Khutbah Jumat Syawwal: Menjaga Amal Shalih

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Pengasuh Ma’had Tahfidz Daarut Tarbiyah Indonesia (Ma’had DTI)

اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى نِعَمِهِ فِى شَهْرِ شَوَّالِ الْكَرِيْمِ, وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلااللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ رَبَّ الْعَالَمِيْن, وَإلَهَ المُرْسَلِيْن, وقَيُّوْمَ السَّمَوَاتِ والأَرَضِيْن, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالْكِتَابِ المُبِيْن, الْفَارِقُ بَيْنَ الهُدى وَالضَّلالِ وَالْغَيِّ وَالرَّشَادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين, أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. أَمَّا بَعْد. فَيَا عِبَادَ الله, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالتَّمَسُّكِ بهذَا الدِّيْن . فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ،

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Mengawali bulan ini, marilah kita mengucap syukur ke hadirat Allah atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan-Nya pada kita. Hingga kita masih diberi kesempatan bertemu bulan Syawwal ini.

Rasa syukur dengan adanya peningkatan iman dan takwa, meningkatnya ibadah dan meningkatnya segala amal kebaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pada bulan Syawwal ini marilah kita menjaga apa yang menjadi amaliyah sepanjang Ramadhan kemarin berlanjut hingga bulan ini. Seperti kecintaan kita pada shalat tarawih berlanjut dengan shalat malam atau tahajud, tadarrus Al-Quran kita jadikan kebiasaan rutin setiap hari, gemar bershadaqah, menolong sesama, dan kemampuan mengendalikan diri dari segala dosa, maksiat dan perbuatan kedzaliman lainnya.

Maka marilah kita menjaga kontinuitas amal kebaikan, terus-menerus berbuat baik, selalu mengerjakan pekerjaan secara profesional, walaupun itu kelihatannya sedikit, tapi membukit. Karena dilakukan terus-menerus tiada henti.

Karena itu, bagi seorang mukmin, mengerjakan pekerjaan sebaik-baiknya, melayani umat dengan kesungguhan, adalah bagai tarikan nafasnya yang tak boleh berhenti, bagai aliran darahnya yang tidak boleh terhalang, bagai air jernih yang mengalir deras tak terbatas.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutnya dengan:

إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

Artinya: “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (kontinyu) meskipun sedikit”. (HR Bukhari dan Muslim).

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Kualitas pekerjaan, amal kebajikan dan apapun yang kita kerjakan untuk menggapai keridhaan-Nya, marilah kita kerjakan dengan kesungguhan. Sebab, memang demikianlah Allah akan melihat kualitas pekerjaan itu dari kesungguhan kita melakukannya.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬‌ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS Al-Mulk [67]: 2).

Setiap pekerjaan terbaik kita di bidang apapun, yang memberi manfaat dan kebaikan bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dunia dan agama, maka pastilah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan melihat karya-karya terbaik kita.

Seperti Allah sebutkan di dalam ayat:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya : “Dan katakanlah: “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah [9]: 105).

Imam Ar-Razi menyebutkan, “bekerjalah kamu” mengandung makna bersungguh-sungguhlah kalian untuk berbuat sesuatu demi masa depan kalian, karena segala perbuatan kalian akan mendapatkan haknya di dunia maupun di akhirat. Perbuatan tersebut disaksikan oleh Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman. Jika berupa ketaatan, ia akan mendapatkan pujian dan pahala yang besar di dunia dan akhirat. Namun, jika berupa kemaksiatan ia akan mendapatkan hinaan di dunia dan siksaan yang pedih di akhirat.

Syeikh Rasyid Ridha dalam tafsirnya Al-Manar menjelaskan makna ayat tersebut, “Wahai Nabi, katakan kepada mereka bekerjalah untuk dunia, akhirat, diri dan umat. Karena yang akan dinilai adalah pekerjaannya, bukan alasan yang dicari-cari. Bukan pula sekedar pengakuan bahwa kalian telah berusaha secara maksimal. Kebaikan dunia dan akhirat pada hakikatnya tergantung pada perbuatan kalian. Allah mengetahui sekecil apapun dari perbuatan tersebut, maka Allah menyaksikan apa yang kalian lakukan dari kebaikan maupun keburukan. Karenanya, kalian harus senantiasa waspada akan kesaksian Allah, baik itu berupa amal maupun berupa niat, tidak ada yang terlewatkan. Semuanya tampak bagi-Nya. Oleh sebab itu kalian harus senantiasa menyempurnakannya, ikhlas, dan mengikuti petunjuk-Nya dalam menjalankan ketaatan sekecil apapun”.

Oleh karena itu, kaum Mukminin yang dikasihi Allah,

Tolak ukur keselamatan seseorang di dunia maupun di akhirat bukan semata pada konsep, keinginan atau hayalan yang ia hafal. Melainkan sejauh mana ia mampu mengamalkannya apa yang telah diketahuinya. Al-Qur’an malah mengecam seorang yang hanya pandai bicara tapi tidak mengerjakannya.

Allah mengingatkan kita di dalam ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS Ash-Shaff: 2-3).

Untuk itu hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah.

Sebagai seorang Muslim, wabil khusus pada kelanjutan Ramadhan ke bulan Syawwal ini marilah kita senantiasa beristiqamah dan selalu mempertahankan keimanan dan akidah dalam situasi dan kondisi apapun. Keimanan kita harus setegar batu karang menghadapi gempuran ombak ujian dan cobaan yang datang silih berganti. Jiwa yang tidak mudah lusuh apalagi putus asa dalam perjalanan hidup. Namun senantiasa sabar dalam memegang teguh tali keimanan. Dari hari ke hari semakin mempesona dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan Islam.

Semoga Allah kuatkan iman dan Islam kita. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

جَعَلَنَا اللهُ  وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الاْمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْنَ.

(A/RS2/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.