Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini mengambil judul: “Perintah Makan Yang Halal dan Thayib.”
Haram menurut Kamus Al-Mu’jam Al-Wasith diartikan sebagai barang yang dilarang menurut syariat agama untuk dikonsumsi. Keharaman ini terdiri dari dua aspek: Pertama, haram secara dzat atau secara materi telah dinyatakan haram oleh syariat, seperti babi, bangkai, dan darah. Kedua, haram bukan secara dzat-nya, tetapi karena cara membeli, memperoleh, atau mengolah barang tersebut, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Adapun thayyib bentuk jamak adalah thayyibah, memiliki beberapa makna yaitu: suci dan bersih, enak dan bagus.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam
Imam At-Thabari Rahimahullah menegaskan bahwa makanan ‘thayyib’ tidak hanya terpaku pada aspek kehalalan, tetapi juga harus terbebas dari kotoran dan najis yang dapat mencemari kesucian dan kehalalannya. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian makanan bagi umat Islam.
Untuk lebih lengkapnya, silakan membaca teks khutbah berikut ini:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Puji dan Syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah begitu banyak memberikan karunia-Nya kepada kita semua.
Salah satu karunia tersebut adalah diperintahkan-Nya untuk memakan makanan dan minuman yang halal dan thayyib, yang dengannya, terjagalah kita dari berbagai penyakit.
Semoga dengan kesehatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan, kita senantiasa mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya dengan melaksanakan segenap perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul, “Perintah Memakan Makanan yang Halal dan Thayib” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Al Baqarah [2] ayat 168 dan 169, yang berbunyi:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (١٦٨) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (١٦٩) (البقرة [٢]: ١٦٨ــ١٦٩)
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan, dari Ibnu Abbas Radhialallahu anhu meriwayatkan bahwa ayat ini turun disebabkan beberapa suku di Arab seperti Tsaqif, Khuza’ah dan lainnya mengharamkan untuk mereka sebagian tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Selain itu. mereka menisbatkan pengharaman itu kepada Allah Ta’ala. Maka turunlah dua ayat ini sebagai penjelasan bahwa Allah-lah yang memberi rezeki dan karunia kepada seluruh manusia, baik dia mukmin ataupun kafir.
Sebagai Sang Pemberi karunia kepada manusia, Allah Subahanahu wa Ta’ala memperbolehkan kita semua makan dan minum dari semua apa yang ada di bumi, yaitu yang dihalalkan, lagi thayib, yaitu yang tidak membahayakan tubuh serta akal manusia.
Allah Ta’ala juga melarang manusia mengikuti langkah-langkah setan, karena ia pasti akan menyesatkan manusia, salah satunya dengan mengharamkan apa yang dihalalkan, dan menghalalkan apa yang sudah diharamkan oleh Allah Subahanahu Wa Ta’ala.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Menurut Ibnu Abbas Radhialallahu anhu, langkah-langkah syaitan dalam menyesatkan manusia adalah apa saja yang bertentangan dengan syariat-syariat dalam Al-Qur’an dan sunnah.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Haram menurut Kamus Al-Mu’jam Al-Wasith diartikan sebagai barang-barang yang dilarang menurut syariat agama untuk dikonsumsi.
Keharaman ini terdiri dari dua aspek: Pertama, haram secara dzat atau secara materi telah dinyatakan haram oleh syariat, seperti babi, bangkai, dan darah. Kedua, haram bukan secara dzat-nya, tetapi karena cara membeli, memperoleh, atau mengolah barang tersebut, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Adapun thayyib bentuk jamak adalah thayyibah, memiliki beberapa makna yaitu: suci dan bersih, enak dan bagus.
Imam At-Thabari Rahimahullah menegaskan bahwa makanan ‘thayyib’ tidak hanya terpaku pada aspek kehalalan, tetapi juga harus terbebas dari kotoran dan najis yang dapat mencemari kesucian dan kehalalannya. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian makanan bagi umat Islam.
Sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu anhu menceritakan, “Aku membacakan surah Al-Baqarah ayat 168 itu di hadapan Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam. Kemudian berdirilah Sa’ad bin Abu Waqqas, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sudilah kiranya Engkau berdoa kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku orang yang diperkenankan doanya.” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
“Wahai Sa’ad, makanlah yang halal, niscaya doamu diperkenankan. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang lelaki yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya benar-benar tidak diperkenankan doa darinya selama empat puluh hari. Dan barang siapa di antara hamba Allah dagingnya tumbuh dari makanan yang haram dan hasil riba, maka neraka adalah lebih layak baginya.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Hadist ini menunjukan bahwa makan makanan yang halal akan menyebabkan terkabulnya doa dan menyelamatkan dirinya dari siksa api neraka.
Bagi seorang muslim, makan bukan hanya sekadar untuk mengisi perutnya, tetapi sebagai bentuk ibadah melaksanakan perintah agama, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat lainnya:
فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Makanlah sebagian apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu sebagai (rezeki) yang halal lagi baik dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya” (Q.S. An-Nahl [16]: 114)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Bentuk syukur yang dimaksud dalam ayat di atas, menurut tafsir Al-Wajiz adalah dengan memanfaatkan nikmat sesuai tuntunan Allah dan rasul-Nya sebagai perwujudan iman.
Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda: “Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa berlebihan dan sikap sombong.” (HR. Abu Dawud)
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Berhati-hati dalam masalah halal dan haram, karena hal itu mencerminkan ketakwaan seorang hamba. Dengan menjaga diri dari makanan haram, hal itu akan menjadi kebaikan dan terjaga agamanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Imam Al-Bukhari dalam kitab Jȃmi’us Shahih meriwayatkan sebuah hadist, dari Ibunda Aisyah radhiallahu anha, ia berkata: “Dahulu, Abu Bakar mempunyai seorang pembantu yang bertugas mengambil pajak untuknya. Abu Bakar pernah memakan dari bagian pajak itu. Pada suatu hari pembantunya itu datang dengan membawa makanan, lalu Abu Bakar memakanya. Maka pembantunya itu berkata kepada Abu Bakar; Apakah engkau mengetahui tentang apa yang engkau makan itu? Abu Bakar bertanya; Apakah itu? Pembantunya berkata; Dahulu pada zaman Jahiliyyah aku adalah orang yang pernah meramal untuk seseorang. Padahal aku tak pandai dalam perdukunan kecuali aku menipunya. Kemudian aku bertemu orang tersebut, lalu ia memberikan (hadiah) kepadaku (yaitu) makanan yang Anda makan ini.” Maka, Abu Bakar spontan memasukkan jarinya ke dalam mulutnya hingga memuntahkan segala sesuatu yang ada di dalam perutnya.
Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Radhiallahu Anhu, sebagaimana yang ada dalam riwayat di atas. Ketika beliau meminum susu dari seekor unta yang disedekahkan, namun karena merasa ada yang keliru, maka beliau kemudian memasukkan jari-jarinya ke mulut dan berusaha memuntahkannya sehingga bersih isi perutnya. Hal tersebut menunjukkan betapa takutnya para salafus shaleh terhadap makanan yang haram.
Adanya hal-hal yang haram adalah sebuah ujian dari Allah Ta’ala untuk melihat sejauh mana kesungguhan seorang hamba dalam memerangi hawa nafsunya dan mengharap ridhai Allah Subahanahu Wa Ta’ala.
Menghindari makan dan minum yang haram dan hanya mengonsumsi makanan yang halal dan thayib adalah tanda ketaatan dan kesalehan seorang hamba. Dengan begitu, seorang hamba dapat menjaga dirinya dari dosa dan maksiat, serta memperoleh keberkahan, rahmat dan ampunan-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Semoga Allah Subahanahu Wa Ta’ala selalu menjaga kita dari segala hal yang diharamkan, dan membimbing kita dalam meniti jalan ketaatan kepada-Nya. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)