Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Pengendalian Diri sebagai Esensi Puasa Ramadhan

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 31 menit yang lalu

31 menit yang lalu

69 Views

Muslim Florida (Photo : NoIslam)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat kali ini berjudul Pengendalian Diri sebagai Esensi Puasa Ramadhan.

Puasa Ramadhan tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga memberikan pelajaran moral yang mendalam. Salah satu esensi utama dari puasa adalah pengendalian diri, yang dimulai dari menahan nafsu makan, minum dan berhubungan suami-istri saat berpuasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengendalian diri menjadi kunci untuk menciptakan harmoni, baik dalam diri sendiri maupun dalam hubungan sosial. Tanpa pengendalian diri, seseorang mudah terjebak dalam perilaku destruktif yang merugikan dirinya dan orang lain.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Al-Qur’an, Pedoman Hidup Orang Beriman

Dalam skala yang lebih besar, kurangnya pengendalian diri sering menjadi akar dari berbagai permasalahan global, seperti korupsi, eksploitasi sumber daya alam berlebih-lebihan, dan segala bentuk ketidakadilan sosial.

Oleh karenanya, pengendalian diri tidak hanya penting untuk individu, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Khutbah selengkapnya silakan baca berikut ini:

 

Baca Juga: Khutbah Jumat: Puasa Ramadhan dan Pendidikan Kesabaran          

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Marilah kita semua senantiasa bersyukur pada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala anugerah nikmat yang luar biasa banyaknya sehingga tiada mampu kita mengukur, menakar dan menghitungnya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Tarbiyah Hati dan Jiwa

Di antara nikmat utama yang kita rasakan hari ini, kita dapat berjumpa dan menjalankan ibadah di bulan istimewa, yakni bulan Ramadhan yang mulia.

Puasa Ramadhan identik dengan pengendalian diri, karena dengan hal itulah kaum Muslimin akan selamat dari kehancuran dan kehinaan, dan akan meraih keberuntungan serta kebahagiaan dalam kehidupannya, di dunia dan akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul, “Pengendalian Diri sebagai Esensi Puasa Ramadhan”. Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah As-Syuura {42] ayat 27, yang berbunyi:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bersama Bulan Suci Ramadhan Meraih Gelar Takwa

وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرٌۢ بَصِيرٌ (الشّورى [٤٢]: ٢٧)

Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”

Imam Ibnu Katsir Rahimakumullah dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa jika Allah melapangkan rezeki secara berlebihan kepada manusia, sebagian besar dari mereka akan menjadi sombong, lalai dari kewajiban, dan melakukan tindakan dzalim serta melampaui batas.

Namun, Allah memberikan rezeki sesuai dengan kehendak-Nya, agar manusia tetap bersyukur dan tidak terjebak dalam kebinasaan dan kesengsaraa akibat sifat tamak dan sombong.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadikan Bulan Ramadhan Istimewa

Ayat di atas menunjukkan hikmah yang sangat mendalam tentang penentuan kadar rezeki untuk setiap hamba. Allah Ta’ala mengetahui siapa yang akan tetap taat dalam kelapangan atau kesempitan, sehingga pemberian-Nya berdasarkan pengetahuan yang Maha Sempurna.

Pembatasan rezeki adalah bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya agar mereka tidak sombong dan tetap berada dalam ketaatan. Sebaliknya, jika diberikan harta melimpah tanpa batas sesuai dengan apa yang mereka minta, niscaya manusia akan berbuat dosa dan melanggar syariat.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan kekhawatirannya terhadap umatnya yang diuji dengan berlimpahnya harta. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Al-Bukhari beliau bersabda:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُخْرِجُ اللَّهُ مِنْ زَهْرَةِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا”. وَسُؤَالَ السَّائِلِ: أَيَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ؟ (رواه البخارى)

“Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas kalian adalah apa yang Allah keluarkan dari perhiasan kehidupan dunia. Kemudian seseorang bertanya: Apakah kebaikan bisa mendatangkan keburukan?” (HR Al-Bukhari)

Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam lebih khawatir umatnya diuji dengan kemewahan dunia daripada diuji dengan kesempitan harta.

زَهْرَةِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا (perhiasan kehidupan dunia) berupa kekayaan, kemewahan, pangkat dan jabatan dan kesenangan duniawi lainnya terlihat baik dan disukai banyak manusia, namun sebenarnya hal itu menjadi ujian yang berat dan akan menjadi penyesalan jika tidak dikelola dengan bijak sesuai tuntunan syariat.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bergembira Menyambut Bulan Ramadhan          

Kekayaan dunia bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi dapat menjadi sumber keburukan jika tidak dikelola sesuai syariat. Sebaliknya, jika digunakan untuk perjuangan, dakwah dan membantu sesama, maka ia dapat menjadi jalan mendapatkan rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sementara itu, ulama besar dan ahli tafsir pada zaman tabi’in (generasi setelah sahabat Nabi), Imam Qatadah Rahimahullah berkata,

خَيْرُ الْعَيْشِ مَا لَا يُلْهِيكَ وَلَا يُطْغِيكَ

“Sebaik-baik kehidupan adalah yang tidak melalaikanmu dan tidak membuatmu melampaui batas.”

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Diri Memasuki Bulan Ramadhan  

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Puasa Ramadhan tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga memberikan pelajaran moral yang mendalam. Salah satu esensi utama dari puasa adalah pengendalian diri, yang dimulai dari menahan nafsu makan, minum dan berhubungan suami-istri saat berpuasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengendalian diri menjadi kunci untuk menciptakan harmoni, baik dalam diri sendiri maupun dalam hubungan sosial. Tanpa pengendalian diri, seseorang mudah terjebak dalam perilaku destruktif yang merugikan dirinya dan orang lain.

Dalam skala yang lebih besar, kurangnya pengendalian diri sering menjadi akar dari berbagai permasalahan global, seperti korupsi, eksploitasi sumber daya alam berlebih-lebihan, dan segala bentuk ketidakadilan sosial.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Melaksanakan Syariat Islam Secara Kaffah

Oleh karenanya, pengendalian diri tidak hanya penting untuk individu, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang secara langsung melatih umat Muslim untuk mengendalikan diri. Dengan menahan lapar, haus, dan berbagai godaan lainnya, seseorang belajar untuk menundukkan hawa nafsu. Hal ini bukan sekadar ritual fisik, tetapi juga menjadi latihan mental dan spiritual yang mendalam.

Melalui puasa, umat Islam diajak untuk merefleksikan makna kesederhanaan dan menghargai setiap nikmat yang sering dianggap remeh.

Puasa mengajarkan bahwa kenikmatan duniawi bukanlah tujuan utama kehidupan, melainkan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maharahman.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah Perpindahan Arah Kiblat

Dengan demikian, pengendalian diri yang dilatih melalui puasa Ramadhan membantu seseorang menjadi lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan tindakan.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Dalam realitas kehidupan saat ini, kita sering menyaksikan kerusakan yang terjadi akibat keserakahan manusia. Para penguasa yang lupa diri dan orang-orang kaya yang serakah mengeksploitasi alam berlebihan, merusak hutan, lautan sehingga timbul krisis dan bencana alam yang melanda masyarakat.

Adanya banjir bandang, badai dan cuaca ekstrem merupakan bukti nyata dari perilaku serakah manusia yang mengabaikan keseimbangan alam dan ekosistem.

Keserakahan ini tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan, tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial. Ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan konflik-konflik horisontal lainnya adalah contoh nyata dari dampak buruk yang muncul ketika manusia memiliki harta dan kekuasaan yang tidak mau patuh dengan agamanya.

Bencana alam yang terjadi, seperti: banjir, longsor, dan cuaca ekstrem tidak sepenuhnya merupakan fenomena alamiah. Banyak dari bencana tersebut adalah akibat dari ulah manusia yang tidak bijak dalam mengelola alam.

Maka, momen Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk introspeksi diri dan berkomitmen melakukan perubahan. Mari kita tanamkan kesadaran spiritual, bahwa kekayaan dan kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Semua pihak hendaknya mengutamakan kepentingan masyarakat dan lingkungan di atas keuntungan pribadi. Dengan semangat tersebut, maka pengelolaan sumber daya alam akan bisa dilakukan dengan bijak dan berkeadilan.

Pendidikan tentang pentingnya menjaga lingkungan dari bahaya ketamakan dan keserakahan. Penyadaran kepada masyarakat perlu terus disampaikan di berbagai lapisan agar mereka menyadari betapa kerusakan itu tidak hanya berdampak buruk bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi generasi sesudahnya.

Puasa Ramadhan mengajarkan betapa pentingnya pengendalian diri sehingga manusia terhindar dari bahaya keserakahan, ketamakan, kerusakan alam dan bencana yang melanda.

Momentum puasa Ramadhan ini, mari kita merenungkan kembali, sudahkan kita mampu mengendalikan diri? Dengan menundukkan hawa nafsu, membersihkan hati dari sifat serakah dan tamak, maka akan tercipta tatanan dunia yang lebih adil, dan alam dan seimbang. Semoga kita semua dijauhkan dari segala musibah dan bencana. Aamiin ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Ramadhan 1446 H
Kolom
Kolom
Kolom