Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Puasa Ramadhan dan Pendidikan Kesabaran          

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

32 Views

Masjid Al-Aqsa. (FOTO:© svarshik/stock.adobe.com)

oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat kali ini berjudul: Puasa Ramadhan dan Pendidikan Kesabaran.

Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar, haus dan meninggalkan hubungan suami istri di siang hari. Lebih dari itu, puasa adalah mendidik kesabaran.

Bulan Ramadhan adalah tempat kita belajar bagaimana mengendalikan diri dalam berbagai situasi, termasuk situasi ketika lapang ataupun sempit, ketika bahagia maupun terkena musibah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Tarbiyah Hati dan Jiwa

Khutbah selengkapnya silakan sibak berikut;

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bersama Bulan Suci Ramadhan Meraih Gelar Takwa

Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa melimpahkan berbagai nikmat dan karunianya kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, kepada keluarga, para sahabat serta umatnya yang senantiasa mengikuti sunah-sunahnya.

Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, mari kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta senantiasa bersabar atas segala ujian dan musibah yang menimpa diri kita.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadikan Bulan Ramadhan Istimewa

Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul, “Shaum Ramadhan dan Pendidikan Kesabaran”. Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah [2] ayat 45-46, yang berbunyi:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ .الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (البقرة [٢]: ٤٥-٤٦)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Ibnu Katsir Rahimakumullah dalam tafsirnya menyebutkan, ayat ini merupakan perintah kepada orang-orang beriman dalam meraih kebaikan dunia dan akhirat, yaitu dengan cara menjadikan sabar dan shalat sebagai sarananya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H

Muqatil Ibnu Hayyan mengatakan, “Minta tolonglah kalian untuk memperoleh kebaikan akhirat dengan cara menjadikan sabar dalam mengerjakan amal-amal fardhu dan shalat sebagai sarananya.”

Menggunakan kata “وَالصَّلَاةِ” karena sesungguhnya shalat merupakan penolong yang paling besar untuk memperteguh diri dalam melakukan suatu perkara.

Hal inilah yang selalu dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ketika beliau menghadapi permasalah. Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallahu anhu pernah mengatakan: “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bila mengalami suatu perkara (cobaan), maka beliau selalu menunaikan shalat.”

Adapun sabar pada ayat ini menurut Mujahid adalah puasa (shaum). Maka, dengan puasa dan shalat umat Islam dapat menghadapi dan menyelesaikan segala permasalahan dalam kehidupan ini.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bergembira Menyambut Bulan Ramadhan          

Imam Al-Qurtubi mengatakan, karena itulah maka bulan Ramadhan dinamakan “syahrul shabrun” bulan kesabaran, seperti yang disebutkan oleh salah satu hadits.

(رواه احمد)اَلصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ

“Puasa adalah separuh dari kesabaran”. (HR Ahmad)

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Diri Memasuki Bulan Ramadhan  

Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar, haus dan meninggalkan hubungan suami istri di siang hari. Lebih dari itu, puasa adalah mendidik kesabaran.

Bulan Ramadhan adalah tempat kita belajar bagaimana mengendalikan diri dalam berbagai situasi, termasuk situasi ketika lapang ataupun sempit, ketika bahagia maupun terkena musibah.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebutkan kesabaran (abr) adalah separuh dari iman. Jika iman diibaratkan sebagai tubuh, maka sabar adalah kepalanya. Tanpa sabar, iman akan runtuh, sebagaimana tubuh tanpa kepala.

Para ulama membagi sabar menjadi tiga, sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat dan sabar dalam menghadapi musibah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Melaksanakan Syariat Islam Secara Kaffah

  1. Sabar dalam Ketaatan

Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketaatan itu terkadang terasa berat dan menyulitkan bagi seseorang, sehingga membutuhkan kesabaran.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (ال عمران [٣]: ٢٠٠)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron [3] : 200).

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah Perpindahan Arah Kiblat

Al-Hasan Al-Basri menjelaskan, bahwa ayat ini bermakna perintah untuk bersabar dalam ketaatan menjalankan perintah Allah Ta’ala, baik dalam keadaan suka maupun tidak, miskin maupun kaya, hingga ajal menjemput kita.

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadhus Sholihin ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin sesuai tingkat keimanannya dengan 4 hal yaitu: Ishbiru, shoobiruu, roobithu, dan bertakwalah pada Allah”.

Ishbiru berarti menahan diri dari maksiat. Shoobiruu berarti menahan diri dalam melakukan ketaatan. Roobithu adalah banyak melakukan kebaikan dan mengikutkannya lagi dengan kebaikan. Sedangkan takwa mencakup semua hal itu.”

Selanjutnya beliau menjelaskan, kenapa dalam ketaatan membutuhkan kesabaran? Hal itu dikarenakan ketaatan itu akan mengekang nafsunya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kemenangan Palestina dan Isra Mi’raj

Ketaatan itu terasa berat bagi nafsu karena ia cenderung memerintahkan pada keburukan.

Banyak yang tidak sabar melaksanakan perintah dan ketaatan, termasuk syariat puasa. Mereka pura-pura berpuasa di hadapan manusia, padahal tidak di hadapan Allah Ta’ala. Sampai-sampai Rasulullah ﷺ mengingatkan, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” (HR. Thabrani)

  1. Sabar dalam Menjauhi Maksiat

Hawa nafsu seseorang biasa memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan dan keburukan. Maka puasa mengajarkan kita untuk memperturutkan hawa nafsu.

Seorang muslim harus menahan diri dari segala keburukan. Pada awalnya mungkin saja membutuhkan pemaksaan diri. Tetapi jika sudah terbiasa, maka secara otomatis jiwanya akan berontak dan tidak nyaman ketika bermaksiat.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah di Balik Musibah  

Maksiat merupakan sumber mala petaka, sumber penderitaan dan kesengsaraan. Maka menjauhinya menjadi sebuah kewajiban, demi memelihara kehidupan dan kebahagiaan. Orang yang mampu menjauhi maksiat, maka hidupnya akan selamat. Orang yang mampu menjauhi keburukan, maka ia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan.

  1. Sabar dalam menghadapi musibah

Musibah merupakan takdir dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang datang untuk menguji kesabaran manusia sekaligus mengingatkan bahwa Allah-lah yang Mahakuasa.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ   (التغابن [٦٤]: ١١)

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun [64]: 11)

Ibnul Mubarak meriwayatkan, Sabar itu merupakan pengakuan seorang hamba kepada Allah bahwa musibah yang menimpanya itu dari Allah dengan mengharapkan ridha Allah dan pahala yang ada di sisi-Nya.

Ibadah Puasa mengajarkan kepada kita bahwa bersabar dalam menghadapi kesulitan akan membawa pertolongan dan pahala dari Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ (الزّمر [٣٩]: ١٠)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberikan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar [39]: 10).

Dalam sebuah hadis Qudsi, Rasulullah bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka aku tidak akan meridhai bagimu sebuah pahala kecuali surga.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Umamah)

Bersabar dalam kesulitan bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi tetap berusaha dengan keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu dekat.

Semoga Ramadhan ini menjadikan kita pribadi yang lebih sabar, lebih bijak, dan lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Ramadhan 1446 H
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat