Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan, Hilangkan Dendam dan Dengki (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

ilustrasi gambar Dengki dan Dendam menghapus kebaikan (sumber foto: Facebook)

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, siang ini kita dapat melaksanakan ibadah shalat Jumat secara berjamaah sebagai bagian dari komitmen kita memelihara dan meningkatkan iman dan takwa.

Di bulan Sya’ban ini, marilah kita memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam sebagai bukti cinta dan penghormatan kita kepadanya.

Shalawat bukan hanya sekadar doa, tetapi juga menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala serta dapat mengundang rahmat dan pertolongan-Nya.

Semoga kita semua mendapat syafaat dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam di akhirat kelak, dan tergolong sebagai umatnya yang dimuliakan.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Q.S. Al- A’raf [7]: ayat ke-43:

وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ ۖ لَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلْحَقِّ ۖ وَنُودُوٓا۟ أَن تِلْكُمُ ٱلْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ (الاعراف [٧]: ٤٣)

Dan Kami cabut segala macam yang ada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab tafsirnya menjelaskan ayat di atas, dengan mengutip penjelasan dari Imam As-Suddi, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menghilangkan rasa dendam dan di hati para ahli surga, meskipun mereka berbeda-beda derajatnya di surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut rasa dendam dan dengki, kemudian diganti dengan rasa kasih sayang di antara sesama ahli surga. Itu semua sebagai bentuk kesempurnaan nikmat untuk mereka.

Para ahli surga akan menjumpai sebuah pohon di dekat pintu surga, yang pada akarnya terdapat dua mata air. Kemudian mereka meminum air dari salah satunya, maka tercabutlah semua rasa dendam dari dada mereka. Kemudian mereka mandi dari mata air yang lainnya, maka mengalirlah ke dalam tubuh mereka kesegaran yang penuh dengan kenikmatan, sehingga mereka tidak pucat dan lesu lagi, untuk selama-lamanya.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Dalam beberapa hari ke depan, umat Islam akan menyambut hadirnya bulan suci Ramadhan, bulan yang bergelimang dengan rahmat dan ampunan. Umat Islam diwajibkan berpuasa, dengan harapan mampu mencapai derajat yang mulia di sisi Tuhannya, yakni menjadi pribadi yang bertakwa.

Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali Rahimahullah dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan, tazkiyatun nafs yang perlu diperhatikan, terutama menjelang datangnya bulan suci Ramadhan adalah kebersihan dan kesucian hati dari sifat dendam dan dengki.

Mengapa demikian? Karena sifat-sifat tersebut dapat menghapus pahala ibadah seseorang. Rugilah seseorang apabila ia berada di bulan Ramadhan, tetapi masih ada sifat dendam dan dengki dalam hatinya.

Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ (رواه ابو داود)

“Jagalah dirimu dari sifat dendam/dengki, karena sesungguhnya iri dengki itu merusak kebaikan, sebagaimana api yang memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)

Oleh karena itu, marilah kita sambut bulan suci Ramadhan dengan menghilangkan sifat dendam dan dengki, sebagaimana dikisahkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud ketika ditanya tentang para sahabat ketika menyambut bulan Ramadhan, beliau menjawab:

مَا كَانَ أَحَدٌ مِنَّا يَجْرَؤُ عَلَى اسْتِقْبَالِ هِلَالِ رَمَضَانَ، وَفِي قَلْبِهِ ذَرَّةُ حِقْدٍ عَلىَ أَخِيْهِ

Tidak ada satu pun dari kami berani menyambut bulan Ramadhan, sementara dalam hatinya masih ada secuil rasa dengki atau benci kepada saudaranya.”

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Rasa dendam dan dengki dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban. Sifat-sifat tersebut merupakan bentuk kejahatan tersembunyi, energi negatif yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan dan kriminalitas.

Dendam dan dengki tidak terlihat secara kasat mata, namun memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa.  Bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Efeknya terhadap jiwa dan tatanan sosial dalam masyarakat sangat nyata, dirasakan dampaknya dalam jangka waktu yang lama.

Sifat dendam dan dengki menjadikan seseorang tidak mampu mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya.  Ia senantiasa merasa susah, sedih, gundah dan gelisah karena tidak suka melihat orang lain mendapat kenikmatan.

Dendam dan dengki juga menimbulkan munculnya ghibah, fitnah dan perpecahan dalam keluarga, merusak petemanan, memicu peperangan antar anggota masyarakat, antar suku, hingga antar negara.

Ibnul Qayyim Al-Jauzi menjelaskan, dendam dan dengki menyebabkan seseorang tidak rela atas qadha’ dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau berkata, “Sesungguhnya sifat iri dengki adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Iri dengki juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, iri, dengki hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah Ta’ala.”

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Dalam Al-Quran, ada sebuah doa yang bisa kita amalkan agar terhindar dari sifat dendam dan dengki:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ (الحشر [٥٩]: ١٠)

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS Al-Hasyr [59]: 10)

Sementara Imaam An-Nawawi Rahimahullah dalam kitab “At-Tibyân fî Adâbi Hamalatil Qur`ân” memberikan beberapa cara agar manusia terhindar dari sifat dendam dan dengki, diantaranya:

Pertama, selalu mengingat bahwa semua terjadi atas izin dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apapun yang ada pada diri kita dan segala kenikmatan dan kelebihan orang lain adalah kehendak-Nya sehingga tidak pantas kita memprotes ketetapan-Nya.

Kedua, senantiasa bersyukur, merasa cukup (qana’ah) dengan pemberian-Nya sehingga tidak lagi berharap kenikmatan yang dimiliki orang lain.

Ketiga, mendoakan kebaikan untuk orang lain, karena dengan mendoakan, akan tumbuh rasa cinta dan kasih sayang dan persatuan akan tumbuh dari untaian doa-doa itu.

Untuk menghilangkan sifat iri dan dengki, maka sangat penting kita melaksanakan syariat Al Jamaah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللّٰهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللّٰهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ … الاية (ال عمران [٣]: ١٠٣)

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara,… (QS Ali Imran [3]: 103)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menjaga kita semua dari segala penyakit hati, terutama dendam dan dengki, sehingga kita memasuki bulan Ramadhan dengan kebersihan dan kesucian hati. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآلْمُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.