Oleh Ust. Wahyu AH, Amir Majelis Dakwah Markaz Shuffah Cileungsi, Bogor.
Hidup ini ibarat roda yang selalu berputar. Kadang posisinya ada di atas, namun kadang juga berada di bawah. Cobaan demi cobaan silih berganti menghampiri. Siap atau tidak, manusia yang hidup di dunia pasti akan menemui dan menghadapi.
Cobaan datang dari berbagai arah, mulai dari persoalan pekerjaan, cita-cita, rumah tangga, antara kerabat dan saudara dan lain sebagainya. Banyak orang yang berhasil menyelesaikan persoalannya, tetapi tidak sedikit yang gagal, berakhir derita dan nestapa.
Lalu bagaimana kita bisa berhasil dan sukses menyelesaikan segala persoalan, ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi? Bagaimana Islam mengajarkan agar setiap ujian yang kita hadapi, berakhir dengan kebahagiaan dan menjadi ladang keberkahan dan memanen pahala tiada terhingga?
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkalam dalam surah Az-Zumar [39] ayat ke-10:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ۗ
“Katakanlah, “Hai hamba-hamba ku yang beriman bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Sabar secara bahasa berarti menahan diri. Sedangkan secara syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara: ketaatan kepada Allah, hal-hal yang diharamkan, dan takdir Allah yang dirasa pahit (musibah). Inilah tiga bentuk sabar yang biasa yang dipaparkan oleh para ulama.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Sabar juga bisa didefinisikan sebagai sikap untuk menahan emosi dan keinginan hawa nafsu, serta bertahan dalam situasi yang sulit untuk tidak mengeluh. Orang yang sabar akan menerima dengan lapang dada setiap ujian, cobaan, hingga pun penderitaan.
Sikap sabar mencerminkan kekokohan jiwa seseorang. Sabar bisa jadi obat penenang yang praktis, efektif dan murah. Sabar akan mampu memberi energi positif kepada pelakunya sehingga bisa kembali melakukan pekerjaan dan aktifitasnya seperti sedia kala.
Meski begitu, tidak banyak orang yang bisa melakukannya. Ia mudah diucapkan, tetapi tidak mudah dilakukan.
Sabar bukan pasrah pada keadaan, tanpa usaha dan berpangku tangan. Tetapi, sabar menuntun seseorang berusaha sekuat tenaga, berpikir keras, mencurahkan segala perhatian, menggunakan ilmu, wawasan dan keterampilan dengan maksimal, dengan tidak melanggar rambu-rambu aturan syariat.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengaruniakan kepada manusia, pendengaran, penglihatan, hati nurani, dan syariat yang diturunkan melalui para nabi dan rasul, yang dengan itu semua manusia bisa menyelesaikan segala persoalan.
Namun, jika Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Yang Mahamenentukan belum mengizinkan kita untuk meraih apa yang kita minta, maka sikap kita selanjutnya adalah tawakal, berserah diri pada takdirnya. Karena orang beriman meyakini, takdir Allah lah yang terbaik untuknya.
Ikhlas dalam Beribadah dan Bekerja
Setelah kesabaran kita miliki dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, hal selanjutnya yang perlu kita hayati dalam menghadapi ujian hidup ini adalah keikhlasan dalam segala urusan, baik dalam ibadah dan beramal shalih.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkalam dalam surah Al-Bayyinah [98] ayat ke-5:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللّٰهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Syaikh Ar-Raghib Al-Ashfihani dalam kitabnya Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an mengatakan, ikhlas adalah menyingkirkan segala sesuatu selain kepada Allah, menjadikan seluruh gerak dan diam hanya untuk Allah. Ikhlas merupakan inti dari ibadah yang diajarkan setiap nabi dan rasul.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Orang yang ikhlas akan berbuat sesuatu karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau sanjungan dari manusia. Pun sebaliknya, ia juga tidak akan tersinggung, mundur dan surut semangatnya karena cacian dan hinaan dari manusia.
Orang yang ikhlas meyakini, semua aktifitas hidupnya harus dipersembahkan untuk beribadah kepada Allah Tuhan Yang Mahakuasa. Zat yang telah menciptakan dirinya dan semua makhluk di alam raya. Tidak boleh ada satu pekerjaan dan ibadah yang dilakukan, dipersembahkan kepada selain-Nya.
Maka, dalam menghadapi setiap ujian, niatkanlah itu semua sebagai ibadah dan amal shalih yang kita persembahkan semata-mata sebagai ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dengan niat yang ikhlas, sesuai dengan petunjuk syariat, dan konsisten dalam berjuang, maka Allah pasti akan memberikan solusi dan jalan keluar dari setiap persoalan.
Syaitan tidak akan bisa menggoda orang-orang yang ikhlas. Tidak ada ruang sedikit pun bagi Iblis untuk dapat menggoda orang-orang yang ikhlas karena Allah sendiri telah menjamin mereka dengan perlindungan yang sempurna. Tidak ada kekuatan sedikit pun dari syaitan dan Iblis kepada mereka yang ikhlas beribadah dan beramal untuk Allah Ta’ala.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Sabar dan ikhlas adalah dua kata kunci sukses, untuk menjalani segala cobaan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu hadapilah cobaan ini dengan hati yang sabar dan ikhlas. Semoga kita termasuk orang-orang yang sabar dan ikhlas dalam menerima ketentuan-Nya.
Wallahu a’lam bis shawab.
(A/Wh/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati