Dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang seorang rahib bernama Juraiz yang sangat taat dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Juraiz melaksanakan seluruh amalan baik dan menghindari perbuatan keji seperti zina.
Suatu ketika Ibunda Juraiz mendatangi dan memanggilnya saat sedang melaksanakan shalat. Juraiz merasa bimbang dalam hati, apakah melanjutkan shalat atau menyambut panggilan ibunya. Sampai tiga kali ibunya memanggil namun ia memilih untuk tetap menuntaskan shalat. Keputusan Juraiz tersebut membuat kesal ibunya sehingga mengucapkan kalimat “Semoga Allah tidak mematikanmu sampai melihat wajah pelacur”.
Singkat cerita, ada seorang perempuan yang melapor kepada Raja karena melahirkan seorang anak. Dia mengakui bahwa bayi yang dilahirkannya itu adalah bayi hasil hubungannya dengan Juraiz. Mendengar kesaksian wanita itu Raja murka dan memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan tempat ibadah Juraiz. Lalu Juraiz dibawa dan ditanya dihadapan wanita yang mengaku telah melakukan perbuatan zina bersamanya.
Ketika Raja menanyakan perihal bayi kepada Juraiz, Juraiz bertanya balik, “Di mana keberadaan bayi tersebut?”
Baca Juga: Anak Pintar Tapi Tak Shalat: Gagal Pendidikan atau Gagal Jadi Orang Tua?
Kemudian ditunjukkanlah bayi yang sedang dalam pangkuan wanita yang melapor kepada Raja. Kemudian Juraiz bertanya kepada bayi tersebut, “Siapa bapakmu?” Kemudian keajaiban terjadi, bayi itu menjawab bahwa bapaknya adalah seorang penggembala sapi.
Mendengar jawaban bayi tersebut, Raja menyadari kesalahannya. Raja menawarkan kepada Juraiz akan membangun kembali tempat ibadah yang telah dihancurkan dengan bangunan baru dari emas ataupun perak. Namun Juraiz menjawab cukup dengan membangun seperti sedia kala sambil tersenyum. Kemudian sang Raja bertanya mengapa Juraiz tersenyum. Lalu Juraiz menjawab bahwa dirinya terkena doa ibunya yang sedang kesal karena tidak menjawab saat dipanggil ketika mendirikan shalat.
Salah satu hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Juraiz yaitu kesulitan yang kita alami dalam menjalani kehidupan ini bisa jadi karena dosa-dosa kita kepada orang tua kita terutama ibu. Hati seorang ibu yang terluka dapat menjadi sumber keruwetan dalam menjalani kehidupan.
Islam mengajarkan kita untuk memuliakan Ibu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai tiga kali menyebutkan keutamaan seorang ibu dibandingkan dengan ayah. Al-Quran menegaskan dalam surat Al-Ahqaf:
Baca Juga: Menghafal Qur’an Sejak Dini: Bekal Masa Depan Anak
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
“Dan telah Kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; dengan penuh penderitaan ibunya melahirkannya, dan dengan penuh penderitaan pula ibunya melahirkannya.” (Q.S. Al-Ahqaf [46]: 15).
Bagi yang masih memiliki ibu, segeralah meminta maaf atas sikap yang mungkin menyakiti hatinya. Berbuat baiklah sebaik mungkin selagi masih ada umur dan kesempatan.
Sementara bagi yang ibunya sudah tiada, kirimlah doa terbaik setiap saat dan jalinlah silaturahim kepada kerabat dan sahabatnya. Insya-Allah kehidupan kita akan mendapatkan kemuliaan serta terhindar dari segala kesulitan di dunia dan akhirat. Aamiin. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenag Sediakan Beasiswa Pendidikan Jarak Jauh untuk Guru