بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah ke-1:
اَلحَمدُ لله مُجَدِّدِ الْأَعْوَامِ عَامًا بَعدَ عَامٍ الَّذِي افتَتَحَ بِأَفْضَلِ الأَشهُرِ شَهرِ المُحَرَّمِ هَذَا العَام. أَشهَدُ أَن لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ المَلكُ العَلّام. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الأَنَامِ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَينِ مُتَلَازِمَينِ عَلَى مَمُورِ الدُّهُورِ وَالأَيَّامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. كَمَاقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى . يَآأَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Hari berganti hari, pekan berpindah pekan, bulan menyusul bulan, waktu terus bergulir. Tanpa terasa, kita sampai kepada penghujung tahun 1443 dan esok kita memasuki 1444 hijriah.
Perlu kita bertanya kepada diri sendiri, sepanjang tahun 1443 ini, apakah ada perubahan positif pada diri kita. Apakah ilmu kita bertambah? Apakah ibadah dan amal shaleh kita semakin rajin? Apakah zakat infak dan sedekah kita meningkat? Dan apakah kita menjadi pribadi yang semakin berakhlak mulia?
Jika sudah, maka pertahankan dan terus tingkatkan, hingga kita menjadi pribadi yang bertaqwa. Jika terasa masih kurang, maka tekadkan dan buat komitmen agar diri kita mampu lebih baik di tahun mendatang. Dan jika masih sama dengan yang dahulu, maka mohonlah ampun kepada Allah serta berjanjilah kepada diri sendiri bahwa esok hari kita akan berubah menjadi lebih baik.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,
Marilah kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Baqarah [2], ayat 218;
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Syekh Nashiruddin As-Sa’di menjelaskan ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang tiga sifat yang menjadi tanda-tanda kebahagiaan yang akan diperoleh seseorang. Tiga sifat itu adalah Iman, Hijrah dan Jihad.
Keimanan merupakan pembeda antara orang-orang yang bahagia dari orang-orang yang sengsara, pemisah antara penghuni surga dan penghuni neraka. Iman juga menjadi rujukan, apakah ibadah dan amalan kebaikan seseorang akan diterima di sisi Allah Ta’ala, atau ditolak dan menjadi sia-sia.
Hijrah adalah meninggalkan segala keburukan dan kemaksiatan, menuju kepada kebaikan dan ketaatan untuk mencari ridha Allah semata. Maka, seseorang yang berhijrah dengan niat mendekatkan diri dan mencari ridha Allah saja, merekalah yang akan mendapat pertolongan dan kasih sayang-Nya.
Sementara Jihad adalah mengerahkan segala upaya dalam beribadah dan beramal shalih menuju ketaatan, usaha yang maksimal dalam membela agama Allah dan memberantas segala kesesatan. Jihad adalah puncak dari segala amal dan ganjaran bagi seseorang yang melakukannya adalah surga yang paling utama, yakni surga Firdaus.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,
Dalam perjalanan hijrah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam, beliau mengubah nama Yatsrib yang artinya tempat yang kotor dan tertinggal, menjadi Madinah, artinya tempat membangun peradaban mulia. Perubahan nama itu memberi pesan tentang perjuangan Nabi Shallallahu alaihi Wasalam dalam mewujudkan masyarakat Islami.
Ketika masih di Makkah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam menanamkan tauhid sebagai pondasi utama membangun peradaban. Selanjutnya, pada periode Madinah, turun ayat-ayat tentang hukum, ilmu, muamalah, dan syariat lainnya sebagai pilar utama pembangunan peradaban masyarakat.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya berjudul “As-Sunnah; Mashdaran lil Ma’rifat wal-Hadharah” (Sunnah sebagai sumber Iptek dan Peradaban) menegaskan bahwa kaum Muslimin adalah umat yang beradab. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa “Kalian (Muslimin) adalah umat terbaik.” karena kalian beriman dan melakukan amar makruf nahi munkar.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Peradaban yang dikehendaki Islam BUKAN yang hanya memperhatikan aspek materi, jasmani dan kenikmatan dunia yang bersifat fana. Peradaban Islam adalah yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, menghubungkan penduduk bumi dengan pemilik langit dan alam semesta. Kehidupan dunia dijadikan sebagai sarana untuk menuju kehidupan akhirat yang sebenarnya.
Peradaban Islam menggabungkan unsur spiritual dengan material, menyeimbangkan antara akal dengan hati, menyatukan ilmu dengan iman dan meningkatkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia seiring dengan peningkatan materi yang didapat dalam bekerja.
Dalam rangka mewujudkan peradaban itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Rahmat-Nya mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam, dengan membawa syariat yang sangat memperhatikan keseimbangan aspek spiritual dan material, rabbani dan insani, memperhatikan aspek individu dan sosial, sehingga Islam menjadi peradaban yang seimbang. Kaum Muslimin menjadi umatan washatan yang menuntun umat manusia menuju hidup berkeadilan.
Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam tidak membangun masyarakat berdasarkan fanatisme kelompok atau suku. Mitsaqul Madinah atau Piagam Madinah dibuat dan disepakati Bersama dalam rangka membangun hubungan antarsesama warga dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. Piagam Madinah sebagai titik temu dari masyarakat Madinah yang plural saat itu, meliputi kaum Muslimin, orang Yahudi, dan suku-suku lain di wilayah itu yang masih dalam kepercayaan mereka (belum masuk Islam).
Pelajaran berharga dari adanya Piagam Madinah itu ialah, hijrah hendaknya mampu membawa perubahan, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi anggota masyarakat secara umum.
Dalam merealisasikan terwujudnya peradaban mulia, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam melakukan usaha maksimal, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan keikhlasan.
Kesemuanya itu, akan dapat dilakukan oleh seseorang dengan tetulusan niat yang harus dimiliki, dijaga selalu, sejak pertama melakukan amal hingga paripurna, sebagaimana sabda beliau:
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR Al-Bukhari dari sahabat Umar bin Khattab).
Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,
Dalam pandangan kami, ada tiga kunci kesuksesan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam dalam membangun peradaban;
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Pertama: Pribadi Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam yang berakhlak mulia, mampu menjadi tauladan, menunjukkan dirinya sebagai pribadi, sekaligus pemimpin yang mengayomi, melayani dan menyayangi umatnya.
Kedua: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam menjadikan akidah Islam sebagai landasan dalam membangun kehidupan bermasyarakat, bukan berdasarkan materi, kepentingan pribadi, ingin mendapat jabatan dan kekuasaan, atau sifat-sifat duniawi lainnya.
Ketiga: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam hanya menerapkan keadilah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten. Beliau tidak pernah berkompromi dengan siapapun saat menjalankan hukum-hukum dan perjanjian yang telah disepakati.
Peradaban itulah yang dikagumi oleh Bangsa Barat. Seorang tokoh Katolik terkemuka, bernama Raymound Leruge, ia mengagumi Muhammad bukan sebagai nabi, tetapi sebagai seorang pemimpin yang berhasil melakukan perubahan total (revolusioner) dan berhasil membangun masyarakat yang berkeadilan.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Dalam bukunya, La Vie De Mahomet, ia menulis: “Dalam kenyataannya, ia (Muhammad) adalah pionir dari perubahan sosial hingga dalam skala internasional. Ia meletakkan dasar-dasar kehidupan masyarakat yang disebarkan ke seluruh dunia, semata-mata hanya menjalankan hukum keadilan berlandaskan kasih sayang. Ia mengajarkan persamaan di antara seluruh manusia serta kewajiban untuk saling menolong dan persaudaraan umat sedunia.”
Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,
Semoga pergantian tahun hijriah esok hari, akan membawa keberkahan bagi kita semua, juga bagi umat Islam seluruhnya. Dengan semangat hijrah, mari kita bangun peradaban yang tinggi, kita tegakkan persatuan dan keadilan, sehingga Islam benar-benar mampu dirasakan rahmatnya oleh seluruh manusia dan seluruh makluk ciptaan-nya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Khutbah ke-2:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)