Khutbah Jumat: Pemimpin Yang Layak Diteladani

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA

 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا صِرَاطَهُ الْمُسْتَقِيْمَ، صِرَاطَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالصِّدِيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُوْلٓـئِكَ رَفِيْقاً. أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

فَيَا عِبَادَ اللّٰه أوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقوَى، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً وَقَالَ تَعَالَى

Ikhwani fiddin rahimakumullah,

Khatib wasiatkan kepada diri pribadi dan kepada ikhwani fiddin, saudara-saudaraku seiman, marilah kita berusaha mengisi sisa-sisa usia kita dengan berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah.

Karena derajat kemuliaan kita di sisi Allah adalah dilihat dari kadar takwa kita kepada-Nya. Ini seperti Allah sebutkan di dalam Al-Quran:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]:13).

Hadirin yang dirahmati Allah

Al-Quran telah memberikan gambaran tentang beberapa karakter umat, yang menjadi panutan orang banyak.

Di antaranya Al-Quran menyebutkan karakter Nabi Yusuf, dengan berbagai sifat yang baik.

وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ ٱئۡتُونِى بِهِۦۤ أَسۡتَخۡلِصۡهُ لِنَفۡسِى‌ۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُ ۥ قَالَ إِنَّكَ ٱلۡيَوۡمَ لَدَيۡنَا مَكِينٌ أَمِينٌ۬ (٥٤) قَالَ ٱجۡعَلۡنِى عَلَىٰ خَزَآٮِٕنِ ٱلۡأَرۡضِ‌ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ۬ (٥٥)

Artinya: Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu [mulai] hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”. (54) Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara [Mesir]; sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (55). (QS Yusuf [12]: 54-55).

Dalam hal ini, Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, yang Allah pilih sebagai salah satu orang yang berkuasa atau memimpin di negeri Mesir kala itu, memiliki empat kriteria yang mencerminkan pemimpin terbaik. Yaitu yang terangkai dalam kata

مَكِينٌ – أَمِينٌ – حَفِيظٌ – عَلِيمٌ

Makiinun, amiinun, hafiidzun dan ‘aliimun.

Makiinun, artinya memiliki kedudukan, sehingga dihormati dan bisa melaksanakan tugasnya tanpa ada yang menghalangi.

Amiinun, maknanya orang yang amanah, yang memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga tidak mungkin mengkhianati warganya.

Hafiidzun, artinya orang yang mampu menjaga, teliti, bukan orang yang teledor, dan bukan orang yang menggampangkan masalah.

‘Aliimun, orang yang berilmu, paham bagaimana cara mengatur urusan dengan benar dan mengetahui skala prioritas pembangunan negerinya.

Mengenai ayat ini, Imam Al-Qurthubi menjelaskan, bahwa sebagian ulama berkata, pada ayat ini terdapat dalil tentang diperbolehkannya bagi orang yang shalih, bekerja pada penguasa yang buruk. Dengan syarat, orang tersebut tahu, bahwa segala pekerjaan diserahkan kepadanya dengan diberi kekuasaan penuh untuk mengaturnya, dan bukan diatur oleh penguasa yang buruk tersebut.

Sehingga, ia akan dapat mengatur sesuai dengan apa yang dia kehendak, untuk hal yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak. Adapun kalau pekerjaan tersebut harus berdasarkan pada kemauan dan kehendak penguasa yang buruk, menuruti hawa nafsu dan kekufurannya, di bawah aturan mereka, maka hal yang demikian ini tidak diperbolehkan.

Syaikh As-Sa’di menambahkan tentang ayat ini, bahwa Nabi Yusuf mendapat tempat di jajaran penguasa saat itu karena keutamaan ilmu yang dimilikinya. Baik ilmu syariat, hukum, manajemen, hingga ilmu ta’bir mimpi. Nabi Yusuf memperoleh kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat kelak, yaitu karena adanya ilmu yang beragam.

Hadirin yang berbahagia

Soal kepemimpinan bukanlah main-main, karena mengandung konsekwensi amanah terhadap kepemimpinannya itu.

Di dalam hadits disebutkan:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imaam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.” (HR Bukhari).

Demikianlah, maka jika pemimpin memiliki karakter curang, menipu, berdusta, zalim dan khianat, maka ia tak layak berada di surga-Nya. Sebagaimana peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Artinya: Seseorang yang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin, lalu mati ketika sedang menipu orang-orang yang dipimpinnya, maka Allah mengharamkan baginya syurga.” (HR Muslim).

Pada hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan:

إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ

Artinya: “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR At-Tirmidzi).

Hadirin sidang Jumat yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah

Untuk itu marilah kita introspeksi, musahabah, atas pola kepemimpinan kita, agar sesuai dengan kriteria terbaik berdasarkan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah. Pemimpin yang selalu mengajak ke jalan yang diridhai-Nya. Termasuk bagaimana kita menerapkan kepemimpinan kita di dalam rumah tangga kita masing-masing.

Sehingga kebaikan akan kembali kepada kita dan untuk orang banyak. Serta memberikan nasihat agar para pemimpin dapat melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Semoga Allah selalu membimbing kita di jalan yang diridhai-Nya. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)