Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedisiplinan

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 2 menit yang lalu

2 menit yang lalu

17 Views

Suasana shalat Jumat di Baitul Maqdis (foto: dok MINA)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul: Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedisiplinan

Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedisiplinan memang sudah benyak diketahui oleh umat Islam. Namun sebagian dari kaum Msulimin belum mampu memaksimalkannya.

Pada khutbah Jumat ini akan diterangkan lebih rinci tentang Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedisiplinan yang diharapkan kaum Muslimin mampu menjadi lebih produktif dengan lantaran shalat yang mereka dirikan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Isyarat Kebebasan Baitul Maqdis dan Palestina

Untuk kelengkapan khutbahnya, silakan simak khutbah berikut ini:

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Sumber Kerusakan Langit dan Bumi  

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kita semua. Sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jumat tepat waktu dan berjamaah.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta keluarganya, para sahabatnya serta kaum Muslimin dan muslimat semuanya hingga akhir zaman.

Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan melaksanakan segenap perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjaga Harmoni Kehidupan

Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedesiplinan”. Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa [4] ayat ke-103, yang berbunyi:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتاباً مَوْقُوتاً ﴿١٠٣﴾

“Maka apabila kalian telah menyelesaikan shalat (kalian), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kalian telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu (kewajiban) yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

Salah satu hikmah Isra’ Mi’raj yang terjadi di bulan Rajab ini adalah diwajibkannya shalat fardhu lima waktu dalam sehari semalam bagi umat Islam. Isra’ Mi’raj dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Baitul Muqaddas di Palestina, yang pada hari ini, kiblat pertama umat Islam itu berada dalam cengraman Zionis Yahudi. Al-Aqsa membutuhkan perhatian kita semua untuk dibebaskan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam

Pada peristiwa Isra’ Mi’raj itu, perintah shalat lima waktu diberikan secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril sebagaimana wahyu lainnya. Hal itu menunjukkan betapa shalat memiliki kedudukan sangat penting lagi mulia.

Pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kaum Muslimin mendirikan shalat dalam keadaan apapun, termasuk di saat perang.

Shalat fardhu dilakukan dengan berdiri. Jika tidak mampu, atau kondisi tidak memungkinkan, maka boleh dengan duduk, dan berbaring.

Imam Al-Maraghi rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa mengingat Allah Ta’ala , termasuk salah satu faktor yang meneguhkan hati, mengobarkan semangat, membuat kepayahan dunia menjadi ringan, menjadikan segala kesulitan menjadi mudah, serta memberi ketabahan dan kesabaran yang akan disusul dengan keberuntungan dan kemenangan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِيْنَ يَذكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ… (ال عمرا ن : ١٩١)

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Q.S. Ali Imran: 191)

Yakni shalat harus ditegakkan dalam segala kondisi, di waktu malam dan siang, di darat atau laut, ketika bermukim maupun saat perjalanan (safar), bagi yang sehat mapun sakit, dalam keadaan perang sekalipun, tetap diwajibkan menegakkan shalat fardhu.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Shalat wajib yang telah disyari’atkan lima kali dalam sehari semalam. Masing-masing shalat telah ditentukan waktunya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Waktu Zhuhur dimulai sejak matahari sudah tergelincir sampai bayang-bayang seseorang sama dengan tingginya selama belum masuk waktu Ashar. Waktu shalat Ashar selama matahari cahayanya belum menguning. Waktu shalat Maghrib selama syafaq (cahaya merah) belum hilang. Waktu shalat Isya’ hingga pertengahan malam dan waktu shalat Shubuh dimulai dari terbitnya fajar sampai terbitnya matahari.” (HR. Muslim)

Dan dalam hadits riwayat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, waktu shalat Ashar yaitu ketika matahari masih tinggi.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi  

Adapun waktu yang afdhal dalam pelaksanaan shalat fardu adalah shalat di awal waktu, sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَنْ أُمِّ فَرْوَةَ قَالَتْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ “الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا ” (  رواه ابو داود)

Dari Ummu Farwah, ia berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhal. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.’” (HR. Abu Daud)

Melalui hadis ini, kaum Muslimin diajarkan untuk selalu hidup disiplin menjaga waktu. Karena shalat merupakan sarana pembentukan kedisiplinan, perkara yang tidak mempunyai ketentuan waktu tertentu, biasanya tidak diperhatikan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis

Seorang mukmin yang terbiasa shalat lima waktu, hakikatnya ia berdisiplin waktu, kebersihan, menepati janji, dan memperhatikan kesehatan. Karena itu, barang siapa melalaikan shalat di dalam lima waktu, maka boleh jadi dirinya akan tenggelam di dalam kelalaian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan dalam firman-Nya:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ,ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (الماعون : ٤-٥)

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Q.S. Al Ma’un: 4-5)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam

Ibnu Abbas Radhiallahu anhu berkata, “Makna lalai atau menyia-nyiakan dalam shalat bukanlah meninggalkannya sama sekali. tetapi mengakhirinya dari waktu yang seharusnya.”

Imam para tabi’in, Sa’id bin Musayyib berkata, “Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan Zhuhur sehingga datang waktu Ashar. tidak mengerjakan shalat Ashar sehingga datang Magrib. Tidak shalat Maghrib sampai Isya. Tidak shalat Isya sampai fajar menjelang. Tidak shalat Shubuh sampai matahari terbit. Barangsiapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertaubat, Allah menjanjikan baginya ‘Ghayy’, atau Wail yaitu lembah di neraka Jahannam yang sangat dalam dan panas.”

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Sikap disiplin adalah perpaduan dari sikap taat dan tertib. Keduanya terdapat dalam perintah shalat, terutama shalat berjamaah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina

Hikmah kedisiplinan dalam syariat shalat diantaranya adalah:

Pertama, shalat dapat melatih disiplin terhadap waktu sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

صَلِّ الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا  (رواه مسلم)

“Kerjakanlah shalat tepat pada waktunya.” (HR. Muslim)

Dalam mendirikan shalat dituntut untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karena waktu-waktu shalat yang telah diatur itu merupakan peringatan bagi kaum muslimin agar dalam hidupnya berlaku disiplin dan menghargai waktu, serta tidak menyia-nyiakannya dengan perbuatan yang tak berguna.

Kedua, shalat melatih ketaatan pada pemimpin. Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian mendahuluiku dengan rukuk, sujud, berdiri dan salam.” (HR. Muslim)

Dalam shalat berjamaah, mengikuti imam hendaknya dengan kerendahan hati, dan penuh kekhusyukan.

Hal itu menunjukkan bahwa, siapapun pemimpinnya, selama ia mentaati Allah dan rasul-Nya, berjalan sesuai koridor syariat, maka makmum haruslah mengikutinya.

Ketiga, shalat dapat melatih untuk tertib dan teratur.

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Luruskanlah shaf-shafmu! Sejajarkan antara bahumu (dengan bahu saudaranya yang berada disamping kanan dan kiri), isilah bagian yang masih renggang, berlaku lembutlah terhadap tangan saudaramu (yang hendak mengisi kekosongan atau kelonggaran shaf), dan janganlah kamu biarkan kekosongan yang ada di shaf untuk diisi oleh setan. Dan barang siapa yang menyambung shaf, pastilah Allah akan menyambungnya, sebaliknya barang siapa yang memutuskan shaf; pastilah Allah akan memutuskannya. (HR. Abu Dawud).

Perintah meluruskan dan merapatnya shaf shalat merupakan bagian dari kesempurnaan shalat. Hal ini mengajarkan seorang muslim agar hidup disiplin, tertib dan teratur.

Maka, sudah sepatutnya shalat menjadi faktor pemersatu umat Islam, hidup berjamaah di pimpin oleh seorang Imaamul Muslimin.

Maka, mari kita semua senantiasa menjaga waktu-waktu shalat fardhu dan melaksanakannya secara berjamaah di masjid. Sehingga akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat sebagaimana yang telah dijanjikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Ahmad.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat