Khartoum, 12 Rajab 1437/20 April 2016 (MINA) – Manajemen kilang minyak untuk wilayah Provinsi Nil Abyad- Sudan menegaskan akan kesiapannya untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak menjadi 50 ribu Barel yang mana sebelumnya hanya 10 ribu Barel perhari.
Rencana ini mengacu pada Program untuk jangka tiga tahun ke depan serta memperluas jaringan kilang minyak yang akan datang sebagai bagian dari program reformasi ekonomi.
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Dirut Kilang Minyak wilayah Provinsi Nil Abyad Ir. Farhana Hamdanallah kepada wartawan di Khartoum Selasa siang kemarin, demikian laporan Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Sudan.
Dia juga mengatakan bahwa pemerintah Sudan saat ini telah mengembangkan beberapa kilang minyak untuk periode 2017-2020 guna perluasan kilang minyak, yang merupakan bagian dari progam lima tahun ke depan sebagai bagian reformasi ekonomi negara.
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
Selain dari master plan ekonomi lainnya seperti meningkatkan pendapatan di sektor pertanian, pertambangan, dan lain-lain.
Direktur juga menjelaskan bahwa kunjungan Menteri Perminyakan dan Gas Sudan ke beberapa kilang minyak di Sudan baru-baru ini akan memberikan dorongan yang kuat untuk meningkatkan serta memperluas kilang minyak.
Menteri mengatakan bahwa keberadaan kilang minyak yang baru atau lama memiliki peran aktif dalam penyedian di berbagai tenaga pembangkit di antaranya pembangkit listrik tenaga matahari dan energi lainnya.
Di lain tempat, Menteri Perminyakan dan Gas Sudan Dr. Muhammad Zaid Awad menegaskan saat membahas pembukaan acara pelatihan teknis pertama dalam bidang minyak dan pengelolahannya di Kordofan Selatan beberapa hari lalu.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Dia mengatakan bahwa:hampir 90 % di sektor perminyakan di Sudan saat ini dikelola para insyinsur perminyakan asal sudan. Hal ini menunjukkan bahwa Sudan mempunyai potensi yang luar biasa dalam bidang energi khususnya di Benua Afrika.
Sebagai informasi perusahaan besar milik pemerintah Sudan yang bergerak di bidang minyak dan gas adalah SUDAPET. Perusahaan tersebut mulai mengeksplorasi minyak dan gas pada tahun 1975 atas kerjasama dengan salah satu perusahaan Amerika Serikat, Chevron. Setelah itu diikuti beberapa perusahaan lainnya seperti, Total dari Perancis, CNPC (Cina), Petronas (Malaysia), Pertamina (Indonesia), dan lain-lain.
Sementara Sudan termasuk negara penghasil minyak ke-20 di dunia pada tahun 2010 sebelum referendum dengan Sudan Selatan yang mana hampir 90% hasil minyaknya kebanyakan di daerah perbatasan Sudan Selatan yang kaya akan sumber daya alam khususnya di bidang minyak dan gas.
Selain itu, Sudan saat ini sedang gencar-gencarnya menggali sumber daya alam lainnya, seperti emas, timah, baja, dan lainnya. Pada Kwartal pertama tahun ini naik menjadi 3% dari hasil pertambangan emas dan setiap tahunnya diperkirakan 22 ton emas baik dari penambangan secara tradisional maupun secara modern.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Saat ini Sudan juga menjadi negara kedua di Benua Afrika sebagai penghasil logam mulia dan kesembilan untuk dunia Internasional.(L/K02/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina