Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul: Pendusta Agama.
Agama Islam bukan aturan-aturan parsial, terpilah-pilah, terbagi-bagi dan lepas satu sama lain yang dapat saja manusia menunaikan dan meninggalkan apa yang dikehendakinya. Tetapi agama Islam adalah manhaj “sistem” yang saling melengkapi, yang berinteraksi antara ibadah dan syiar-syiarnya dengan tugas-tugas individual dan sosialnya.
Semuanya bermuara untuk kepentingan umat manusia dengan tujuan untuk menyucikan hati, memperbaiki kehidupan, dan tolong-menolong antara sesama manusia dan bantu membantu untuk kebaikan, kesalehan dan perkembangan mereka. Pada semua itu, tercerminlah rahmat yang besar dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Khutbah selengkapnya silakan baca berikut ini:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Yahudi, Bani Israil dan Ahli Kitab
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, khususnya nikmat iman dan Islam sehingga kita dapat terus beramal sholeh untuk mengharapkan ridha dan pahala dari Allah .
Hendaknya kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa yang membuahkan amal. Takwa yang mendorong hati untuk lurus, lidah untuk jujur, dan tangan untuk bekerja, memberi demi kemuliaan Islam.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al Ma’un [107] ayat ke-1-8 tentang ‘Para Pendusta Agama”. Allah berfirman:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Hijrah dalam Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ ١ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ ٤ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ ٥ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ ٦ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَࣖ ٧ (الماعون [١٠٧]: ١ــ٧)
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberi) bantuan”.
Menurut beberapa Riwayat surah ini adalah surah Makkiyah, dan menurut riwayat yang lain adalah surah Makkiyah dan Madaniah, yakni tiga ayat pertama adalah Makkiyah sedang sisanya adalah Madaniah. Pendapat terakhir inilah yang lebih kuat.
Dalam tafsir Fi Zilalil Qur’an, Sayyid Qutb rahimahullah menjelaskan bahwa surat ini adalah tamparan bagi siapa pun yang hanya menjadikan agama sebagai topeng atau sebatas simbol, namun kosong dari empati sosial. Orang yang mengaku beriman, tapi membiarkan yatim terhina, membiarkan miskin kelaparan, tidak peduli kepada penderitaan manusia serta shalatnya hanya formalitas tanpa ruh.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Semangat Hijrah Menuju Kebangkitan Umat dan Pembebasan Al-Aqsa
Beragama tidak cukup dengan simbol-simbol dan syiar-syiar ibadah saja kalau tidak bersumber dari keikhlasan dan ketulusan hati karena Allah yakni keikhlasan yang mendorong dilakukannya amal saleh dan tercermin di dalam prilaku untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan umat manusia di muka bumi.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Agama Islam bukan aturan-aturan parsial, terpilah-pilah, terbagi-bagi dan lepas satu sama lain yang dapat saja manusia menunaikan dan meninggalkan apa yang dikehendakinya. Tetapi agama Islam adalah manhaj “sistem” yang saling melengkapi, yang berinteraksi antara ibadah dan syiar-syiarnya dengan tugas-tugas individual dan sosialnya.
Semuanya bermuara untuk kepentingan umat manusia dengan tujuan untuk menyucikan hati, memperbaiki kehidupan, dan tolong-menolong antara sesama manusia dan bantu membantu untuk kebaikan, kesalehan dan perkembangan mereka. Pada semua itu, tercerminlah rahmat yang besar dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Hijrah dan Peradaban
Kadang ada orang yang mengatakan dirinya Muslim dan membenarkan agama ini dengan segala syariatnya. Kadang dia melakukan shalat dan melaksanakan syiar-syiar lainnya selain shalat. Tetapi hakikat iman dan hakikat membenarkan agama masih jauh darinya.
Karena hakikat ini memiliki tanda yang menunjukan eksistensi dan kenyataan. Kalau indikasi ini tidak ada, maka agama dan keimanan tidak ada, meskipun lisan telah mengucapkan dan orang itu melaksanakan simbol-simbol ibadah.
Sesungguhnya, hakikat iman apabila sudah meresap ke dalam hati, ia akan bergerak merefleksikan dirinya dalam amal saleh. Apabila tidak ada gerakan amal saleh, ini menunjukan bahwa hakikat iman itu tidak ada wujudnya. Demikianlah yang ditetapkan Allah dalam surah Al Maun ini.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Tahun Baru 1447 Hijriyah untuk Pembebasan Al-Aqsa
Ayat ini adalah peringatan. Karena siapa pun bisa tergelincir menjadi pendusta agama jika ia mengabaikan hak-hak sosial. Berikut adalah ciri-ciri pendusta agama yang Allah sebutkan dalam surat Al Ma’un di atas:
- Tidak Peduli dan Menghardik Anak Yatim/ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ
Menurut Sayyid Qutb, “Yadu’u” bukan sekadar membiarkan, tetapi mendorong dengan kasar. Ini menandakan ketiadaan empati dan pengusiran secara moral terhadap anak-anak yang lemah dan tidak berdaya.
Allah menyebut para penghardik anak yatim sebagai pendusta agama karena mereka telah menghindarkan hak para anak yatim dengan enggan memberi mereka makan, enggan menyantuni bahkan berkata kasar sampai mendzalimi. bahkan dalam bentuk paling ringan, tidak mau tahu keberadaan mereka. Padahal Islam menempatkan anak yatim pada kedudukan yang mulia.
Rasulullah ﷺ bersabda tentang kedudukan dan keutamaan menyantuni anak yatim:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Muhasabah Akhir Tahun, Evaluasi Diri dan Perjuangan
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.” Kemudian Nabi mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya serta agak merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)
- Tidak Mendorong untuk Memberi Makan Fakir Miskin/ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ
“Yahuddu” artinya mendorong dengan semangat. Maka bukan hanya memberi, tapi mendorong orang lain untuk ikut membantu.
Mereka yang mendustakan agama adalah yang tidak peduli terhadap kelaparan di sekitarnya. Mereka tidak tergugah sedikit pun oleh penderitaan kaum miskin yang ada di sekitar, termasuk juga penderitaan kaum muslimin yang membutuhkan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Haji Mabrur
Islam mengajarkan bukan sekadar akidah, tapi gerakan sosial dan solidaritas. Maka tidak peduli kepada penderitaan bangsa Palestina, tidak ikut mendoakan, mengedukasi, berdonasi, atau menyuarakan keadilan bagi mereka, hal itu sudah termasuk bagian dari ciri ketiadaan dari nurani keimanan.
- Lalai dalam Shalatnya/ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ
“Sahuun” artinya lalai, lengah, tidak fokus, menyepelekan. Ayat ini bukan menyasar orang yang tidak shalat sama sekali, tapi orang yang shalat, namun tidak sadar makna dan tujuan shalatnya. Mereka mengerjakan shalat, tetapi tidak dengan hati. Shalat mereka bukan karena Allah, melainkan karena ingin dilihat.
Shalat lima waktu mengajarkan ketepatan waktu dan ritme hidup yang teratur. Jika dalam hidupnya selalu mengabaikan waktu maka itu termasuk orang yang lalai.
Shalat juga mengajarkan bahwa seorang Muslim harus memiliki pemimpin dan hidup berjamaah. Imam Ibnul Qayyim menyebutkan, “Shalat berjamaah adalah miniatur sistem kepemimpinan dalam Islam: ada imam (pemimpin), makmum (umat), aturan, dan ketertiban.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim AS
- Beribadah karena Riya’ (Pamer) / الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ
Shalatnya, zakatnya, sedekahnya, semua untuk pencitraan, bukan pengabdian. Mereka menunjukkan kedermawanan hanya saat dilihat, beramal demi pujian atau jabatan.
Mereka bisa tampak rajin beribadah di depan manusia, tetapi kosong dari keikhlasan dan tidak memperdulikan nilai ibadah di sisi Allah. Bahkan lebih sibuk dengan penilaian manusia dibanding penilaian Allah.
- Tidak Mau Memberi Bantuan Kecil (Al-Ma’un)/ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ
Sayyid Qutb menjelaskan bahwa “al-ma’un” adalah pertolongan kecil yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti ember, air, makanan, atau bahkan sekadar pinjaman alat rumah tangga dan bantuan tenaga atau nasihat ringan.
Orang yang tidak mau memberi bahkan untuk hal sekecil itu, ia terputus dari nilai-nilai Islam yang sejati.
Baca Juga: Khutbah Idul Adha: Balajar dari Kedermawanan dan Pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim AS
Maka, mari kita hidupkan kembali nilai ta’awun (tolong-menolong), rahmah (kasih sayang), dan ukhuwah (persaudaraan) dalam masyarakat. Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa. Dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa
dan pelanggaran.” (Qs. Al-Maidah: 2)
Inilah Islam, tidak hanya ibadah ritual semata yang dikerjakan tetapi mendorong umat Islam untuk meningkatkan kepedulian dalam ibadah sosialnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهpِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ- وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)