Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah : Mencari Rida Allah dengan Memakmurkan Masjid (Oleh: Ust. Baharuddin)

Rudi Hendrik - Jumat, 28 Agustus 2020 - 10:39 WIB

Jumat, 28 Agustus 2020 - 10:39 WIB

317 Views

Khutbah pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛

 

Bertakwalah kepada Allah di mana saja kita berada. Takwa kunci segala hal. Takwa kunci dalam ibadah. Takwa dalam mencari rejeki, takwa dalam masjid, takwa dalam perjalanan, takwa dalam rumah tangga, takwa saat belajar, takwa saat mencari dunia, dan takwa dalam memperjuangkan rida Allah. Takwa kunci keselamatan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan, orang yang diselamatkan dari siksa api neraka jahannam adalah orang-orang muttaqin. Mudah-mudahan kita sekalian menjadi orang-orang yang bertakwa di sisi Allah SWT.

Baca Juga: Bukan Sekadar Pencari Nafkah: Inilah Peran Besar Ayah dalam Islam yang Sering Terlupakan!

Banyak perintah-perintah Allah yang kita tidak sanggup menyempurnakannya. Banyak larangan-larangan yang kita tidak sanggup menjauhinya. Namun, kita memiliki kewajiban untuk taat kepada Allah SWT.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuanmu.” (QS. At Taghobun: 16)

Namun dalam hal larangan, tidak boleh menjauhi larangan Allah sesuai kemampuan kita. Apa yang dilarang Allah, harus sebenar-benar menjauhkan diri lahir-batin.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Kalau dalam ibadah, Allah tidak memberatkan kita. Semampu kita melaksanakan perintah Allah, semampu kita menjaga ibadah, semampu kita menjaga shalat malam, semampu kita membaca Al-Quran. Setiap hari semakin banyak ibadah kita, berarti kita sendiri yang mendapatkan balasannya dari Allah.

مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِنَفۡسِهِۦ‌ۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا‌ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ

Artinya, “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka [pahalanya] untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka [dosanya] atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba [Nya].” (QS. Fushilat [41] ayat 46)

 

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Tinggal Anda memilih jika ingin mendapat rida Allah. Salah satu nikmat yang Allah berikan kepada hamba di dunia dan akherat adalah rida Allah SWT. Itulah keinginan para ulama, keinginan para aulia, keinginan para saleh saleha. Karena mereka yakin, rida Allah membuat segala urusan kita diterima oleh Allah dunia dan akherat. Salah satu menuju rida Allah SWT adalah memakmurkan masjid.

Sejarah Islam memiliki keutamaan luar biasa dalam memakmurkan masjid. Masjid bukan tempat shalat berjamaah saja, tetapi juga tempat silaturahim, tempat saling mengisi, tempat belajar ilmu, tempat akad nikah, tempat bermusyawarah, dan lainnya.

Di zaman Rasulullah SAW, amalan pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid. Begitu masuk ke perbatasan kota Madinah, membangun masjid Quba menjadi yang pertama. Begitu Rasulullah SAW sampai di kota Madinah, beliau membangun Masjid Nabawi. Sebelum Rasulullah mencari posisi tempat tinggalnya, Rasulullah berempati memikirkan masjid.

Memakmurkan masjid berarti memakmurkan umat Islam, begitu pula dengan kekuatannya. Jika ingin melihat suksesnya umat Islam, maka lihatlah masjid. Lihatlah sejarah Islam di masa para sahabat, di masa para tabiin, para ulama ahli sunnah wal jamaah di zaman Imam Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali rahimakumullah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Kalau kita kembali kepada sejarah, mereka benar-benar mencintai masjid, menghargai masjid, menggantungkan kalbunya di masjid, tidak pernah menjauhkan dirinya dari masjid.

 

Jamaah Muslimin yang dirahmati Allah

Seandainya, jika masjid bisa berbicara, apalagi pada zaman sekarang ini, masjid akan sedih dan menangis, bermunajah dan mengadu kepada Allah karena umat Islam cukup jauh dari masjid. Kalau kita melihat umat Islam memakmurkan masjid begitu ramai, itupun waktu hari Jumat.

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Apalagi shalat subuh, sepertinya hari kiamat, tidak ada siapa pun yang datang, kecuali orang-orang yang sudah tua, yang mengharapkan khusnul khatimah, memiliki masalah besar yang membuat kita mendapat cobaan dalam kehidupan kita.

Orang-orang selalu bertanya, kenapa saya selalu diuji oleh Allah. Jawabnya: karena kita jauh dari masjid.

Masjid tempat curhat kita, masjid tempat mengadu kepada Allah.

Rasulullah SAW pernah memerintahkan seorang sahabatnya yang buta, cukup jauh dari masjid, jika mendengar suara azan agar segera ke masjid.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

Apa alasan kita, apa uzur kita, menjauhkan diri dari masjid?

Ada seorang tua yang berusia 77 tahun, tapi sejak kecil dilahirkan dalam keadaan cacat, tidak bisa berjalan. Namun, dalam keadaan merangkak seperti anak bayi, dia menuju masjid selama 77 tahun. Dia punya alasan di hadapan Allah: “Ya Allah, saya dilahirkan dalam keadaan cacat tidak bisa berjalan.”

Allah akan memaafkan karena dia memang punya alasan yang kuat. Namun, dia tidak menjadikan cacatnya sebagai alasan untuk menjauhi masjid walaupun dia merangkak menuju masjid. Dia tahu, semata-mata mengharapkan rida Allah SWT adalah memakmurkan masjid.

Apa kira-kira alasan kita jika ditanya oleh Allah SWT di hadapan-Nya: Kenapa tidak memakmurkan masjid? Apa kira-kira alasan kita yang kita harap diampuni dosa-dosa kita dan diselamatkan dari api neraka? Apa alasan kita di hadapan Rasulullah SAW?

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

 

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah

Menjelang wafatnya, Rasulullah SAW berwasiat kepada umatnya. Wasiat terakhir sebelum meninggal, Rasulullah SAW menyebut “ummatii” (umatku) 3x. Rasulullah masih bangga terhadap kita. Semestinya kita membalas perjuangan Rasulullah. Kita buktikan rasa cinta kepada beliau SAW karena rasa cintanya kepada kita. Jangan sampai justru perbuatan kita malah memalukan terhadap Allah dan Rasulullah SAW.

Mari kita bersama kembali kepada Allah. Kalau Anda ingin mendapatkan segala urusan, yakinlah bahwa masjid tempat segala urusan kita, tempat kita bermunajah kepada Allah.

Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida

Sesungguhnya masjid-masjid adalah rumah Allah. Apakah kita tidak bangga menjadi tamu-tamu Allah. Biasakanlah diri memakmurkan rumah Allah di mana saja berada.

Mudah-mudahan jamaah sekalian dibukakan hatinya lahir dan batin agar senantiasa menggantungkan kalbunya di masjid, mencintai masjid, memakmurkan masjid, dan mengutamakan masjid. Agar Allah SWT memudahkan segala urusan kita.

Ditutup dengan sebuah cerita seorang ulama yang selama 40 tahun tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram di Masjid Nabawi. Bahkan tidak pernah dirinya mendengar suara azan dari luar masjid, tetapi dari dalam masjid. Ini membuktikan bahwa beliau selalu ada di dalam masjid sebelum azan berkumandang. Ia begitu mencintai takbiratul ihram shalat berjamaah hingga akhir hayatnya.

Suatu malam, ketika ia terbangun, tiba-tiba tubuhnya tidak bisa bergerak. Saat itu, ia mendengar suara azan di Masjid Nabawi, sementara ia tidak bisa bergerak di rumahnya yang dekat dengan masjid. Ia berusaha bergerak dan bangkit, tetapi jatuh lagi. Demikian ia lakukan berulang kali, tetapi tetap jatuh lagi. Ia kemudian meminta bantuan anaknya untuk membawanya ke masjid.

Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa

Anaknya berkata, “Ayahku, dalam kondisi seperti ini, sudah menjadi uzur, sudah menjadi alasan. Shalatlah di rumah saja.”

Namun kata si ulama, “Saya tidak pernah meninggalkan takbiratul ihram selama 40 tahun, anakku. Bawa saya ke masjid, saya ingin bertemu takbiratul ihram bersama imam. Saya tidak tahu kapan meninggal dunia, saya ingin meninggal dunia dalam keadaan takbiratul ihram di Masjid Nabawi.”

Demikian cita-cita beliau yang luar biasa. Bukan hanya ingin mendapatkan khusnul khatimah yang biasa, tetapi ingin mendapatkan khusnul khatimah saat dia shalat di Masjid Nabawi.

Anaknya pun membawanya ke Masjid Nabawi. Ketika imam bertakbiratul ihram, ia pun bertakbir seraya shalat dengan duduk. Ketika imam membaca Surah Al-Fatihah, ia pun meninggal dalam shalatnya.

Allah menjanjikan khusnul khatimah bagi orang-orang yang mendapat ridanya. Allah menjanjikan khusnul khatimah bagi orang-orang yang menggantungkan kalbunya kepada masjid, mencintai takbir pertama shalat berjamaah.

Bagi orang-orang yang mengetahui keutamaan masjid, dia pun akan tahu keutamaan shalat berjamaah. Bangkitlah. Ambil air wudu dan melangkah demi langkah menuju masjid Allah, rumah Allah. Satu langkah menaikkan derajat, satu langkah menghapus dosa, satu langkah memberi kebaikan. Demikian pula langkah-langkah pulangnya para ahli masjid.

Jamaah sekalian, mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah Kedua:

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيَّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.

اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

(A/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Indonesia
Khutbah Jumat
Internasional