, Allah menggerakkan lisan kita untuk bertadarus Al-Qur’an dan berkata-kata yang baik. Dan dengan hidayah itu jualah kita mampu berbuat kebaikan-kebaikan dengan sesama, memberikan manfaat seluas-luasnya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneguhkan Konsep Ummatan Wasathan

Shalawat serta salam semoga tercurahkan selalu kepada junjungan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wassallam. Semoga kecintaan kepada beliau, dapat mempertemukan kita dengan beliau nanti di Surga, bersama dengan para nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Aamiin.

Selanjutnya, khatib mewasiatkan kepada diri, keluarga, dan hadirin hadirat sekalian, marilah kita memelihara takwa kepada Allah. Karena dengan takwa itulah, Allah akan memberikan kita jalan keluar atau solusi dari setiap problematika kehidupan, ampunan, dan rezeki dari arah yang tak terduga.

Ini seperti Allah sendiri janjikan di dalam Al-Qur’an:

…. وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣) ……  وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرً۬ا (٤)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Islam Memandang Kekuasaan  

Artinya: … Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (2) Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan] nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki] Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (3) … Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (4) (QS Ath-Thalaq [65]: 2-4).

Allah juga menyebutkan, betapa keberkahan suatu masyarakat itu akan tumbuh seiring dengan iman dan takwa hamba-hamba-Nya. Ini sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al-A’raf [7]: 96).

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keagungan Akhlak Rasulullah

Itulah keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa. Keberkahan itu adalah dapat memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.

Saat ini kita memasuki bulan Rabiul Awwal atau dikenal dengan bulan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Harapan kita tentunya, bulan ini sebagai pengingat pada diri kita untuk terus mencintai serta mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam, sebagai tanda dan bukti bahwa kita cinta kepada Allah. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dan Hubungannya dengan Dukungan Perjuangan Palestina

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬

Artinya: Katakanlah: “Jika kamu [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31).

Lebih dari itu, mereka yang mencintai Nabi pun, kelak akan dikumpulkan bersama Nabi yang dicintainya itu. Seperti disebutkan di dalam hadits, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Kapankah Hari kiamat terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Apa yang telah kau persiapkan untuknya?” Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak mempersiapkan banyak shalat, puasa, ataupun shadaqah. Namun aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka beliau bersabda:

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah Dalam Membangun Peradaban

Artinya: “Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu).

Sidang Jumat yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah.

Kemudian, tindak lanjut dari kita mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan menjadikannya sebagai teladan, panutan dan ikutan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Allah menegaskannya di dalam ayat:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Permusuhan Yahudi dan Komunis Terhadap Umat Islam

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab [33] : 21).

Pada ayat lain disebutkan:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ۬

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bergembira Menjalankan Syariat Agama

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung. (QS Al-Qalam [68] : 4).

Begitulah, mereka yang lurus tauhidnya kepada Allah, yang selalu mengharapkan ridha Allah dan mengharap balasan terbaik di kampung akhirat. Mereka selalu menghiasi hari-harinya dengan banyak mengingat Allah. Hingga mengikuti segala yang menjadi sunnahnya.

Ibnu Katsir di dalam tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan bahwa ayat ini merupakan landasan pokok menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai suri teladan dalam ucapan-ucapan beliau, dalam perbuatan-perbuatan, dan dalam semua keadaan beliau.

Mushthafa Al-‘Adawi mengatakan: “Telah terhimpun pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sifat-sifat yang terpuji seperti malu, dermawan, pemberani, berwibawa, sambutan yang baik, lemah lembut, memuliakan anak yatim, baik batinnya, jujur dalam ucapan, menjaga diri dari perkara yang mendatangkan maksiat, suci, bersih, suci dirinya dan segala sifat-sifat yang baik”.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Al-Wala wal Bara'(Kesetiaan Kepada Sesama Muslim)

Bahkan isteri Nabi, Aisyah Radhiyallahu ‘anha ketika ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah, beliau menjawab:

كاَنَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

Artinya: “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR Muslim).

Untuk itu, sebagai wujud cinta kita kepada Nabi, marilah kita ikuti segala sunnahnya, agar kita senantiasa memperoleh petunjuk.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mentadaburi Makna Hijrah  

Hal ini seperti digambarkan di dalam sebuah hadits:

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ

Artinya: “Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah.

Karena itu, mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan jalan agar kita meraih Surga yang dijanjikan Allah.

Di dalam hadits disebutkan:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Artinya: “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan,” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu).

Pada akhirnya, kecintaan kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mestilah dilaksanakan secara berjamaah, bersatu, saling  bersaudara, sebagaimana Allah nyatakan di dalam ayat:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya : “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali [agama] Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu [masa Jahiliyah] bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk”. (QS Ali Imran [3]: 102-103).

Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Indonesia
Khutbah Jumat
Kolom
Khutbah Jumat