Khutbah Jumat : Sikap Orang Beriman Menghadapi Bencana  

Oleh : Ust. , Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Wartawan Kantor Berita MINA

 

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

 اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

اما بَعْدُ  أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah

Pada kesempatan ibadah Jumat ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan, ketaqwaan, sekaligus meningkatkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas karunia nikmat tiada terhitung jumlahnya, yang setiap saat dilimpahkan kepada kita.

Untuk mewujudkan rasa syukur itu, marilah kita senantiasa mengucapkan “Alhamdulillah” dalam setiap keadaan. Harus kita akui, nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita, masih lebih banyak daripada musibah yang kita rasakan.

Dengan syukur itu, kiranya Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menyayangi kita, mengampuni segala salah dan dosa, dan memberi jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi.

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah

Pada kesempatan ini, khatib akan menyampaikan judul khutbah: “Sikap Orang Beriman Menghadapi Bencana.”

Marilah kita renungkan kembali firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat di di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 155-157 :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah : 155-157).

Di dalam Tafsir Jalalain dijelaskan, sungguh Kami (Allah Ta’ala) akan memberimu cobaan berupa sedikit ketakutan terhadap musuh, kelaparan, paceklik, kekurangan harta disebabkan datangnya malapetaka, dan jiwa disebabkan pembunuhan, kematian dan penyakit, serta buah-buahan karena bahaya kekeringan. Artinya Kami akan menguji kamu, apakah kamu bersabar atau tidak. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar bahwa mereka akan menerima ganjaran dari kesabaran mereka itu berupa surga.

Adapun musibah itu dapat berupa yang turun dari atas, seperti : hujan batu, badai, petir yang menggelegar, termasuk virus yang menyebar di udara dan lainnya. Sedangkan musibah dari bawah berupa : gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, juga inflasi yang tak terkendali, merajalelanya kejahatan, dan sebagainya.

Sidang Jumat yang sama-sama mengharapkan ridha dan ampunan Allah

Bagi orang-orang beriman hendaknya menyadari, bahwa hakikat dari semua peristiwa yang terjadi di alam raya, baik berupa anugerah atau musibah, termasuk bencana gempa bumi yang menimpa saudara-saudara kita di Turki, Suriah dan tempat-tempat sekitarnya. Maka sikap orang-orang beriman adalah:

Pertama, gempa bumi sebagai tanda kekuasaan Allah.

menghayati bahwa semua yang terjadi di alam ini adalah atas izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Artinya : Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (QS At-Taghabun [63]: 11).

Kedua, mengembalikan (istirja’) kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umu Salamah, dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda:

ما من عبدِ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُوْلُ: إِنَّالِلّهِ وَإِنَّا إِلَيهِ راجِعُوْنَ اللّهُمَّ أَجِرْنِى فِى مُصِيْبَتِى, وَاخْلُفْ لِى خَيْرَ مِنْهَأ , إِلاَّأَجَرَهُ اللّهُ فِى مُصِيْبَتِهِ, وَخَلَفَ لَهُ خَيْرَا مَنْهَأ

Musibah apapun yang menimpa seseorang hamba, hendaklah ia mengatakan, “Sesungguhnya kita ini kepunyaan Allah dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah hamba pahala atas musibah ini, dan gantilah dengan yang lebih baik.’ Maka Allahakan memberi pahala atas musibah tersebut, danAllah akan mengantinya yang lebih baik.” (HR Muslim).

Ketiga, memperbanyak istighfar, muhasabah dan mengambil hikmah.

Beristighfar, memohon ampun kepada-Nya, kiranya Allah berkenan mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita, mengganti musibah itu dengan karunia yang lebih baik, lebih berkah dan bermanfaat, dan membuat kita semua semakin dekat kepada-Nya.

Berkaitan dengan gempa bumi, pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam berada di Madinah, pun pernah terjadi gempa bumi. Beliau saat meletakkan tangannya ke bumi, seraya bersabda: “Tenanglah (wahai bumi), karena waktumu belum tiba.”

Kemudian, Nabi menghadapkan wajahnya kepada para sahabatnya dan bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian benar-benar sedang menegur kalian, maka perhatikanlah teguran-Nya.”

Gempa bumi juga pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Menghadapi gempa bumi saat itu, Umar bin Khattab teringat akan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam,Sesungguhnya Tuhan kalian menegur kalian, maka beramallah agar Allah ridha kepada kalian!”

Khalifah Umar bin Khattab pun mengingatkan kaum Muslimin saat itu agar menjauhi maksiat dan segera bertaubat kepada Allah. Beliau mengingatkan, bahwa sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya.

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah di dalam kitab Al-Jawabul Kafy mengungkapkan, “Terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, agar manusia kembali dan tunduk kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan dan menyesal atas kekeliruannya.”

Selanjutnya hadirin sekalian,

Yang Keempat, bencana yang terjadi di tempat lain, menjadi lahan amal shalih bagi orang-orang beriman lainnya.

Gempa bumi yang menimpa saudara-saudara kita di Turki dan sekitarnya, juga musibah-musibah yang lain di berbagai tempat, sejatinya adalah menjadi lahan amal shalih bagi warga dan kaum Muslimin lainnya untuk saling membantu mereka yang terkena bencana.

Kita dapat memberikan atau menyalurkan bantuan untuk mereka yang terkena bencana, mulai dari mengirimkan relawan pencarian dan penyelamatan atau Tim SAR, tenaga medis untuk menangani korban terluka, bantuan logistik, makanan cepat saji, air minum, pakaian, selimut, tanda darurat untuk berteduh, dan sebagainya. Termasuk memberitakan dan menyiarkan informasi-informasi yang akurat dan berguna untuk follow up berikutnya.

Tentang hal ini, seperti dilakukan pada masa Umar bin Abdul Aziz saat terjadi gempa bumi. Lalu, beliau segera mengirim surat kepada seluruh Waly Negeri, mengatakan, “Sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta, hendaklah bersedekah dengannya.

Kelima, mengambil hikmah dari bencana.

Selanjutnya, dengan terjadinya musibah dan bencana, orang-orang beriman hendaknya bisa mengambil hikmah, memetik pelajaran berharga dari setiap peristiwa, sebagai bekal untuk meniti kehidupan selanjutnya.

Musibah datang, sejatinya agar manusia sadar, bahwa dirinya adalah makhluk yang sangat lemah lagi faqir di hadapan Allah.

Dr. Aid Al-Qarni dalam bukunya yang terkenal, Laa Tahzan”, mengatakan, musibah dan bencana diturunkan kepada manusia, untuk menunjukkan bahwa hanya Allah-lah yang Mahakuasa. Allah adalah Al-Jabbar, Dia melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, tidak bisa diatur-atur, tidak bisa diintervensi makhluk-makhluk-Nya.

Akan tetapi, Allah juga Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hambanya. Bersama dengan musibah, Allah melimpahkan kasih sayang, berupa kafarah (penghapus dosa) bagi orang-orang beriman.

Aid Al-Qarni mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyatakan, seandainya seseorang tahu akan hikmah, kenikmatan dan pahala yang Allah sediakan bagi yang terkena musibah, niscaya manusia akan menghadapinya dengan sabar, tenang dan ridha terhadap segala takdir yang ditetapkan untuknya.

Hikmah lainnya adalah agar kita semua, Pemerintah dan lembaga penanggulangan bencana terkait, untuk terus memberikan sosialisasi dan mengedukasi kepada masyarakat tentang mitigasi kebencanaan, untuk meningkatkan kesadaran akan penanggulangan bencana. Demi meminimalkan korban yang berjatuhan, jika terjadi bencana.

Pihak-pihak berwenang dan terkait, perlu juga memikirkan dan mengedukasi masyarakat tentang perlunya bangunan tahan gempa, bagaimana menyelamatkan diri ketika gempa, apa yang harus dilakukan, adanya alarm yang langsung berbunyi di daerah rawan gempa dan lain sebagainya.

Ini terutama karena hampir sebagain besar wilayah Indonesia berada di lempeng potensi gempa. Hal ini seperti dikatakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi, karena dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.

Berdasarkan potensi bencana alam itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menekankan, pentingnya edukasi kebencanaan bagi masyarakat, agar mereka secara dini juga dapat menyerap pengetahuan jenis bencana dan bagaimana penanggulangannya secara dini yang diberikan dalam bentuk penerimaan pengetahuan dan keterampilan penanggulangan bencana.

Edukasi bencana sangat perlu dilakukan sebagai pembelajaran dan perkenalan awal pada mitigasi bencana, yang diharapkan masyarakat dalam kondisi selalu siap dalam menghadapi bencana dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat evakuasi terjadi.

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,

Segala musibah yang menimpa manusia, khususnya umat Islam menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai orang-orang beriman, secara berjama’ah, dengan membawa misi Islam yang rahmatan lil ‘alamin, untuk saling membantu dan menolong bagi mereka yang terkena bencana, wabil khusus yang menimpa saudara-saudara kita sesama warga dunia, di Turki dan sekitarnya, saat ini.

Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan-Nya kepada kita sekalian, dan memberi kekuatan serta kemudahan bagi kita untuk membantu mereka merigankan beban dan kesusahannya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

(A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)