Ketika penduduk Gaza ditanya tentang Khuzaah, yang akan terbayang dibenak mereka adalah kehancuran total daerah sebelah timur Kota Khan Younis, selatan Gaza. Bagaimana tidak, dalam agresi militer Israel selama 51 hari ke Jalur Gaza, mereka menghancurkan sebagian besar bangunan yang ada di kota yang berbatasan langsung dengan tanah jajahan Israel.
Khuzaah yang berada di selatan Jalur Gaza memiliki luas 8,4 km persegi dengan penduduk mencapai 12.000 jiwa. Keistimewaan penduduk Khuzaah adalah mereka yang hidup di dalam area ini banyak datang dari keluarga yang sama, jadi bisa dikatakan keluarga besar berkumpul dalam jumlah besar pada satu daerah, sebagaimana kabilah arab terdahulu yang tinggal dalam satu tempat dalam jumlah besar.
Pada serangan darat pertama Israel awal Juli 2014, sekitar pukul 09.00 pagi tank-tank tentara Israel masuk ke area “kode merah” (versi Israel) Khuzaah dan menghancurkan semua yang ada di area itu dalam satu kali serangan, bukan hanya sekitar 900 yang rumah hancur tiba-tiba, namun juga 73 raga bernyawa yang sedang melakukan aktivitas di pagi hari.
Yang paling tidak bisa dilupakan masyarakat internasional maupun warga Gaza sendiri mengenai area ini adalah selepasnya Israel melakukan serangan besar-besaran, warga yang meninggal di area ini tidak bisa dievakuasi selama beberapa hari, karena setiap kali tim medis hendak masuk ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi, Israel sudah bersiap di perbatasan dan menembak siapa pun yang berusaha masuk ke area itu, sehingga banyak korban tergeletak tak bernyawa dan diabaikan sampai mengeluarkan bau tak sedap.
Baca Juga: Lantunan Tilawah Menembus Zaman, Kisah Mbah Tarjo Mengkhatamkan Al-Qur’an
Hingga saat ini, masih banyak keluarga yang belum bisa kembali ke rumah-rumah mereka di area itu, karena parahnya kondisi di lokasi sehingga mereka masih mengungsi di bangunan-bangunan sekolah milik PBB di area yang lain, menunggu ketidakpastian bantuan dan pengepungan Israel yang santer kabarnya akan dilonggarkan.

Kontainer menjadi tempat tinggal alternatif warga Khuzaah yang rumahnya hancur diserang Israel. Foto : mirajnews.com
Memasuki musim dingin ini, para pengungsi Khuzaah yang berada di sekolah-sekolah mendapatkan bantuan kontainer sebagai tempat tinggal sementara mereka. Setidaknya 100 kontener/caravan berukuran 30 meter persegi untuk 100 keluarga sudah tersedia di Khuzaah, meskipun jumlah keluarga yang rumahnya hancur dan membutuhkan tempat tinggal sementara berkisar 920 keluarga.
Tidak hanya itu, aliran listrik dan air terputus hancur secara menyeluruh di Khuzaah, di mana menurut laporan, Khuzaah mengalami kerugian lebih dari 100 juta dolar AS akibat kehancuran ini serta lahan-lahan pertanian, air dan rumah-rumah penduduk.
Begitupun dengan fasilitas tempat ibadah, setidaknya lima masjid hancur secara menyeluruh dan empat masjid lainnya hancur sebagian. Masjid terbesar di Khuzaah yaitu Masjid Ibadurrahman hancur secara total akibat serangan Israel, di mana Imam masjid pun syahid dalam serangan tersebut.
Baca Juga: Masjid Darussalam Tiang Tunggal Banyumas yang Menyatu dengan Waktu
Sementara jumlah syahid berkisar 73 syahid secara keseluruhan, termasuk di dalamnya 19 pejuang dari Brigade Izzuddin Al Qassam pada pertempuran darat melawan mereka.
Pada hari pertama perang sekitar 40 penduduk Gaza syahid di bawah puing-puing dan hingga 11 hari setelahnya belum bisa dievakuasi karena Israel meyerang setiap tim medis yang akan mengevakuasi para korban, sehingga ketika dievakuasi didapati tubuh-tubuh mereka sudah tidak berbentuk lagi.
Dengan kehancuran ini, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melakukan rekonstruksi bangunan, benar bahwa banyak bantuan yang masuk tetapi itu sama sekali jauh dari kembalinya kota Khuza’ah seperti semula.
Walau demikian mereka tetap sabar dan bersyukur, meski raut muka mereka menampakkan kesedihan, namun di balik itu ada ketegaran besar di hati mereka. Kewajiban muslimin di manapun berada untuk membantu mereka, karena mereka berada di garis depan menjaga tanah waqaf kaum muslimin negeri para nabi Palestina dan masjid Al-Aqsha dari tangan Yahudisasi Israel ini dengan mengorbankan harta dan jiwa mereka. (Ko1/K03/R04)
Baca Juga: Mehter, Gema Lagu Penyemangat Militer Tertua di Meja Diplomasi Indonesia
*Laporan ekslusif wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dari Khuzaah, Jalur Gaza, Palestina.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Geliat Warga Gaza Bangun Kembali Kehidupan Mereka Pascagencatan Senjata