Khutbah Jumat : Seruan Kemanusiaan Untuk Bela Palestina

Oleh: , Duta Al-Quds Internasional, Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauliyah Sanaa, Yaman

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلاَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنِ اتَبِعَهُ

مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَاْ لَمْ يَكُنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ , اَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ عَزَّوَجَلَّ اُوْسِيْنيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَااللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ , كَمَا قَالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ , أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وَقَالَ وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

Hadirin Sidang Jumat yang Allah Muliakan

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan rasa cinta kita dan rasa memiliki kita terhadap tempat suci Masjidil Aqsa di , kiblat pertama kita umat Islam, di negeri para Nabi dan Syuhada di jalan Allah.

Shalawat teriring salam, selalu kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah Allah perjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang Allah berkahi sekelilingnya. Shalawat kepada Nabi yang sangat peduli terhadap wilayah Syam, termasuk Palestina di dalamnya, yang terucap dalam doa beliau,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا

 Artinya : “Ya Allah limpahkanlah keberkahan kami di negeri Syam kami, dan limpahkanlah keberkahan kami di negeri Yaman kami”. (HR AT-Tirmidzi).

Selanjutnya, khatib mewasiatkan takwa untuk dirinya, keluarganya dan hadirin sekalian. Marilah kita pelihara, kita jaga dan kita tingkatkan takwa kepada Allah sepanjang masa di segala situasi dan kondisi yang ada.

Sebagaimana Allah telah menyebutkan di dalam ayat-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada Allah)”. (QS Ali Imran [3] : 102).

Berkaitan dengan takwa ini, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, seperti disebutkan dalam Kitab Subulul Huda war Rasyad, karya Syaikh Muhammad bin Yusuf :

هِيَ ‌اَلْخَوْفُ ‌مِنَ ‌الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَالْقَنَاعَةُ بِالْقَلِيْلِ وَالْاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ

Artinya : “Takwa adalah takut kepada Allah, beramal sesuai yang diturunkan (Al-Qur’an dan As-sunnah), menerima dengan yang sedikit dan selalu senantiasa bersiap-siap menempuh untuk  hari perjalanan menghadap Allah.”

Hadirin yang dimuliakan Allah

Visi dan Misi terbesar diturunkannya syari’at Islam (maqasidh asy-syari’at) ke permukaan bumi ini adalah untuk menjaga nyawa manusia, menjaga kehidupan.

Syariat Islam sangat menghargai nyawa manusia, bukan hanya nyawa umat Islam, bahkan nyawa seorang kafir atau orang jahat sekali pun. Karenanya, adanya hukum qishash menjadi jaminan bahwa tidak boleh menghilangkan nyawa tanpa alasan yang dibenarkan syari’at Allah.

Allah mengingatkan kita di dalam ayat-Nya :

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS Al-Maidah [5]: 32).

Di dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah dijelaskan, bahwa karena besarnya kejahatan menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, maka Allah mewajibkan kepada Bani Israil melalui kitab-kitab-Nya dan lisan para Rasul-Nya, bahwa barangsiapa yang membunuh orang yang tidak berhak untuk dibunuh, maka seakan-akan dengan kejahatannya itu dia telah membunuh seluruh manusia.

Sehingga membunuh satu orang sama dengan membunuh seluruh bangsa. Sebaliknya, menyelamatkan satu berarti itu sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Seperti orang yang menyelamatkan orang yang tenggelam atau terbakar, dokter yang mengobati orang sakit, polisi yang menghentikan kejahatan sebelum terjadi, hakim yang menghukum mati orang yang membunuh, dan semua orang yang mempunyai peran dalam menyelamatkan orang lain.

Mengapa dikatakan membunuh satu nyawa manusia sama dengan membunuh seluruh manusia? Sebab orang yang dibunuh berarti terhenti anak-anak keturunannya, nyawa-nyawa berikutnya terhenti.

Apalagi kalau yang dibunuh itu jumlahnya ribuan nyawa, bahkan puluhan ribu nyawa saudara-saudara kita di Palestina, wabil khusus di Jalur Gaza, yang kita saksikan hari-hari terakhir ini lewat media, yang dilakukan oleh kejahatan kemanusiaan pasukan Zionis Yahudi Israel.

Kejahatan Zionis Yahudi Israel itu sendiri sesungguhnya sudah sangat lama berlangsung, terutama sejak pendirian entitas Yahudi tanggal 14 Mei tahun 1948, yang menandai pendudukan entitas Yahudi atas wilayah Palestina. Entitas pendatang Yahudi mendirikan negara yang bukan haknya di atas tanah Palestina pemilik sahnya.

Zionis Yahudi sendiri merasa aman karena keberadaan mereka disetuji oleh Resolusi 181 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 29 November 1947, yang secara kasar membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian, untuk pihak Yahudi mendapat sekitar 55% dari area total tanah, sementara pihak Arab Palestina hanya mendapatkan 45%.

Maka, tidak aneh kalau kemudian PBB sekitar satu tahun kemudian mengakui ‘Negara Israel’ sebagai anggota ke-59 PBB, pada tanggal 11 Mei 1949. Sementara Palestina yang telah mendeklarasikan sebagai Negara pada tanggal 15 November 1988, namun hinga kini, sudah 35 tahun tidak juga diakui sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat oleh PBB.

Zionis Yahudi itu menduduki wilayah Palestina atas pemberian dari Britania Raya, yang juga bukan pemilik tanah Palestina. Pendudukan yang berawal dari secarik kertas Deklarasi Balfour, yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Britania Raya (Inggris) Arthur James Balfour untuk Zionis Yahudi, tanggal 2 November 1917.

Surat Balfour itu menyatakan dukungan Inggris terhadap program Zionis untuk membuat tanah air bagi entitas Yahudi di wilayah Palestina, dengan syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-komunitas yang ada di sana.

Apa yang kemudian terjadi di Palestina hingga kini? Zionis Yahudi telah melakukan berbagai kejahatan kemanusiaan di hadapan dunia, di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang katanya mereka menjunjung tinggi Hak-Hak Asasi Manusia.

Maha Benar Allah, yang berfirman pada ujung ayat ke-32 dari Surat Al-Maidah :

وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Artinya : “Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.”

Ahli Tafsir menjelaskan, Allah telah mengutus Rasul-Rasul-Nya kepada Bani Israil dengan hujjah-hujjah yang kuat dan syariat-syariat yang lurus. Namun kebanyakan mereka tetap melakukan kefasikan dan kerusakan di muka bumi dengan pertumpahan darah, penodaan kehormatan, dan perampasan harta orang lain.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Menjadi kewajiban kita semua yang berada di sekitar Palestina, dan di manapun berada untuk memberikan perhatian, simpati, doa dan empati, serta bantuan dan pertolongan terhadap manusia-manusia yang tertindas.

Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya:

وَمَا لَـكُمۡ لَا تُقَاتِلُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَالۡمُسۡتَضۡعَفِيۡنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَآءِ وَالۡوِلۡدَانِ الَّذِيۡنَ يَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اَخۡرِجۡنَا مِنۡ هٰذِهِ الۡـقَرۡيَةِ الظَّالِمِ اَهۡلُهَا‌ ۚ وَاجۡعَلْ لَّـنَا مِنۡ لَّدُنۡكَ وَلِيًّا ۙۚ وَّاجۡعَلْ لَّـنَا مِنۡ لَّدُنۡكَ نَصِيۡرًا

Artinya : “Dan mengapa kamu sekalian tidak membantu (kaummu) terhadap (membela) Allah? Padahal orang-orang yang tertindas di antara laki-laki, perempuan, dan anak-anak, yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang zalim ini dan anugerahkanlah kepada kami pelindung dari sisi-Mu dan anugerahkanlah kepada kami penolong dari sisi-Mu.” (QS An-Nisa [4] : 75).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun telah mengingatkan kita di dalam sabdanya pada Haji Wada’ beliau di hadapan para sahabatnya :

 أَلا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ ؟ الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذُّنُوبَ

Artinya: Maukah kalian aku beritahu pengertian Mukmin? Mukmin adalah orang yang memastikan dirinya memberi rasa aman untuk jiwa dan harta orang lain. Sementara Muslim ialah orang yang memastikan ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Sedangkan Mujahid adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah. Sedangkan Muhajir (orang yang berhijrah) ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa.”

Akhirnya, Khutbah ini kami tutup dengan firman Allah yang termaktub di dalam Surat Al-Anbiya ayat 107 :

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya [21]: 107).

Ahli tafsir menjelaskan, ayat ini berkaitan dengan tugas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai utusan Allah adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, dengan memberikan perlindungan kepada seluruh umat manusia, mewujudkan kedamaian dunia, dan menebar kasih sayang yang lahir dari ajaran dan pengamalan Islam yang baik dan benar.

Untuk dapat mewujudkan rahmat Allah, maka kita dituntut selalu berbuat kebajikan, termasuk menolong sesama manusia yang sedang tertindas dan terzalimi. Terlebih terhadap saudara-saudara kita di Palestina, yang mempunyai hak sama dengan kita, sebagai sesama manusia, makhluk Allah di permukaan bumi ini.

Terlebih kita sebagai warga dan bangsa Indonesia, Konstitusi Negara kita di dalam Pembukaan UUD 1945 menyebutkan, ”Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Menguatkan hal itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, yang sangat aktif dalam membela Palestina melalui jalur diplomasi internasional, menegaskan, “Indonesia memiliki alasan kuat dalam memberikan dukungan terhadap Palestina, yaitu sesuai dengan amanat UUD 1945. Maka Palestina selalu dekat di hati, di setiap helaan napas politik luar negeri Indonesia, isu Palestina, is always there”.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga lantang menyerukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk menggalang bantuan kemanusiaan melalui masjid, lembaga pendidikan, ormas Islam, lembaga filantropi yang legal guna memberikan dukungan kemanusiaan bagi korban dan mendukung perjuangan kemerdekaan bagi bangsa Palestina.

Dunia global pun mengutuk, mengecam dan menghujat kekejaman Zionis Israel atas segala tindak kejahatan kemanusiaannya di Palestina. Bahkan menjadi seruan bagi aktivis non-Muslim sekalipun, termasuk oleh Yahudi yang anti-Zionis, yang masih memiliki jiwa kemanusiaan.

Seperti satu ucapan Presiden Turkiye, Reccep Tayyip Erdogan, yang mengatakan, “Tak perlu menjadi Muslim untuk membela Palestina. Cukup kau menjadi manusia!”

Demikianlah, semoga Allah memberikan pertolongan kepada saudara-saudara kita di Palestina, wabil khusus di Jalur Gaza, dan memperoleh kemerdekaannya yang abadi, dengan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukotanya. Dan semoga kejahatan penindasan Zionis Israel segera dihentikan dan dikalahkan oleh hamba-hamba-Nya, dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuat. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.