Khutbah Jumat: Urgensi Shalat Malam dalam Perjuangan, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

بسم اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Khutbah ke-1:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.أَمَّا بَعْدُ، مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى كَمَاقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمْ  : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Syukur yang tulus keluar dari hati sanubari terdalam, yang sadar sepenuhnya bahwa anugerah dan nikmat yang ia dapatkan semata-mata dari Allah, Sang pemilik dan pengatur seluruh alam.

Syukur yang tulus, diucapkan dari lisan yang lurus, lalu mendorong anggota tubuh untuk menunaikan perintah-perintah Tuhannya, dan menjauhi segala larangan-Nya, sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya.

Syukur adalah menerima yang sedikit, tapi menganggapnya sebagai sesuatu yang banyak, sangat bernilai lagi berharga. Sungguh, sesuatu yang sedikit, jika disyukuri dengan benar dan istiqamah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menambah nikmat-nikmatnya, dan melipatkan-gandakan dengan kelipatan tiada terhingga.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib menyampaikan judul: Urgensi dalam .” berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran surah Al-Muzammil [73]: ayat 1-3:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (١) قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا (٢) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا (٣)  (المزمل [٧٣]: ١ـــ٣)

Wahai orang yang berselimut (Muhammad)[1]. Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil [2]. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu. [3].”

Dalam kitab Lubabun Nuqul, pada Hams Tafsir Jalalain disebutkan, Imam Al-Hakim meriwayatkan dari Ibunda Aisyah Radhiallahu Anha, beliau berkata, “Setelah surah Al-Muzammil ini turun, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabat senantiasa menunaikan shalat malam hingga kaki-kaki mereka menjadi bengkak.”

Sementara Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar menjelaskan, ayat di atas adalah perintah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan umatnya, untuk menunaikan shalat malam, sebagai ibadah utama setelah shalat fardhu, yang akan menjadi penguat dalam melaksanakan tugas yang berat, yakni mendakwahkan Islam, memberantas kemusyrikan dan menghadapi musuh-musuh yang akan menghalangi mereka.

Surah Al-Muzammil adalah panduan spiritual agar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan umatnya yang menunaikan shalat malam dengan teguh, tangguh, istiqamah, dan mantap agar dapat menjalankan tugas-tugas mulia, melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan berjihad di jalan-Nya.

Shalat malam merupakan sarana penghapus dosa, penenang hati dan pembersih jiwa. Shalat malam juga menjadi obat segala macam kegundahan, kegelisahan, kesedihan, dan problem-problem psikologi lainnya.

Shalat malam adalah ibadah yang menjadi ciri khasnya para nabi dan rasul, juga orang-orang shalih terdahulu. Jika amal lain seperti sedekah, tolong menolong, dan lainnya bisa dilakukan oleh orang munafik, dan orang kafir, maka shalat malam tidak akan bisa dilakukan oleh mereka. Inilah yang menjadi ciri khasnya, bahwa hanya orang-orang terpilih lah yang mampu menunaikannya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Ibnu Katsir menggambarkan situasi menjelang perang Badar,  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya melewati malam-malamnya dengan menunaikan shalat malam.

Dalam doanya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengucapkan:

اللّٰهُمَّ هَذِهِ قُرَيْشٌ قَدْ أَتَتْ بِخُيَلَائِهَا وَفَخْرُهَا تُجَادِلُ وَتُكَذِّبُ رَسُوْلَكَ، اللّٰهُمَّ فَنَصْرُكَ الَّذِي وَعَدْتَنِي

“Ya Allah, orang-orang Quraisy ini telah datang dengan kesombongan dan kebanggaannya, mereka mendebat dan mendustai utusan-Mu. Ya Allah, pertolongan-Mu lah yang Engkau janjikan kepadaku.”

Dalam suasana kekhusyukan doa Nabi Shallallahu Alahi Wasalam itu, sampai-sampai selempangnya jatuh ke tanah. Lalu, sahabat Abu Bakar Radhiallahu anhu mengambilnya dan meletakkan di pundak beliau. Abu Bakar berkata: “Wahai Nabi Allah, sudah cukup tuntutanmu kepada Tuhanmu. Allah akan memenuhi janji-Nya kepadamu.”

Kemudian Allah Subhanahu wa Taala menurunkan bala bantuan berupa malaikat-malaikat yang membantu Rasulullah Shallallahu Alahi Wasalam dan para sahabatnya hingga memenangkan peperangan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Kebiasaan shalat malam itu kemudian dilestarikan oleh para sahabat, tabi’in dan generasi-generasi selanjutnya ketika mereka berjihad menghadapi orang-orang kafir dan membebaskan negeri-negeri dari kedzaliman.

Dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah, diceritakan bahwa seorang tawanan dari Pasukan Salib berkomentar tentang Nuruddin Zanki, komandan pasukan Islam dalam merebut Masjidil Aqsha, sebelum Shalahuddin Al-Ayyubi. “Al-Qasim bin Al-Qasim (sebutan Nuruddin Zanki) memiliki hubungan rahasia dengan Tuhannya. Ia mengalahkan kita, tidak dengan pasukan dan tentara yang banyak, tetapi ia mengalahkan kita dengan doa dan shalat malam. Ia selalu mengerjakan shalat malam dan mengangkat tangannya untuk berdoa. Tuhannya menjawab dan memberikan permintaannya sehingga Nuruddin dapat mengalahkan kita.”

Hal yang sama juga dilakukan Shalahuddin Al-Ayubi. Kesungguhannya dalam menunaikan shalat malam digambarkan oleh Al-Qadhi Baha’uddin dengan ungkapan, ”Aku melihat dia sujud dan air matanya mengalir di janggutnya. Kemudian mengalir di atas tempat sujudnya. Hingga pada suatu hari, sebelum datang waktu sore, saya mendapat kabar kemenangan kaum Muslimin atas musuh-musuhnya (Pasukan Salib).”

Akhirnya Masjidil Aqsa kembali ke pangkuan kaum Muslimin pada hari Jum’at, 27 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa menikmati shalat malam kita. Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu Alahi Wasalam memberi nasihat kepada Abdulluah bin Umar dengan sabdanya:

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّيْ مِنَ اللَّيْلِ (رواه البخارى ومسلم)

“Sebaik-baik hamba adalah Abdullah (bin Umar), jika sekiranya ia memunaikan shalat malam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sejak mendengar nasihat itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat malam.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqalani rahimahullah menyatakan, dengan menunaikan shalat malam, seseorang akan menjadi mulia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga di hadapan orang-orang beriman.

Jika ada orang yang mulia di hadapan manusia karena hartanya, jika ada yang terpandang di hadapan manusia karena pangkat dan kedudukannya, maka kita bisa meraih kemuliaan di sisi Allah Ta’ala dengan istiqamah menunaikan shalat malam.

Seseorang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala itulah para kekasih-Nya, yang tidak takut dengan apapun, tidak gentar dengan siapapun, tidak ada yang mampu membuat mereka bersedih dan khawatir, karena ia selalu dalam perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Marilah kita rajut kedekatan hubungan yang mesra dengan Allah Sang Pencipta dan pemberi rizki dengan menunaikan shalat malam. Kedekatan itulah yang akan membuat hati dan batin menjadi tenang. Ketenangan hati, ketentraman pikiran dan kejernihan nurani akan membuat seseorang mampu menghadapi berbagai rintangan, menepis segala godaan dan memenangkan perjuangan.

Bangunlah di tengah malam, lawanlah rasa kantuk dengan harapan mendapat kasih sayang dan ampunan dari Allah Yang Maharahman. Dirikanlah shalat malam, angkatlah tanganmu, tengadahkan wajahmu, lantunkan pujian-pujian kepada-Nya, beristighfarlah atas segala dosa, panjatkan doa-doamu kepada-Nya, mintalah solusi terbaik dari setiap permasalahan yang Engkau hadapi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada para mengamal shalat malam, Dia akan mengangkat derajatnya ke maqam mulia, membimbing semua aktifitasnya menjadi mudah dan ringan, memberi jalan keluar dan solusi terbaik dari setiap permasalahan yang dihadapi dan Allah akan melindungi dirinya dari segala rintangan dan gangguan.

Rasulullah Shallallahu Alahi Wasalam bersabda:

إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَـةً، لاَ يُوَافِقُهَا رَجُـلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ ( رواه مسلم)

“Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam.” (HR. Muslim)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing dan memudahkan kita untuk manunaikan shalat malam, dan Allah Ta’ala melimpahkan rahmat, ampunan, serta memberi kemenangann dan kesuksesan dalam kehidupan kita, dunia dan akhirat. Aamin Ya Rabbal Alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah ke- 2: 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى . وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(A/P2/B04)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.