Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Imam Muslim rahimahullah mengatakan di dalam Mukadimah Kitab Sahihnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, jika ia selalu menceritakan setiap hal yang didengarnya.”
Dalam kitab Ash-Shahihain juga disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk berkata; “Katanya dan katanya.” yaitu berbicara tentang perkataan orang lain, tanpa meneliti kebenarannya, tanpa melakukan tabayun (klarifikasi) terlebih dahulu dan tanpa mencari kejelasan tentang kevalidan sumber beritanya.
Orang-orang munafik berusaha menyebarkan berita yang tidak benar (hoax) tujuannya adalah untuk menimbulkan ketakutan, keresahan dan kekacauan sehingga mengancam keamanan umat Islam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Imam Muslim rahimahullah mengatakan di dalam Mukadimah Kitab Sahihnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, jika ia selalu menceritakan setiap hal yang didengarnya.”
Dalam kitab Ash-Shahihain juga disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk berkata; “Katanya dan katanya.” yaitu berbicara tentang perkataan orang lain, tanpa meneliti kebenarannya, tanpa melakukan tabayun (klarifikasi) terlebih dahulu dan tanpa mencari kejelasan tentang kevalidan sumber beritanya.
Orang-orang munafik berusaha menyebarkan berita yang tidak benar (hoax) tujuannya adalah untuk menimbulkan ketakutan, keresahan dan kekacauan sehingga mengancam keamanan umat Islam.
untuk lebih lengkapnya, silakan simak teks khutbah berikut ini:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Puji dan Syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah begitu banyak memberikan karunia-Nya kepada kita semua.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Marilah kita senantiasa menjaga diri, lisan dan komentar kita kepada orang lain, serta menyampaikan informasi dengan bijak dan hati-hati, sebagai bentuk takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan senantiasa menjaga diri dan berusaha menyampaikan informasi dengan bijak, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menggolongkan diri kita sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa [4] ayat ke-83, yang berbunyi:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٣
“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan (kemenangan) atau ketakutan (kekalahan), mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).”
Ibnul Qayim Al-Jauzi rahimahullah dalam kitab “Zadul Masir” menyebutkan bahwa, ada dua pendapat tentang sebab turunnya ayat ini. Pertama, berdasarkan riwayat Imam Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, suatu ketika, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengasingkan diri dari istri-istri beliau.
Kemudian Umar mendengar orang-orang mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceraikan istri-istrinya. Lalu Umar menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya, “Apakah Anda telah menceraikan istri-istri Anda?” Nabi menjawab, “Tidak.” Umar pun kemudian menyeru kepada orang-orang di masjid, “Ketahuilah, Rasulullah tidak menceraikan istri-istrinya.” Lalu turunlah ayat ini.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sariyyah (pasukan perang tanpa disertai beliau). Kemudian terdengar berita bahwa mereka kalah. Akhirnya orang-orang membicarakannya dan menyebarluaskan berita tersebut. Mereka tidak bersabar hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyampaikan berita itu. Kemudian turunlah ayat ini.
Ayat di atas berbicara mengenai segolongan kaum munafik atau segolongan orang-orang Muslim yang lemah iman. Mereka menyebarkan berita atau informasi tanpa mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya isinya, sehingga perbuatan mereka itu melemahkan semangat orang-orang Mukmin.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Ayat tersebut merupakan perintah untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi, tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan berita, sebelum memastikan kebenarannya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
Sebagian manusia, jika mendengar sebuah berita, lalu mereka langsung menyebarluaskannya. Padahal terkadang, berita itu tidak benar, atau bahkan menyebabkan bahaya.
Imam Muslim rahimahullah mengatakan di dalam Mukadimah Kitab Sahihnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, jika ia selalu menceritakan setiap hal yang didengarnya.”
Dalam kitab Ash-Shahihain juga disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk berkata; “Katanya dan katanya.” yaitu berbicara tentang perkataan orang lain, tanpa meneliti kebenarannya, tanpa melakukan tabayun (klarifikasi) terlebih dahulu dan tanpa mencari kejelasan tentang kevalidan sumber beritanya.
Orang-orang munafik berusaha menyebarkan berita yang tidak benar (hoax) tujuannya adalah untuk menimbulkan ketakutan, keresahan dan kekacauan sehingga mengancam keamanan umat Islam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah dalam Memimpin Umat
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan, agar mereka menyerahkannya terlebih dahulu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka.
Dengan demikian, orang-orang akan mengetahui kebenaran informasinya secara resmi, dari sumber yang kompeten, yaitu pemimpin mereka.
Para pemimpin lah yang berhak menyampaikan informasi tentang berita-berita penting terkait urusan kaum Muslimin. Dengan demikian, kondusifitas keamanan tidak terganggu. Masyarakat akan merasa tenteram.
Masyarakat akan terhindar dari berita-berita provokatif dan fitnah, jika mereka patuh kepada perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala akan memberi rahmat dan karunia kepada kaum Muslimin yang senantiasa taat. Mereka akan terpelihara dari perangkap dan tipu daya Setan, sebagaimana kalimat terakhir dalam ayat di atas:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Nabi Muhammad Sebagai Teladan Utama
لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Tentulah kalian mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian) yaitu yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya.”
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Di era digital dan perkembangan teknologi informasi saat ini, kita hendaknya berhati-hati dalam menyebarkan berita. Jangan terburu-buru memposting dan menyebarkan informasi yang kita terima, sebelum dipastikan kebenarannya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memahami Makna Toleransi
Jika hal itu menyangkut persoalan umat, maka sebaiknya serahkan kepada ulil amri, atau yang berwenang atas berita itu, sehingga tidak terjebak menyebarkan berita yang bukan kapasitas dan wewenangnya untuk menyampaikan berita.
Berita hoax dapat merusak nama baik diri sendiri dan orang lain, menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan permusuhan, bahkan dapat menimbulkan perpecahan umat dan disintegrasi bangsa.
Al-Quran telah memberi panduan lengkap tentang bagaimana menyikapi peredaran berita-berita yang simpang siur. Panduan tersebut di antaranya:
Pertama, menganjurkan untuk selalu berkata benar.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneguhkan Konsep Ummatan Wasathan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا (الاحزاب [٣٣]: ٧٠)
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan sampaikanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70).
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang beriman agar senantisa berkata benar, terlebih dalam menyampaikan sebuah berita. Dengan menyampaikan berita yang benar, akan menjaga kemurnian ajaran Islam serta akan melahirkan perdamaian dan keharmonisan dalam pergaulan.
Kedua, melakukan tabayyun (klarifikasi).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ (الحجرات [٤٩]: ٦)
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”. (QS. Al Hujurat [49]: 6).
Ayat ini memberikan tuntutan agar orang beriman agar selalu melakukan tabayyun (klarifikasi) terutama menyangkut berita orang lain atau kepentingan orang banyak.
Ketiga, tidak menyebarkan berita bohong.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلْفَٰحِشَةُ فِى ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۚ …(النور [٢٤]: ١٩)
“Sesungguhnya orang-orang yang senang atas tersebarnya (berita bohong) yang sangat keji itu di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang sangat pedih di dunia dan di akhirat…” (QS. An-Nur [24] : 19).
Orang yang dengan sengaja menyebarkan berita bohong akan mendapatkan dosa dan balasan yang pedih berupa azab di dunia atau di akhirat.
Mudah-mudahan kita semua mampu menjaga diri dan lisan kita, serta berhati-hati dalam menyebarkan berita dan informasi. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)