Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَمَرَناَ باِلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ وَالإِبْتِعاَدِ عَنِ العاَدَاتِ الجاَهِلِيَّةِ. وَالصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٌ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا نَبِيَّ الرَحْمَةِ وَقُدْوَةَ الأُمَّةِ لِنَيْلِ السَعَادَةِ فيِ الدُنْيَا وَالآخِرَةِ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَإِيّاَيَ بِتَقْوَى اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin rahimakumullah
Marilah kita senantiasa menjaga dan memelihara takwa kita kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Dengan takwa itulah Allah hendak memberikan kita jalan keluar dari segala problematika hidup kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Ini seperti Allah nyatakan di dalam ayat:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar”.(QS Ath-Thalaq : 2).
Sidang Jum’ah rahimakumullah
Akhir-akhir ini, bahkan sejak jaman Nabi, banyak di antara orang-orang kafir yang memang hendak memadamkan agama Allah, cahaya Islam, melalui ucapan-ucapan provokasi mereka yang acapkali menyakitkan umat Islam. Namun ternyata, mereka tidak sanggup memadamkan cahaya kebenaran itu.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Bagaimana mungkin cahaya matahari dapat dipadamkan? Tentu hasilnya nol belaka.
Justru dengan ucapan kebencian orang-orang kafir itu, malah menjadikan Islam dan umatnya semakin terang, tampak dan bergerak menyatu mengalahkan mereka.
Allah menyebutkan di dalam ayat-Nya:
يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ (٨) هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُ ۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُ ۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ (٩)
Artinya: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya [agama] Allah dengan mulut [ucapan-ucapan] mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (8) Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (9). (QS Ash-Shaff : [61] 8-9).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Pada ayat yang lain, Allah menegaskan pula:
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ [التوبة : 32]
Artinya: ‘Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai”. (QS At-Taubah [9] : 32).
Mereka, orang-orang kafir itu, bermaksud dengan perbuatan dosa dan ucapan mengada-ada untuk memadamkan cahaya agama Islam yang menerangi manusia yang sedang berada dalam kegelapan.
Perbuatan mereka itu tak ubahnya seperti orang yang ingin memadamkan cahaya matahari yang menyilaukan pemandangan dengan hembusan mulutnya yang tidak berarti itu.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan tetap memancarkan cahaya agama-Nya ke seluruh penjuru dunia dengan menolong Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan orang-orang yang beriman walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Dalam kalimat “…..dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci”.
Jamaah kaum Muslimin yang Allah muliakan
Dahulu, pernah wahyu Allah tidak turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, selama empat puluh hari lamanya. Maka berkatalah seorang pembesar Yahudi yaitu Ka’ab bin Asyraf, “Hai sekalian orang-orang Yahudi, bergembiralah kalian semuanya, Allah telah memadamkan cahaya Muhammad dengan tidak ada lagi wahyu yang turun kepadanya, dan tidak akan lagi sempurna cahaya itu”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Mendengar ucapan Ka’ab itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merasa sedih dan beriba hati. Berkenaan dengan itu, maka turunlah ayat ini.
يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ
Artinya : “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Q.S. Ash-Shaff [61] : 8).
Imam Ash-Shabuni dalam tafsirnya Shafwatut Tafaasiir menjelaskan bahwa mereka, yakni orang-orang kafir dari kalangan orang-orang musyrik dan ahli kitab, menginginkan untuk memadamkan cahaya Islam, syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan mulut-mulut mereka yang hina.
Dengan sekadar perdebatan yang mereka buat dan perkara-perkara yang mereka buat-buat. Padahal Islam adalah cahaya yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang Dia ciptakan untuk makhluk-Nya sebagai cahaya penerang.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Perumpamaan mereka bagaikan orang yang ingin memadamkan cahaya bulan dan matahari dengan tiupan mulut mereka. Tentu tidak akan kesampaian.
Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al Jaami’ li Ahkamil Quran pun mengatakan bahwa yang dimaksud cahaya Allah yang hendak ditutup oleh mulut-mulut orang kafir itu dalam ayat adalah berbagai bukti nyata serta argumentasi yang menunjukkan ketauhidan. Sedangkan Allah tidak menghendaki segala sesuatu kecuali hanya menyempurnakan agama-Nya saja.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Perkataan dan perbuatan orang-orang kafir itu, semakin kuat karena di antara mereka saling kuat-menguatkan dan tolong-menolong dalam menghadapi orang-orang beriman.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Mereka juga menginfakkan hartanya, mencurahkan segala kemampuannya, waktu dan potensinya, untuk menghalangi jalan Allah. Pada ayat disebutkan:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ [36] لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ [37]
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS Al-Anfal [8] : 36-37)
Untuk itu, hadirin yang berbahagia
Ajaran Islam menyerukan kepada kita umatnya untuk menjaga kehidupan berjama’ah, bersatu padu, menjalin ukhuwah Islamiah kal jasadil waahid serta meninggalkan perpecahan umat. Ini untuk menghadapi hegemoni mereka dalam berbagai kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Allah menyebutkan perintah itu di dalam ayat:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَاۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang Neraka (disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliah), lalu Allah selamatkan kamu dari Neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keterangan-Nya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayah-Nya”. (Q.S. Ali Imran [3]: 103).
Melalui ayat ini, Allah hendak mengingatkan akan makna pentingnya “hablullaah” atau tali Allah, yakni Al-Quran, yang datang dari langit atau sisi Allah dan diturunkan untuk umat manusia di muka bumi ini.
Demikianlah, semoga kita dapat istiqamah dalam menjaga kehidupan berjama’ah, menjalin persatuan dan kesatuan umat Islam, ukhuwwah islamiyyah, serta menjauhi perpecahan dan perbantahan di antara kaum Muslimin. Sehingga Allah beri kemenangan dalam menjayakan Islam menghadapi persekongkolan orang-orang kafir. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.
(A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib