Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Optimis Meraih Mimpi

Widi Kusnadi - Jumat, 1 Februari 2019 - 07:28 WIB

Jumat, 1 Februari 2019 - 07:28 WIB

76 Views

Oleh: Widi Kusnadi, Dai Pesantren Al-Fatah, Bogor

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا  وَ مِنْ سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ  وَ التـَّابِعِيْنَ  وَاتَّـابِعِ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis

أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ  مُسْلِمُونَ اَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

 

Jamaah Jumat rahimakumullah

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, kami mengingatkan diri kami, kaluarga kami dan kaum muslimin jamaah Jumah yang hadir, dengan wasiat taqwa. Untuk menjadi taqwa tidak harus menunggu tua, tidak harus menunggu pensiun. Akan tetapi bertaqwa selagi masih muda, badan masih segar, tubuh masih bugar itu sangat dianjurkan Allah. Gunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam

Pada kesempatan ini, marilah kita kembali merenungkan firman Allah dalam Al-Quran surah Ali-Imran ayat 26 sebagai berikut:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran: 26)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Subhanahu wa Taala mengutus para Nabi-Nya untuk menyatakan bahwa hanya Allah lah yang Maha Suci yang memiliki kekuasaan tertinggi serta paling bijaksana dengan tindakan-Nya. Dengan kekuasaan-Nya, Allah  menyusun, mengurus, dan menyempurnakan segala urusan dan menegakkan hukum syariat sebagai aturan yang harus dijalankan di alam semesta ini.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina

Allah jua lah yang dapat memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara para hamba-Nya untuk mengatur, memimpin dan menggembala masyarakat untuk menjadi adil, makmur, sejahtera dan mendapat ridha-Nya dengan menjalankan syariat agama-Nya.

Pada saat periode awal Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam berdakwah di Makkah,  beliau tidak diakui kenabiannya, baik oleh orang-orang di Makkah (Musyrikin). Hal itu membuat beliau merasa risau karena beratnya tugas yang beliau emban untuk menyampaikan dakwah Islam kepada mereka.

Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam akan menyampaikan dakwah Islam, sementara mereka, orang-orang Makkah tidak lagi mempercayai dan menerima keberadaannya.

Latar belakang ketidakpercayaan itu pun berbeda. Orang-orang Musyrik di Makkah tidak percaya kepada Muhammad lantaran beliau adalah manusia biasa yang makan, minum dan pergi ke pasar, sama seperti mereka. Orang-orang Musyrik berharap sosok nabi itu berbeda dengan mereka, baik dari segi bentuk dan kebiasaan, seperti malaikat.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi  

Adapun kaum Yahudi, mereka tidak percaya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam lantaran beliau bukan dari kalangan Bani Israil. Sebagian besar mereka tetap bersikukuh bahwa nabi terakhir itu haruslah dari kalangan mereka (Bani Israil). Selain itu mereka tidak menerimanya karena menganggap kaum merekalah yang paling mulia diantara kaum yang lain.

Lantas di tengah kerisauan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam itulah, ayat ini turun sekaligus sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad bahwa ia hanya bertugas menyampaikan wahyu dan dakwah kepada mereka saja. Adapun urusan beriman atau tidak, mendapat hidayah atau tidak itu adalah urusan Allah karena di tangan-Nya lah kekuasaan itu, dengan kekuasaan Allah lah mereka bia beriman atau tidak.

Pada kitab lain, Al-Wahidi menjelaskan bahwa ayat ini turun pada pembebasan kota Makkah. Pada saat itu, Nabi Muhammad menyampaikan bahwa setelah bebasnya kota Makkah, kerajaan Parsi dan Romawi juga akan dibebaskan oleh kaum Muslimin.

Mendengar hal itu, orang-orang Munafik melecehkan pernyataan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam tersebut. Mereka menganggap bahwa hal itu merupakan sebuah kemustahilan karena kekuatan umat Islam hanya kecil, tidak sebanding dengan kekuatan Parsi dan Romawi.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Lalu, turunlah ayat ini sebagai jawaban atas pernyataan orang-orang Munafik itu, sekaligus meyakinkan umat Islam bahwa segala sesuatu bisa terjadi atas izin dan kekuasaan Allah, meskipun banyak orang menyangka hal itu tidak mungkin dan jauh dari perhitungan manusia.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah

Untuk mendapatkan sebuah kemenangan, kesuksesan seperti halnya yang didapatkan Rasulullah dan para sahabatnya tentu memerlukan perjuangan. Tentu saja perjuangan itu membutuhkan ketekunan dan sikap pantang menyerah. Kita tidak bisa hanya berpangku tangan saja menunggu datangnya kemenangan dan kesuksesan.

Demikian juga ketika kita memiliki cita-cita. Meskipun rasanya tidak mungkin dalam perhitungan manusia, mustahil dalam pandangan orang lain, tetapi jika kita lakukan dengan penuh kesungguhan, pantang menyerah dan senantiasa memohon pertolongan Allah, pasti hal itu akan tercapai.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an

Dalam mengabulkan doa seorang hamba, Allah pasti memperkenankan doa setiap makhluk yang mau meminta kepada-Nya dalam urusan kebaikan. Nmun perlu disadari oleh kita bahwa adakalanya doa itu langsung diterima dan dikabulkan. Namun adakalanya pula Allah menunda permintaan tersebut sampai waktu yang tepat.

Sesungguhnya Allah memiliki kuasa yang mutlak untuk mengangkat ataupun merendahkan derajat dan pangkat siapa saja memberi dan menahan rizki hamba-Nya, memberi amanah dan mencabut amanah kepada siapapun yang Ia kehendaki. Kemutlakan kekuasaan-Nya tersebut logis sebab Allah pemilik segala kekuasaan.

Maka, dalam berdoa dan berusaha meraih cita-cita, setiap pribadi hendaknya dapat menempatkan diri sebaik mungkin, memposisikan diri dengan ikhtiyar amal shalih agar Allah menyaksikan bahwa kita pantas untuk mendapatkannya. Kita layak untuk mendapatkan cita-cita itu.

Dalam skala yang lebih besar, ketika umat Islam Indonesia bercita-cita ingin membebaskan masjidil Aqsa dan Plaestina, tidak sedikit pula yang mencibir, melecehkan dan bahkan merendahkan cita-cita mulia itu. Namun, bagi kita, dengan merujuk ayat di atas, maka sesungguhnya tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak karena segala kekuasaan berada di tangan-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib

Jika umat Islam bersungguh-sungguh, menyempurnakan ikhtiyar, berdoa di sepertiga malam terakhir dan sabar dalam berjuang, maka pertolongan Allah pasti akan datang. Suatu hari nanti Al-Aqsa dan Palestina akan dapat dibebaskan dari penjajahan Israel.

Pantang menyerah, sempurnakan ikhtiyar, selalu berharap pertolongan Allah dan istiqomah, itulah yang harus kita lakukan dalam berjuang dan meraih cita-cita kita. Al-Aqsa pasti kembali kepangkuan umat Islam.

Semoga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita untuk dapat bersama, bekerja, dan beraktivitas, beramal shalih, yang dapat menghasilkan karya-karya terbaik, prestasi terbaik, untuk keridhaan Allah dan untuk kemaslahatan umat. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. (A/P2/R01)

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus

 

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat