Oleh Sakuri, Waliyul Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah
Marilah kita ekspresikan rasa syukur kita kepada Allah dengan melafalkan kata “alhamdulillaah” dan menyampaikan sholawat dan salam kepada junjungan kita Muhammad Rasulullah, sebagai wujud pengamalan perintah Allah dalam Surat An-Naml (59),
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَىٰ ۗ آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ
Yang artinya: “Katakanlah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?”
Khatib mewasiatkan untuk dirinya dan hadirin, senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah, karena sebaik-baik perbekalan itu takwa, sebagaimana firmanAllah Ta’ala,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Jama’ah sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah
Global Positioning System atau sering disingkat GPS adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu.
Dengan bantuan GPS kita dapat mengetahui keberadaan suatu objek di mana pun objek itu berada di seluruh muka bumi baik di darat, laut maupun udara.
Sayangnya GPS hanya mampu melacak suatu objek di muka bumi saja, namun tidak mampu memantau keberadaan objek setelah bumi berakhir.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Untuk melihat positioning objek setelah kematian kita tidak memerlukan lagi GPS, tetapi yang kita perlukan adalah instrumen informasi dari Allah dan Rasul-Nya.
Al-Quran adalah kitab suci yang tidak ada keraguan di dalamnya, memberikan petunjuk, guidance, informasi positioning suatu objek, berita mengenai keadaan, kejadian dan peristiwa-peristiwa yang yang akan terjadi di masa yang akan datang, diinformasikan secara detail dan ilustratif.
Banyak peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang diberitakan dalam Al-Quran.
Dari sekian banyak itu, satu di antaranya adalah road map perjalaan ruh kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Jama’ah sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah
Road map perjalanan ruh kita diinformasikan Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 40-41:
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (40) لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (41) }
Yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.” (Al-A’raf, ayat 40-41).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ}
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit. (Al-A’raf: 40)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, makna yang dimaksud ialah tiada suatu amal saleh pun dan tiada suatu doa pun bagi mereka (orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri terhadapnya) yang dinaikkan ke langit (yakni tidak diterima).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah tidak dibukakan pintu-pintu langit bagi arwah mereka.
Pendapat ini diperkuat oleh apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, yaitu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah menceritakan perihal pencabutan nyawa orang yang ahli maksiat.
Lalu rohnya dibawa naik ke langit, dan mereka (para malaikat) yang membawanya tidak sekali-kali melewati segolongan malaikat, melainkan mereka yang dijumpai mengatakan, “Siapakah yang rohnya seburuk itu?”
Maka para malaikat yang membawanya menjawab, “Rohnya si Jahat anu,” dengan menyebut nama julukannya yang paling buruk ketika di dunia.
Setelah mereka sampai di pintu langit dengan roh tersebut, mereka minta izin untuk dibukakan pintu bagi roh itu. Tetapi ternyata roh itu tidak diizinkan masuk, pintu langit tidak dibukakan untuknya.
Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam membacakan firman-Nya, “sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit” (Al-A’raf: 40), hingga akhir ayat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Masih menurut Ibnu Katsir, Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara panjang lebar. Untuk itu ia mengatakan:
Kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk mengantarkan jenazah seorang lelaki dari kalangan Ansar.
Ketika kami sampai di kuburan dan jenazah sudah di liang lahad, maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam duduk, kami pun duduk pula di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung, sedangkan di tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terdapat setangkai kayu yang ia ketuk-ketukkan ke tanah.
Lalu beliau Shalallahu’alaihi Wasallam mengangkat kepalanya memohon perlindunganlah kepada Allah dari azab kubur!
Ucapan ini dikatakannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila ajalnya di dunia sudah habis dan akan menghadap ke akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat yang semua wajahnya putih seakan-akan seperti matahari.
Mereka turun dengan membawa kain kafan dari surga dan wewangian pengawet jenazah dari surga, hingga mereka semua duduk di dekatnya sampai sejauh mata memandang.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya, lalu malaikat maut berkata: “Hai jiwa yang tenang, keluarlah menuju kepada ampunan dan rida Allah!”
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melanjutkan sabdanya: Maka keluarlah rohnya, mengucur sebagaimana mengucurnya tetesan air dari mulut (lubang) wadah penyiram.
Kemudian malaikat maut memegangnya dan apabila malaikat maut telah memegangnya, maka tidak dibiarkan pada tangannya barang sekejap pun melainkan ia langsung mencabutnya, mengafankan, serta mewangikannya dengan kafan dan wewangian yang dibawanya. Sedangkan dari roh itu tercium bau wewangian minyak kesturi yang paling harum di muka bumi.
Lalu mereka membawanya naik ke langit. Maka tidak sekali-kali mereka yang membawanya melewati sejumlah malaikat, melainkan mereka bertanya: “Siapakah roh yang harum ini?”
Mereka menjawab, “Si Fulan”, yakni dengan menyebutkan nama terbaiknya yang biasa dipakai untuk memanggilnya ketika di dunia.
Hingga sampailah mereka ke langit yang paling rendah, lalu mereka memintakan izin masuk untuknya, dan pintu langit dibukakan untuknya. Maka ia diiringi oleh semua malaikat penghuni setiap lapis langit untuk mengantarkannya sampai kepada lapis langit yang lainnya, hingga sampai kepada langit yang ketujuh.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Catatkanlah di dalam kitab (catatan amal) hamba-Ku ini bahwa dia termasuk orang-orang yang menghuni surga yang tinggi; dan kembalikanlah ia ke bumi, karena sesungguhnya Aku telah menciptakan mereka dari tanah, dan kepadanya Aku kembalikan mereka, serta darinya Aku keluarkan mereka di kesempatan yang lain.”
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melanjutkan sabdanya: Maka rohnya dikembalikan, lalu datanglah kepadanya dua malaikat, dan kedua malaikat itu mempersilakannya duduk.
Keduanya bertanya kepadanya.”Siapakah Tuhanmu?” Maka ia menjawab, “Tuhanku adalah Allah.”
Keduanya menanyainya lagi, “Apakah agamamu?” Ia menjawab, “Agamaku Islam.” Keduanya bertanya kepadanya, “Siapakah lelaki ini yang diutus di antara kalian?”
Ia menjawab, “Dia adalah utusan Allah.” Kedua malaikat bertanya lagi kepadanya, “Apakah amal perbuatanmu?”
Ia menjawab, “Saya membaca Kitabullah, maka saya beriman dan membenarkannya.”
Maka ada suara yang menyerukan dari langit, “Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku. Maka hamparkanlah baginya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah baginya suatu pintu yang menghubungkan ke surga.”
Maka kesegaran dan wewangian dari surga datang kepadanya serta dilapangkan baginya kuburnya hingga sejauh mata memandang.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melanjutkan kisahnya: Dan datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian indah lagi harum baunya, lalu lelaki itu berkata, “Bergembiralah engkau dengan berita yang akan membuatmu bahagia.
Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Ia bertanya kepada lelaki itu.”Siapakah engkau ini?
Penampilanmu merupakan penampilan orang yang membawa kebaikan.
”Lelaki itu menjawab, “Saya adalah amal salehmu.”
Maka ia berkata.”Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat. Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat agar aku dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan harta bendaku.”
Jama’ah sholat Jumat yang semoga dirahmati Allah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melanjutkan kisahnya: Sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila ajalnya sudah habis di dunia ini dan hendak menghadap ke alam akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat yang berwajah hitam dengan membawa karung, lalu mereka duduk sejauh mata memandang darinya.
Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya.
Lalu malaikat maut berkata, “Hai jiwa yang jahat, keluarlah engkau menuju kepada kemurkaan dan marah Allah”
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melanjutkan kisahnya, Maka rohnya bercerai-berai keseluruh tubuhnya (bersembunyi), kemudian malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut besi pemanggang daging dari kain wol yang basah (mencabut kain kerudung dari dahan yang beronak duri, pent.).
Malaikat maut mencabut rohnya, dan apabila ia telah mencabutnya, maka mereka tidak membiarkan roh itu berada di tangan malaikat maut barang sekejap pun, melainkan langsung mereka masukkan ke dalam karung tersebut, dan tercium darinya bau bangkai yang paling busuk di muka bumi ini.
Kemudian mereka membawanya naik, dan tidak sekali-kali mereka yang membawanya bersua dengan segolongan malaikat, melainkan mereka mengatakan, “Siapakah yang memiliki roh yang buruk ini?” Mereka menjawab, “Si Fulan bin Fulan, ” dengan menyebut nama panggilan terburuknya ketika di dunia, hingga sampailah roh itu ke langit yang paling bawah. Kemudian dimintakan izin untuk naik, tetapi pintu langit tidak dibukakan untuknya.
Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam membacakan firman-Nya: sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. (Al-A’raf: 40)
Maka Allah Swt. berfirman, “Catatkanlah pada kitab catatan amalnya bahwa dia dimasukkan ke dalam Sijjin bagian bumi yang paling dasar!”
Lalu rohnya dicampakkan dengan kasar (ke tempat tersebut).
Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam membacakan firman-Nya: “Dan barang siapa mempersekutukan Allah dengan sesuatu, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. (Al-Hajj: 31)
Maka dikembalikanlah rohnya ke dalam jasadnya dan datang kepadanya dua malaikat yang langsung mendudukkannya.
Kedua malaikat itu bertanya kepadanya, “Siapakah Tuhanmu?” Ia hanya mengatakan, “Ha, ha, tidak tahu.” Keduanya bertanya kepadanya, “Apakah agamamu?” Ia menjawab, “Ha, ha, tidak tahu.” Kedua malaikat bertanya kepadanya, “Siapakah lelaki yang diutus di kalangan kalian ini?” Ia menjawab, “Ha, ha, tidak tahu.”
Maka terdengarlah suara dari langit menyerukan, “Hamba-Ku telah berdusta, maka hamparkanlah untuknya hamparan dari neraka, dan bukakanlah baginya sebuah pintu yang menuju ke neraka.”
Lalu panas neraka dan anginnya yang membakar datang kepadanya, serta kuburan tempat tinggalnya disempitkan sehingga tulang-tulang iganya berantakan.
Kemudian datanglah seorang lelaki yang buruk rupanya, buruk pakaiannya lagi busuk baunya seraya berkata: “Rasakanlah apa yang akan membuatmu tersiksa. Hari ini adalah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Maka ia bertanya, “Siapakah kamu? Penampilanmu merupakan penampilan orang yang membawa kejahatan.”
Lelaki itu menjawab, “Saya adalah amal burukmu.” Maka ia berkata, “Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan hari kiamat.”
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua dan mewafatkan kita dalam keadaan Islam, pasrah tunduk dan dikumpulkan bersama-sama dengan orang-orang yang shaleh, sebagaimana doa Nabi Yusuf, Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
Ya Rabb-ku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Rabb) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh”. (QS. Yuusuf 101).
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Mi’raj News Agency (MINA)