Khutbah Jumat: Silaturahim Pengantar Ke Surga

Oleh: Ahmad Soleh,M.A., Dosen STAI Al-Fatah Bogor

 

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا  وَ مِنْ سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ  وَ التـَّابِعِيْنَ  وَاتَّـابِعِ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ  مُسْلِمُونَ اَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

 

Hamba Allah, jamaah Jumat rahimakumullah

Pada kesempatan yang berbahagia ini kami mengingatkan diri kami dan kaum Muslimin yang hadir, dengan wasiat taqwa, sebagaimana  firman Allah yang telah dibacakan tadi yang artinya:  “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan  dalam keadaan muslim”. (QS. Ali Imran: 102)

Mengenai firman Allah: اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ (“Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya”) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Agar Dia ditaati dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak diingkari.” Isnad ini shahih mauquf.

Sedangkan Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Yang dimaksud ‘takwa yang sebenar-benarnya’ adalah berjihad di jalan Allah sebenar-benar jihad dengan tidak merasa takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela, berlaku adil meskipun terhadap diri mereka sendiri, orang tua dan anak-anak mereka.”

Sedangkan firman Allah, وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ  مُسْلِمُونَ  (“Dan janganlah sekali-kali kamu meninggal dunia melainkan dalam keadaan beragama Islam,”) maksudnya, tetaplah berada dalam Islam semasa kalian masih dalam keadaan sehat dan selamat agar kalian meninggal dunia dalam keadaan Islam.

Sebab dengan kemurahan-Nya, Allah yang Maha Pemurah telah menjadikan sunnah-Nya bahwa barangsiapa yang hidup di atas suatu keadaan, maka ia pun akan meninggal dunia dalam keadaan tersebut. Dan barangsiapa meninggal dunia di atas sesuatu keadaan, maka ia pun akan dibangkitkan dalam keadaan itu pula. Semoga Allah melindungi kita agar tetap dalam keadaan Islam. (Tafsir Ibnu Katsir).

Hamba Allah, jamaah Jumat rahimakumullah.

Dalam satu hadits dinyatakan,

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali kasih sayang ” (HR. Bukhari Muslim).

Kata rahim berasal dari bahasa Arab. Bila kita buka kamus-kamus bahasa Arab, maka kita akan dapati kata rahim berasal dari akar kata rahima  yang memiliki arti kasih sayang, saling berlaku lemah lembut, kekerabatan, dan kekeluargaan. Sedangkan shilah berasal dari kata washala yang memiliki makna “sampai” atau “menyambung”.

Dalam kamus Al-Mu’jamul Wasith disebutkan, makna rahim adalah kerabat dekat. Sedangkan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazhil Qur’an disebutkan, “Kerabat dinamakan rahim karena mereka lahir dari satu rahim yang sama.” Dengan demikian, akan selalu menjaga rasa kasih sayang dan sikap peduli kepada orang lain, terlebih lagi kepada keluarga dan kerabat.

Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ  وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

Artinya: ”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung tali kasih sayang setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)

Abu Hurairah berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha silaturrahmi dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah-olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (HR. Muslim no. 2558)

Hamba Allah, jamaah Jumat rahimakumullah

 Begitu banyak kemuliaan dari syariat shilaturrahmi ini, di antaranya:

  1. Pintu Masuk Ke

Banyak amalan yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya, di antaranya selalu bersilaturahim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا اْلأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ

“Sebarkanlah salam (kedamaian), berilah makan, bersilaturahimlah, dan shalatlah (di waktu malam) saat manusia tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ahmad, Hakim, Tabrani, Baihaqi, dan Darimi).

Sahabat pernah bertanya, amalan yang dapat memasukannya ke sorga dan menjauhkannya dari api neraka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَ تُؤْتِي الزَّكَاةَ وَ تَصِلُ الرَّحِمَ.

“Kamu sembah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat dan selalu bersilaturahim.”

Sebenarnya, silaturahim tidak sebatas pada keluarga atau kerabat saja, namun juga kepada sesama Muslim lainnya. Kecintaan kita terhadap saudara seiman harus benar-benar terjalin, tanpa harus ada kepentingan duniawi. Dengan demikian, ridha dan cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Mengasih dan Penyayang akan kita dapati.

  1. Pembawa Rezeki dan Panjang Umur

Kalau kita ingin panjang umur dan lancar rezeki, maka salah satu kuncinya adalah selalu menjalin silaturahim. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia selalu bersilaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Dikabulkannya Do’a

Ada jaminan dari Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam, apabila setiap Muslim berdoa dan dalam doanya tidak terdapat perbuatan dosa atau pemutusan silaturahim, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan kabulkan do’anya.

Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam bersabda,

لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ  قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الاِسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِى فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

“Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdo’a bukan untuk keburukan atau memutus tali silaturahim dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdo’a. Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdo’a?’. Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, ‘Sungguh aku telah berdo’a dan berdo’a, namun tak juga aku melihat do’aku dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan do’a tersebut”. (HR Muslim)

  1. Dicintai Allah

Shilaturahmi yang kita lakukan akan bernilai lebih tinggi dan mendatangkan kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala apabila kunjugan yang kita lakukan tanpa didasari kebutuhan dan keperluan duniawi, melainkan didasari rasa cinta kepada saudaranya karena Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya;

“Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, Malaikat tersebut bertanya: “engkau mau kemana?”. Ia menjawab: “Aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini”. Malaikat bertanya: “apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?”. Orang tadi mengatakan: “Tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla”. Maka malaikat mengatakan: “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya” (HR Muslim no.2567).

Dari hadits ditegaskan bahwa orang yang saling berkunjung karena Allah akan dicintai oleh Allah Ta’ala. Imam An Nawawi mengatakan: “Dalam hadits ini ada keutamaan saling mencintai karena Allah, dan itu merupakan sebab mendapatkan cinta dari Allah dan keutamaan mengunjungi orang shalih” (dari Mirqatul Mafatih, 8/3135).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَات

وَالذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ ِللهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُلَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتَنَانِهِ

أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِه

إِنّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَاحِبَ الْوَجْهِ اْلأَنْوَرِ وَالْجَبِيْنِ اْلأَزْهَرِ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ الرَّشِدِيْنَ وَاْلأَئِمَّةِ الْمَهْدِيِّيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَبِهِ كَانُوْا يَعْدِلُوْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِى وَعَنِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعِنَا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

 اَللهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُسْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَاللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرْوا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ

(AK/R01/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.